Setelah banyak janji yang tertunda, akhirnya Vanka dan Ali Nando bisa mendapatkan waktu yang tepat untuk berjumpa. Hatinya berdebar kencang menanti kedatangan Ali Nando."Hai, Van. Udah lama nungguin? Sori tadi macet banget," ucap Ali Nando.
"Baru aja, kok." Vanka mengulas senyum. Ia meletakkan novel pertamanya di atas meja.
Ali Nando refleks menunjukkan novel itu. "Buku pertama lo benar-benar susah banget ditemuin, Van. Banyak yang bilang sudah nggak dicetak lagi," ucapnya sedih.
Vanka tersenyum mengangguk. "Iya, karena udah nggak terbit lagi." Berusaha langsung pada intinya saja. "Sebetulnya gue ngajak lo ke sini karena--"
"Van, pesan makan dulu aja gimana? Lapar banget, nih," potong Ali Nando yang langsung memanggil pramusaji.
Alhasil Vanka pun menuruti keinginannya. Membiarkan suasana rileks dulu sebelum membicarakan pada pokok permasalahannya. Setelah selesai makan barulah Vanka memberanikan diri mengutarakan perasaannya. "Al, ada yang ingin gue sampaikan."
Ali Nando terlihat gelisah. "Van, lo pasti mau nolak gue, kan?" ucapnya yakin.
Vanka menggigit bibirnya. Ia memang tak pandai dalam menyembunyikan perasaannya. "Ketahuan banget ya, Al?"
Ali Nando tergelak lalu menggeleng. Tangannya menyila di atas meja. Menatap Vanka dalam. "Pasti karena Bastian Ali itu ya?"
Jawaban ambigu. Bisa benar bisa salah. Vanka memutuskan diam. "Gue dan Bastian nggak ada hubungan apa-apa, kok. Dan alasan gue menolak lo juga bukan karena dia."
Alis Ali Nando bertaut. "Terus karena apa? Trauma masa SMP yang belum bisa hilang?"
Vanka mengangguk pelan. "Bisa itu juga."
Ali Nando menatap Vanka lurus. "Van, hidup kita ini penuh lika-liku. Ada senang, sedih, kecewa, dan marah. Semua terjadi di luar kemampuan kita. Perasaan itu muncul dengan sendirinya. Kita yang bisa mengatur berapa banyak takaran yang ingin kita rasakan. Begitu juga dengan hubungan. Setiap manusia pasti punya masa lalu. Baik itu masa lalu yang baik dan juga buruk. Semua yang terjadi itu di luar kendali kita. Kita mungkin akan merasakan luka, sedih, bahkan trauma atas masa lalu. Namun, itu semua adalah kisah pembelajaran yang bisa kita petik di masa depan. Seperti lo yang sekarang ini. Jika saja Bianca nggak merundung lo, mungkin lo nggak akan menulis novel dan menjadi penulis terkenal. Jika gue menerima minuman isotonik lo kala itu mungkin sekarang kita akan menjadi suami istri. Semua ada pembelajaran berharga yang bisa kita petik dari masa lalu. Terus terpuruk dan ketakutan tidak akan membuat lo maju di masa depan. Menyalahkan takdir masa kini juga tidak akan mengembalikan kenangan baik di masa lalu. Yang perlu kita hadapi sekarang adalah menjalaninya, menerimanya, dan menjadi manusia yang lebih berguna lagi."
Air mata Vanka menetes pipinya. "I know, Al. Maaf karena gue masih menyimpan rasa sakit masa lalu yang sebetulnya mungkin lo nggak perlu kena imbasnya."
Ali Nando mengelus tangan Vanka pelan. "Van, selalu ada makna dibalik sebuah pertemuan. Baik itu memberikan pelajaran maupun ganjaran. Selalu ada sebab akibat yang kita tidak pernah tahu jawabannya setelah mereka hadir menunjukkanya."
Vanka mengangguk. Ia mendorongkan novel Mirroring kepada Ali Nando. "Al, novel ini adalah awal karier gue. Semua tentang lo ada di sini. Lo adalah inspirasi pertama gue dalam menulis cerita ini. Lo adalah bintang di cerita ini. I have crush on you before. Berkat kehadiran lo, gue bisa merasakan kasih yang tulus selain dari keluarga gue. Gue bisa merasakan cinta monyet yang indah dan menyakitkan. Semua kebaikan lo tertuang lewat buku ini." Vanka memnunjukkan laman terakhir dari novel Mirroring-nya. "Al, setiap orang punya caranya sendiri dalam mengungkapkan rasa terima kasihnya. Begitu pula gue yang hanya mampu menuliskan kenangan indah kita melalui buku ini. Mungkin dua belas tahun adalah waktu yang terlambat bagi gue untuk memberanikan diri mengucapkan semuanya langsung di depan lo. Dulu gue memang menyukai lo, tetapi setelah lo menjatuhkan gue dengan ucapan yang menurut lo biasa saja namun bagi gue terasa menyakitkan, rasa suka itu langsung berubah menghilang dari hati gue. Satu hal yang perlu lo tahu, Al, sebenarnya gue berbohong kalau gue udah punya pacar waktu SMP. Ali atau Bastian itu bukanlah pacar gue. Dia hanya pernah mengungkapkan rasa sukanya kepada gue. Tetapi, sayangnya sebelum gue mengutarakan isi hati, sesuatu telah terjadi. Dan gue baru tahu alasannya sekarang." Vanka terkekeh menutup mulutnya. "Ternyata waktu banyak mempermainkan perasaan kita semua." Matanya mengerjap sekilas menatap Ali Nando fokus. "Al, semua kenangan kita udah nggak bisa lagi dilanjutkan ke bab-bab selanjutnya. Maaf jika kisah kita harus berakhir pada bagian epilog. Maaf karena gue nggak bisa membalas perasaan lo. Maaf karena gue terlambat menyadari semua kebaikan lo di masa lalu. Gue berharap lo bisa menemukan orang yang tepat buat lo. Dan sebagai permintaan maaf dan rasa terima kasih gue kepada lo, gue berikan novel Mirroring ini untuk lo. Ini buku pertama dan terakhir yang gue miliki."
![](https://img.wattpad.com/cover/320067754-288-k875726.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello You Apps! [COMPLETED]
Любовные романыTivanka adalah seorang penulis novel fiksi yang sangat terkenal. Pada buku kesepuluhnya, ia menuliskan sebuah cerita romansa yang menceritakan tentang 'cinta monyetnya' semasa sekolah yaitu Ali. Tivanka secara eksplisit memasukkan nama Ali ke dalam...