JUU-HACHI

262 39 2
                                    

Aku membuka mataku. Hal yang pertama kulihat adalah langit-langit rumah sakit. Aku meringis dan mencoba untuk duduk. Sakit di tubuhku baru terasa sekarang padahal aku bertarung semalaman melawan hero killer dan uppermoon 6. Yuichirou benar. Saat kau terlalu fokus pada sesuatu, kau akan melupakan sisanya. 

Aku menatap keluar jendela. Sepertinya sudah siang. Entah berapa lama aku sudah berada di rumah sakit ini. 

"Dua hari."

Aku menoleh. Kudapati Sabito duduk di sofa dengan Makomo duduk di tangan sofanya. Keduanya tersenyum menatapku. "Kau tidur lama sekali."

"Kau cukup cerewet juga untuk seorang hantu, Sabito."

Sabito mengangkat bahu. Makomo lalu turun dari tangan sofa lalu menghampiriku. Dia duduk di ujung tempat tidur. "Kau tidak sadarkan diri dua hari, Rengoku-kun. Kami langsung tahu saat temanmu yang rambut hijau dan biru tidak bisa melihat kami."

"Iida dan Midoriya?"

Makomo mengangguk. 

Aku terdiam. Baiklah, ini cukup aneh. Maksudku, aku seperti memiliki kemampuan untuk memanggil arwah yang aku inginkan dan siapapun bisa melihatnya sebagai makhluk nyata. Namun saat aku kehilangan kesadaran, mereka ada namun tidak terlihat. 

"Sepertinya kekuatan itu akhirnya aktif."

Aku tersentak. Tidak hanya Sabito dan Makomo, ada satu orang lagi yang menemaniku di ruangan ini. 

Sosok arwah kakek-kakek dengan haori biru bermotif gelombang laut. Dia menggunakan topeng membuatnya tampak agak menakutkan. Sosok tersebut familiar. Dia berdiri di pojok ruangan yang terhalang oleh tirai. 

Sosok itu menghampiriku. "Hisashiburi, Rengoku-kun."

"Hisashiburi, Urokodaki-san." balasku. "Tidak kusangka kita akan bertemu lagi."

"Kau tidak jauh berbeda dari terakhir kita bertemu. Dua ratus tahun dan yang kutemukan hanyalah bocah yang sama dengan yang kutemui saat rapat organisasi yang terakhir."

Aku tertawa. Urokodaki-san lalu mengelus kepalaku. Meski wajahnya ditutupi oleh topeng, aku yakin matanya tengah menatap mataku saat ini. 

Urokodaki-san menghela napas. "Andai Shinjuro-san bisa melihatmu sekarang."

"Dia tidak bisa?"

"Kekuatanmu memiliki syarat untuk memanggil arwah yang kau butuhkan. Namun, tidak semua arwah mau memenuhi panggilan itu."

Aku mengerjap. Benar juga.

"Urokodaki-san," Aku berpikir. "jika ada tahu soal kekuatanku, bukankah itu berarti kekuatan memanggil arwah milikku, tidak termasuk quirk?" tanyaku.

Aku memang sempat memikirkan topik ini bersama Yushiro beberapa kali. Kalau bukan karena aku seorang indigo gara-gara Tokoyami pernah melihat Agatsuma-san, maka jawaban yang paling masuk akal adalah, aku punya quirk

Namun pertanyaannya, bagaimana?

"Itu bukan quirk. Atau apapun yang sedang dialami manusia di era ini."

Urokodaki-san menghampiri jendela. Dia lalu menutupnya dengan tirai lalu balik menghadapku. "Itu adalah kekuatan kuno. Hanya satu keluarga yang memilikinya. Organisasi menyebut mereka 'Keluarga Tanpa Nama'. Pemilik kekuatan itu tidak menyebutkan siapa nama keluarga mereka. Hanya nama kecil."

"Jika organisasi mengetahuinya, bukankah artinya pemilik kekuatan ini tahu organisasi?"

"Tepat sekali."

FIRE, WATER & MIST | BNHA X F!TOMIOKA READER X KNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang