Terimakasih selalu meramaikan setiap part. Aku jadi makin semangat update nih><
Jangan lupa follow akun instagram mereka yaa
****
Happy Reading🌷🌷
****
Mahen mengendarai motor dengan satu tangan yang memegangi bagian perut. Jujur saja, sekarang perutnya terus bertambah sakit, akibat 3 hari tidak mendapatkan asupan makanan sama sekali. Mahen hanya meminum air putih, sebagai penahan agar dirinya tidak dehidrasi.
"Akhh..." Cowok itu sesekali mengeluarkan suara ringisan. Bahkan kendaraannya terlihat sedikit oleng, karena tidak bisa untuk fokus.
Memilih untuk beristirahat sebentar, Mahen lantas menepikan motornya di pinggir jalan. Dia kemudian melepaskan helm, dan mengambil duduk di bangku besi yang terletak di bawah pohon.
"Kenapa malah makin sakit?" ucap Mahen menundukkan kepalanya. Kedua tangannya meremas perut dengan sangat kuat.
"Gue mohon bertahan bentar. Setidaknya, sampai sekolah. Gue gak mau bolos lagi, hari ini...." Mahen berusaha menguatkan dirinya sendiri. Dia tidak ingin melakukan hal nekat untuk kedua kalinya. Jika hari ini sampai bolos, Mahen bisa mendapatkan nilai minus di rapot. Dia tidak mau, itu terjadi. Bagaimanapun, Mahen harus selalu mendapatkan peringkat satu.
Disisi lain, Hafid yang sedang mengendarai mobilnya menuju arah kantor, seketika jadi teralihkan pandangannya pada seseorang yang berada di pinggir jalan.
Kedua mata pria itu perlahan menyipit, memastikan jika yang dilihatnya memang benar atau tidak. "Mahen?" gumamnya. Dia merasa yakin, kalau laki-laki itu adalah Mahen.
Hafid pun dengan segera menepikan mobilnya. Pria itu lalu turun, menghampiri Mahen.
"Mahen?" panggil Hafid saat sudah sampai di hadapan Mahen.
Mahen sedikit terlonjak kaget. Cowok itu lantas mendongakkan kepalanya, menatap ke arah sumber suara. Dia mendapati kehadiran Ayahnya Safira di sana.
"Om?" Mahen kemudian beranjak berdiri dengan sedikit kesusahan.
Hafid langsung menahan tubuh Mahen yang hampir terjatuh. "Astaga, muka kamu pucet banget Mahen. Kamu lagi sakit?" tanyanya panik.
Mahen menggeleng pelan. "Enggak Om. Saya sedikit gak enak badan aja," ucapnya mengulas senyuman kecil, berharap Ayahnya Safira akan percaya.
Hafid terdiam sejenak. Dia lalu menempelkan tangan kanannya di dahi Mahen. "Suhu tubuh kamu panas Mahen. Kamu beneran sakit, kan?"
"Saya baik-baik aja, Om. Tadi perut saya tiba-tiba sakit, makanya berhenti dulu di sini." Mahen terus membohongi Hafid.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Live With You
Teen Fiction[Mahen Algrafa versi happy ending] "Semesta harus menjadi saksi, untuk melihat kisah bahagia gue dan lo, Safira Analiya." -Mahen Algrafa