4. Penyesalan

30.6K 2.5K 839
                                    

HALLO, AKU UPDATE LAGI🤚

WALAUPUN BELUM TEMBUS TARGET KOMEN DI PART SELANJUTANYA😔

TOLONG VOTE DULU, SEBELUM MEMBACA YA!!

KOMEN DI SETIAP PARAGRAF JUGA, BIAR AKU SEMANGATT(⁠•⁠‿⁠•⁠)

AKU HARAP, KALIAN SELALU SUKA DENGAN CERITA INI💗

AAMIIN>>

*****

"Menyesal karena kehilangan seseorang yang gak akan mungkin kembali, itu gak ada gunanya. Terkadang, kita akan mengetahui seseorang itu berharga, kalau dia udah pergi."

-Mahen Algrafa

*****


"Widihh.... apaan tuh, Hen? Jangan bilang, oleh-oleh?!" tanya Galen pada Mahen yang baru saja memasuki kelas. Dia melihat cowok itu yang sedang membawa sebuah paper bag di tangan kanannya.

Mahen tidak menjawab. Dia lalu mendudukkan tubuhnya di bangku, seraya menaruh paper bag tersebut di atas meja. "Dari Mama gue," ucapnya, membuat Galen, Arzan, dan Jovian segera bergegas untuk menyerbunya.

"ASIK OLEH-OLEH!! Mama lo emang baik banget deh, Hen. Muahh!" Galen ingin mencium pipi Mahen, namun cowok itu dengan cepat langsung menjauhkan wajahnya.

"Kok malah ngejauh, Hen? Gue kan, mau nyium!" kesal Galen mencebikkan bibirnya.

"Najis," ujar Mahen yang berhasil mengundang gelak tawa dari mereka semua.

"Istighfar lo, Len. Jangan nodai Mahen yang masih polos." Arzan mendorong pelan bahu Galen, sambil terus tertawa.

"Emang kenapa sih? Kita kan bestian," ucap Galen seraya melirik ke arah Mahen. "Perasaan nih ya, kalo cewek nyium cewek gak masalah. Tapi kenapa kalo cowok nyium cowok, dipandang aneh?" lanjutnya, merasa tidak adil dengan pandangan manusia.

Jovian yang sedang membuka bungkus snack, lantas jadi ikut memasang wajah bingung. "Gue juga aneh, Len. Harusnya fine-fine aja dong? Masa cowok gak boleh nempel-nempel sama sahabatnya sendiri?"

"Tuh kan, lo sependapat sama gue, Jov." Galen lalu memakan coklat yang dibawakan oleh Mahen tadi. "Duwnia ini bewnar-bewnar gak adil. Masa cuma kaum cewek yang bowleh?"

"Mulut lo udah penuh, gak usah ngomong!" sarkas Alezra memukul mulut Galen dengan kasar. Kupingnya sampai risih, mendengar suara tidak jelas cowok itu.

"Akh! Sakit tau, Za," ringis Galen, namun tidak dipedulikan sama sekali oleh Alezra.

"Hen, ini dari daging halal kan?" Arzan menuduhkan sebuah makanan dengan bertuliskan aksara China itu di hadapan Mahen.

Sontak Mahen jadi mengarahkan wajahnya pada Arzan. Dia kemudian menghembuskan napas lelah. "Iya," jawabnya jengah. Tidak mungkin juga, dia memberikan makanan tidak halal pada mereka.

"Kok cuma makanan, Hen? Gak ada oleh-oleh barang unik gitu?" tanya Galen dengan sikap tidak tau dirinya itu.

Seketika Arzan yang berada di samping Galen, langsung menoyor kepala cowok itu. "Bisa gak sih, urat malu lo itu berfungsi dikit? Frustasi gue dengernya."

Galen hanya menyengir tanpa dosa. Bukannya sadar, cowok itu malah kembali bertanya lagi, "Ada gak, Hen? Gue pengen punya barang dari Hongkong nih."

"Gak ada," jawab Mahen singkat, padat, dan jelas.

I Want To Live With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang