1

91K 3.3K 106
                                    

Seorang pemuda berjalan dengan tenang dipinggir jalan yang cukup sepi sekarang, tatapan kedua mata bulat itu sesekali menatap kearah sekitar untuk melihat apa yang baru diarea sini walau pun ia sudah sangat sering melewati tempat ini, entahnya itu semua seperti kebiasaan baru untuknya. Kebiasaan yang sama sekali tak mempunyai manfaat apapun.

Dia Delvin Lby, pemuda yang baru saja menginjak usia 25 tahun. Diumurnya sekarang, ia tumbuh sendirian tanpa bimbingan orang tua sama sekali, karena selama ini ia hanya tinggal dipanti asuhan dan saat usia 20 tahun ia memutuskan untuk pergi dari panti asuhan untuk belajar menjadi anak yang mandiri dan mencari pengalaman baru diluar. Sehingga sekarang sudah lima tahun berlalu sejak ia mengambil keputusan itu semua, ia sangat tahu setiap keputusan pasti akan ada akibatnya karena selama lima tahun ini ia merasakan itu semua. Hidupnya masih tak bisa dikatakan baik, namun ia sudah merasa bahagia karena bisa belajar mandiri dan sesekali datang ke panti asuhan untuk bertemu anak-anak yang lainnya.

"Dimana lagi gue cari kerja anjir? Masa setiap hari keluyuran terus kayak gini, mana nggak ada kepastian apapun lagi. Kalo ada kepastian kan enak yak? Tapi ini nggak ada hasil apapun, kalo gue nyerah sama aja perjuangan gue selama lima tahun ini hancur berantakan," Pemuda itu menatap kearah samping, dimana terlihat beberapa pengendara lewat.

Ia sudah berusaha mencari kerjaan selama beberapa hari ini, karena tempat kerjanya selama ini sudah tak membutuhkan dirinya lagi setelah tokonya berhasil, ia hanya bisa mengikuti itu semua tanpa mengatakan hal apapun karena ia yakin itu semua pasti ada alasannya, tapi sekarang setelah mencari kerjaan selama beberapa hari ia sama sekali tak mendapatkan hasil apapun. Semua toko yang dirinya datangi menolak secara mentah-mentah saat ia ingin meminta pekerjaan, alasannya hanya satu. Ia tak memiliki ijazah sama sekali, ia tak tahu jika itu semua sangat dibutuhkan sekarang, karena sejak kecil ia sama sekali tak sekolah, hanya belajar sedikit hal dipanti asuhan saja. Mulai dari membaca dan juga menghitung saja, tak lebih.

"Anjir! Gue capek!"

Kleng!

Delvin menendang kaleng minuman yang ada didepan kakinya dengan cukup kencang untuk melampiaskan rasa kesalnya sekarang, karena demi apapun ia merasa sangat kesal karena tak dapat kerjaan sama sekali selama beberapa hari ini. Padahal ia sangat membutuhkan itu semua agar bisa melanjutkan kehidupan suramnya di dunia ini, tapi sepertinya kehidupan suram saja tak cukup karena ia juga harus merasakan ini semua.

"Akh!"

Ia tersentak saat mendengar suara seseorang yang terdengar cukup keras, kepala itu menoleh ke kanan dan juga kiri dengan sangat cepat sebelum terdiam saat melihat seorang pria tengah mengelus kepalanya dengan pelan serta menggenggam sebuah kaleng ditangannya. Kedua mata itu melotot saat melihat jika itu kaleng yang sempat ia tendang tadi! Siapa sangka jika kaleng itu mengenai seseorang! Dengan mengambil ancang-ancang yang sangat matang, Delvin memutuskan untuk melarikan diri dari sana.

Namun rencananya itu gagal total saat seseorang menggengam tanganya dengan pelan, "anjir! Nggak! Nggak bukan gue yang nendang kaleng tadi! Kalengnya jalan sendiri kesana!"seru Delvin dengan sangat heboh saat merasakan tangannya digenggam seseorang dengan pelan, rencananya yang ingin kabur gagal total sekarang!

