12; decision of indication problem

302 55 88
                                    

"Lakukanlah semau mu, karena seberapa keras kau mencoba usaha mu untuk menyingkirkan ku hanya akan sia-sia. Angan mu yang selalu meremehkan ku akan segera berakhir."

🦋🦋🦋





Seleksi kembali di adakan, tatapan tajam mata Pak Rahmat membuat semuanya menjadi berdebar. Semua pikirin peserta berkecamuk saling berdebat mengira maksud tatapan tajam tersebut. Hati mereka tak tenang, pikirin mereka menjadi gelisah, tubuh mereka pun ikut gemetar. Semuanya saling pandang memandang dalam waktu cukup lama karena Pak Rahmat sama sekali belum bersuara.

Terdengar helaan napas panjang dari Pak Rahmat, wajah yang tadinya tegang itu mendadak menjadi lesu. Sorot matanya yang tajam berubah menjadi sendu, hatinya sangat teriris melihat sikap para muridnya yang saling menjatuhkan seperti ini.

"Jujur, saya kecewa sekali dengan sikap kalian yang seperti ini." cetus Pak Rahmat membuat suasana menjadi bising.

"Hei diam." seru Bu Evelyn yang kembali membuat suasana hening.

"Kalo kalian tidak suka dengan Ledzema, tolong utarakan jangan diam-diam menjatuhkan teman kalian. Miris sekali dengan kelakuan kalian, saya sudah tahu siapa yang sudah menjebak Ledzema. Dan murid itu tak lain adalah Liza." ungkap Pak Rahmat.

Liza yang namanya di sebut menatap sekelilingnya. Tubuhnya gemetar hebat menerima tatapan dari teman-teman serta gurunya, banyak sekali yang menatapnya dengan pandangan jijik. Ada juga bisikan dari belakang yang mencemooh nya secara terang-terangan.

"Baik Liza, kamu bisa keluar dari aula sekarang." usir Pak Rahmat.

Tubuh Liza gemetar mendengar itu, matanya berkaca-kaca. "Tapi Pak-"

"Tidak ada tapi-tapian Liza, prilaku mencontek tidak di toleransi dalam hal seperti ini." ujar Pak Rahmat. "Tadi kamu berdebat dengan Ledzema dan berkata, kalo tidak mampu tidak usah ikut. Ternyata ucapan mu itu untuk mendefinisikan dirimu sendiri ya, kamu jilat ludah sendiri Liza." lanjutnya bertutur.

"Tapi Pak, aku lakuin itu karena di suruh." Liza menyanggah dengan ucapan yang terbata-bata.

"Di suruh? Kamu? Di suruh siapa? Cepat katakan, kalo kamu mengaku maka kamu tidak jadi saya diskualifikasi dari seleksi ini." kata Pak Rahmat berjanji.

Liza terdiam, ia mengulum bibir bawahnya. Bibirnya ia gigit, matanya melirik ke arah orang yang menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut. Seketika tubuhnya semakin gemetar, jantung berdebar ketakutan melihat tatapan penuh mengancam dari sorot mata itu. Liza hanya mampu tertunduk tanpa mau menyebutkan siapa orang yang sudah menyuruhnya.

𝐋𝐄𝐃𝐄𝐙𝐌𝐀 [Hiat Sejenak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang