"Todoroki, aku berterima kasih karena kau mau menawarkan tempatmu untuk kita belajar bareng tapi, LU BERCANDA?!!"
Aku terkekeh saat melihat Yuichirou menatap kesal Todoroki. Kami berenam sepakat untuk belajar bersama namun kebingungan mencari tempat. Todoroki lalu mengusulkan untuk memakai salah satu properti milik keluarganya. Dan disinilah kami. Gunung Sagiri.
"Mansion Pilar Air dan Pilar Api sedang dibersihkan dan ayahku ada di rumah. Aku sudah meminta izin padanya untuk menggunakan rumah di gunung, dan dia bilang rumah ini sepenuhnya milikku."
"Kau punya rumah di gunung ini?"
"Bukan hanya rumah, seluruh gunung ini adalah milikku." Todoroki lalu mulai mendaki. "Ayo."
Iida dan Midoriya menelan ludah, ragu. Aku menepuk bahu mereka memberi semangat. "Ayo."
"Kau tidak tahu Rengoku?" Iida menatapku tidak percaya. "Gunung ini konon katanya berhantu!"
"Benar!" seru Midoriya. "Aku membaca di internet kalau beberapa orang pernah dirasuki di gunung ini. Bahkan ada yang menghilang dan tahu-tahu berada di sisi lain gunung. Memang tidak ada hantu tapi--"
"Oh, itu tidak akan terjadi."
Kami semua menoleh. Todoroki menghela napas dan menatap gunung. "Aku tidak mau mengakuinya, tapi itu memang benar. Namun, itu gara-gara mereka yang cari masalah duluan."
"Mencari masalah?"
"Gunung ini dulu milik leluhur ibuku." Todoroki bercerita. "Ada beberapa pengusaha hendak membeli gunung ini untuk dijadikan vila atau isi gunung diambil karena setelah para ahli menyelidiki, ada tambang emas dan platinum di dalamnya."
"PLATINUM?!!"
"Namun ibuku menolak. Selain karena ini peninggalan keluarga yang sangat berharga, ada penunggunya."
"ADA PENUNGGUNYA?!!"
"Tapi yah, gara-gara itu mereka kena karma. Sabito dan Makomo meminta teman-temannya untuk memberi pelajaran pada mereka. Setelah itu, orang-orang itu kapok dan menyebarkan berita kalau gunung itu berhantu. Gak salah sih. Tapi selebihnya itu kesalahan mereka karena mengganggu penjaganya."
"Tapi apa kita akan baik-baik saja Todoroki-kun? Maksudku, apa kita tidak mengganggu mereka?" tanya Midoriya.
"Oh, aman. Buktinya aku dan Rengoku masih bisa pulang. Ayo cepat. Kita sekalian menginap disini."
"MENGINAP?!!"
***
Aku melihat Yuichirou yang tampak nyaman berada di sekitaran hutan. Sesampainya di rumah peristirahatan (sebutan bagi rumah Urokodaki-san sekarang), dia langsung sadar kalau sebagian rumah ini masih tradisional. Dia langsung mengajukan diri menebang beberapa pohon untuk kayu bakar. Yuichirou juga memperbaiki beberapa atap yang rusak karena telah lapuk. Tidak lupa membantuku memotong beberapa bahan makanan untuk aku masak nantinya.
Iida berseru kagum saat melihat Yuichirou kembali dengan setumpuk besar kayu bakar. "Kau menebang dan memotongnya sendiri, Tokito?!"
"Ya." Yuichirou tersenyum bangga. "Ayahku yang mengajariku. Ngomong-ngomong, apa kalian merasa nyaman?"
"Awalnya aku terkejut. Tapi sepertinya, aku akan terbiasa."
"Apa kau sering kemari Todoroki-kun?" tanya Midoriya pada Todoroki yang membantuku memotong beberapa sayur.
"Jarang sih." jawab Todoroki.
"Tapi, apa kau yakin bisa memasak makanan pakai tungku, Rengoku?" tanya Iida.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRE, WATER & MIST | BNHA X F!TOMIOKA READER X KNY
أدب الهواةMuzan belumlah kalah. Dia sedang mengonsolidasi kekuatan untuk bersiap menguasai dunia. Sayangnya, resmi bubarnya Organisasi Pemburu Iblis kini menjadi masalah utama. Yushiro datang menyarankan rencana cadangan. Dia bersama Kirito, si iblis yang men...