"Tata tenapa?"

Delvin langsung terdiam saat mendengar suara seorang anak kecil tengah memanggil dirinya mungkin? Ia menunduk untuk melihat anak kecil yang tengah memanggilnya tadi, menunduk agar bisa melihat balita yang sekarang tengah menggenggam tangannya dengan sangat pelan, bahkan sekarang kedua mata bulat itu tengah menatapnya dengan polos, membuat ia merasa aneh dan juga gugup secara bersamaan sekarang.

"Lo siapa? Kok kesini? Kenapa lo pegang tangan gue? Bapak lo mana? Ibu lo mana?" Delvin memberikan begitu banyak pertanyaan dengan menarik tangannya dengan pelan, ia merasa aneh saat ada seorang anak tiba-tiba mendatangi dirinya, takutnya malah dikira orang maling anak kecil kan berabe!

Balita itu terlihat memiringkan kepalanya dengan pelan saat mendengar pertanyaan yang begitu banyak, terlihat sangat jelas jika balita itu tengah merasa sangat bingung sekarang.

"Tata daddy talo bicala itu haluc pelan-pelan, coal na nda copan talo bicala na banat-banat,"ujar balita itu saat mengingat dengan jelas perkataan daddynya jika saat bicara tak boleh cepat karena itu kurang sopan.

Mendengar itu semua, Delvin langsung terdiam karena demi apapun ia merasa sedikit malu saat mendengar perkataan balita itu yang cukup menampar dirinya, walau pun ia tak sepenuhnya mengerti bahasa balita itu.

"Iya dah iya! Nama lo siapa? Eh ralat nama kamu siapa?"ujar Delvin yang sengaja meralat ucapannya karena takut diulti oleh balita itu lagi, demi apapun rasa malunya tadi masih terasa sampai sekarang karena seorang balita saja sudah mengerti dengan itu semua, sedangkan dirinya masih asal bicara.

Balita itu mendengus, ia merasa cukup kesal dengan kakak disampingnya sekarang. Karena kakak itu terlihat sangat heboh.

"Nama na atu Taivan Tevandla, umul na balu 3,  tata na?"ujar balita bernama Kaivan Kevandra itu.

Delvin mengeriyit bingung, nama balita itu terlihat sangat aneh didalam telinganya, apa mungkin itu karena balita itu cadel? Mungkin saja karena ia tak begitu mengerti bahasa balita.

"Taivan?"ujar Delvin bingung, demi apapun ia tak mengerti.

"Em! Taivan!"

"Nama tata na?"

Delvin menunduk kembali saat mendengar balita itu bertanya tentang namanya, ia hanya mengerti dengan nama saja yang balita itu ucapkan, untuk yang lainnya ia sama sekali tak mengerti.

"Gue Delvin,"ujar Delvin apa akhirnya, membuat balita itu menganguk sebelum menepuk dahinya sendiri dengan pelan, semua itu tak luput dari tatapan Delvin yang masih merasa bingung bagaimana ada balita dipinggir jalan seperti ini, kalau pun balita itu anak jalanan, mana mungkin pakaian nya bagus seharga jutaan rupiah.

"Andla lupa! Tadi Andla penen inta bantuan tata na!"ujar Kaivan yang memanggil dirinya dengan sebutan Andra karena itu suruhan daddynya.

"Lo kesini sama siapa?"tanya Delvin berbarengan dengan Kaivan yang berbicara juga.

"Em? Andla te tini cama daddy! Daddy na lagi beli jajan di mini maltet!"ujar Kaivan dengan semangat, ia datang kesini bersama dengan daddynya. Tapi tadi karena ia haus ingin meminum susu, maka dari itu daddynya pergi ke minimarket meninggalkan dirinya didalam mobil sendirian, tapi karena merasa bosan ia keluar dari mobil sehingga bertemu kakak yang ada disampingnya ini, ia ingin meminta bantuan agar ditemani menunggu daddynya disini.

Bersambung...

#gimana? Lanjut?

OM DUDA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang