20. Meet And Greet

205 28 0
                                    

Vanka melakukan promo lanjutan novel The Distance of Us di sebuah mal Jakarta. Sesi book tour kali ini mendapati banyak antusiasme dari para penikmat karya-karya Vanka. Tibalah pada sebuah sesi tanya jawab dengan hadirin di sana. MC menujuk salah seorang penanya. Anak perempuan berusia 23 tahun bertanya kepada Vanka.

"Dari banyaknya buku yang Kak Vanka terbitkan, buku mana yang paling membekas di hati Kak Vanka?"

Vanka tersenyum lebar sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. "Menurut saya semua buku punya energinya masing-masing. Punya kesan dan perjuangan yang berbeda-beda. Tapi kalau ditanya soal buku mana yang paling membekas, menurut saya adalah buku pertama saya dan buku yang sekarang: Mirroring dan The Distance of Us. Mirroring itu adalah cerita hidup saya yang saya tuangkan melalui sebuah karya. Bagaimana Renata―tokoh utama saya bisa berhasil melawan perundungan atas kekejaman orang-orang di sekitarnya. Memiliki hati yang lapang untuk tidak dendam kepada sahabatnya. Menyadari sesulit apa pun hidup semua akan ada pertolongan-Nya." Vanka memberi jeda sedikit. "Kalau di novel The Distance of Us, hal yang paling membekas di dalam cerita adalah sejauh apa pun―seberapa ribu kilo meter jarak terpisah―sesulit apa pun menyamakan waktu antara pagi dan malam, sebuah kepercayaan dan kekuatan cinta tidak akan mampu memisahkan mereka. Untuk pejuang LDR buku ini pasti relate untuk kalian."

MC memberikan tepuk tangan meriahnya untuk penjelaskan Vanka. Selanjutnya, Vanka mendapatkan satu penanya lagi dari kursi audiens.

"Sebelumnya, saya pernah ikut book signing yang di Surabaya. Dan kebetulan saya mengikuti acara ini lagi di sini. Saya mau tanya, Kak, apakah Kakak sudah berhasil menemukan sosok Ali? Soalnya waktu itu Kakak pernah bilang kalau Ali adalah crush Kakak. Saya jadi penasaran akan hal itu. Mengingat buku Kakak yang menjadi mega best seller, rasanya mencari sosok Ali akan jauh lebih mudah dengan buku ini."

Vanka termenung. Isi kepalanya kosong. Bahkan ia hampir lupa pernah mengucapkan kata-kata itu di Surabaya. Jujur saja, pertanyaan ini lebih sulit dijawab dibandingkan menjawab pertanyaan kapan buku selanjutnya akan dibuat. Vanka menarik napas dalam. Memasang senyum termanisnya―padahal hatinya kocar-kacir kebingungan menjawab.

"Saya belum menemukan siapa sosok Ali. Lagi pula nama Ali di Indonesia itu banyak banget. Dan saya nggak bisa yakin apakah Ali yang asli itu masih ingat dengan saya atau tidak. Rasanya akan sulit untuk mencari sosok Ali seperti di novel saya. Namun, jika saya tidak akan pernah bisa bertemu dengan sosok Ali, setidaknya saya bisa mengucapkan terima kasih lewat buku ini. Jadi tujuan saya sudah bisa tercapai melalui buku ini."

Selanjutnya, MC memberikan waktu sesi tanda tangan buku. Para penikmat karya-karya Vanka berbaris rapi untuk mendapatkan tanda tangan Vanka. Tiba-tiba sebuah momen de javu ini datang kembali. Vanka melihat seorang gadis tinggi semampai mengenakan topi serta masker hitam ikut mengantri di barisan akhir. Ia melambaikan jemarinya pelan mengarah ke Vanka. Vanka yang hafal dengan sebuah aroma parfum red hibiscus ini langsung mengerjapkan matanya menatap lamat-lamat perempuan yang ada di hadapannya.

"Hai, Kak. Kita ketemu lagi." Emily menunjukkan novel The Distance of Us yang aromanya masih sama seperti kala itu―masih tersegel. "Sori banget buku kemarin hilang di airport," ucapnya sedih. "Kak, this book is my comfort book ever. Aku udah baca sampai tamat. Sosok Ali adalah karakter fiksi yang paling aku suka dari cerita-cerita Kakak." Emily tiba-tiba mengayunkan tangannya kepada seseorang―menyuruhnya untuk mendekat.

Seorang pria dengan kaus Polo berwarna navy datang mendekati Emily. Bola mata Vanka tak berkedip sekali pun. Keningnya berkerut dalam. Ia tahu pria ini dengan jelas. Di saat yang bersamaan pria itu menoleh ke arahnya juga. Wajahnya tak kalah terkejutnya. Sementara Emily langsung melingkarkan tangannya pada pinggang pria itu.

Hello You Apps! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang