Sebelum membaca, aku mau mengucapkan terimakasih, buat kalian semua yang udah baca sampai part ini hehe💗
Di akhir nanti, ada kejutan. Tapi jangan nekat scrool yaa. Gapapa, baca aja dari atas sampai bawah.
Happy Reading🙌
*****
"Udah mau cerita?" tanya Dani setelah sejak tadi terdiam. Dia memandangi Mahen yang terus melamun, tanpa mau mengeluarkan suara sama sekali.
Perlahan Mahen pun menolehkan wajahnya, menatap Dani. Sorot mata Mahen terlihat begitu merah, serta kedua pipi yang basah, akibat terus menangis.
"Bilang sama Papa, ada apa?" tanya Dani lagi mencoba membujuk Mahen.
Mahen menundukkan kepalanya. Dia menghela napas berat, sebelum akhirnya memberanikan diri berkata, "Safira Pa."
"Kenapa sama Safira?"
Mahen kembali terdiam. Dia berusaha menahan rasa sesaknya yang kian malah semakin menjadi-jadi. Hingga beberapa detik setelahnya, Mahen pun melanjutkan, "Safira sakit gagal ginjal."
Degh
Dani berhasil dibuat terbungkam, mendengar pernyataan itu. Raut wajahnya mulai berubah secara perlahan. Dia benar-benar sangat terkejut, sampai membuat kedua matanya tidak terkicep.
Pantas saja, Mahen terlihat begitu terpukul. Apa karena Mahen baru mengetahui hal ini? Dia merasa tak percaya, kalau ternyata Safira mengidap penyakit separah itu.
"Pa..."
Dani langsung menyadarkan dirinya yang tengah melamun. Pria itu lantas mendongak pada Mahen. "Apa Hen?"
Mulut Mahen mendadak terasa kaku. Sejujurnya, dia takut untuk mengatakan ini. Namun, Mahen tidak bisa lagi terus menahannya. Dia hanya ingin membantu Safira sembuh.
"Manusia masih bisa hidup dengan satu ginjal kan, Pa?" tanya Mahen, yang berhasil membuat Dani langsung terdiam dan membisu.
"Tolong izinin kasih sebelah ginjal Mahen, buat Safira," lanjut Mahen. Dia memang sudah memikirkan hal ini sejak tadi. Mahen tidak bisa diam saja, melihat Safira yang kini sedang berjuang sendirian.
Jantung Dani seakan berhenti berdetak saat itu juga. Kedua matanya refleks melebar sempurna. Pria itu kemudian bangkit dari duduknya. "Enggak!" jawab Dani menolaknya dengan tegas.
Melihat itu, membuat Mahen langsung meraih kedua tangan Ayahnya. "Mahen mohon, Pa..., Mahen mau menyelamatkan Safira..." ucapnya dengan suara yang bergetar. Air matanya mulai turun secara perlahan.
"PAPA BILANG ENGGAK! YA ENGGAK!" Dani lalu melepaskan tangan Mahen cukup kasar. Dia lantas menyorot anaknya itu dengan tajam. "Kamu boleh nolong Safira, tapi gak kayak gini caranya, Mahen!"
Mahen hanya diam, dan menundukkan kepalanya. Cowok itu menangis terisak, merasa tak tau lagi harus melakukan apa sekarang.
"Kamu tau? Hidup dengan satu ginjal, gak akan bisa beraktivitas kayak manusia pada umumnya! Kamu bisa sakit-sakitan, Mahen! Kamu juga gak akan bisa meraih mimpi kamu buat daftar Akpol!" ujar Dani dengan emosi yang kentara jelas dari raut wajahnya.
Mahen pun kembali mengarahkan wajahnya pada Dani. Cowok itu terdiam sejenak, lalu kemudian menjawab, "Mahen tau, Pa. Mahen udah pikirin semua konsekuensinya. Mahen gak papa, kehilangan mimpi Mahen. Mahen lebih baik kehilangan cita-cita Mahen, daripada Mahen harus kehilangan semangat hidup Mahen."
Plak
Tamparan keras itu seketika mendarat di wajah Mahen. Emosi Dani kian memuncak, karena perkataan Mahen yang semakin melantur.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Live With You
Fiksi Remaja[Mahen Algrafa versi happy ending] "Semesta harus menjadi saksi, untuk melihat kisah bahagia gue dan lo, Safira Analiya." -Mahen Algrafa