Delvin berjalan dengan santai tanpa memperdulikan pria yang sekarang ada disampingnya, ia sudah menolak untuk diantar pulang namun pria itu memaksanya dengan suara dingin sehingga membuatnya mau tak mau mengikuti apa yang pria itu inginkan, katakan saja ia penakut karena hanya karena suara dingin ia langsung menurut, tapi demi apapun mendengar suara dingin pria itu ia merasa semua bulu yang ada ditubuhnya berdiri semua saking menyeramkannya, terkesan berlebihan namun itulah kenyataannya.
Ia menatap kearah samping dimana jalanan sempit ini terlihat cukup ramai oleh anak-anak muda yang tengah berkumpul, oleh karena itu ia sama sekali tak merasa takut pulang sendirian, tapi pria itu memaksa.
"Kau tak ingin membeli sesuatu sebelum pulang? Seperti makan malam atau kau akan memasak?"tanya Alberio membuka suara, karena tiba-tiba saja ia ingat satu hal jika saat mengantar pemuda itu pulang ia belum makan malam sama sekali, begitu pun dengan pemuda itu sekarang. Katakan lah ia merasa khawatir dengan Delvin karena nyatanya memang begitu. Ia terlalu tak bisa menyembuyikan rasa pedulinya terhadap orang lain, terlebih orang itu orang spesial untuknya.
Pemuda itu menghentikan langkahnya, ia menatap kearah pria itu sebentar sebelum menatap kearah beberapa pedagang yang masih belum pulang sekarang, ia ingin membeli nasi goreng dan juga sate namun uangnya masih tersisa 30 ribu doang. Besok jika dirinya membeli itu semua, maka ia tak akan bisa makan nanti.
"Nggak, gue masih punya mi instan dirumah. Sayang kalo diangurin."ujar Delvin kembali berjalan sebelum ia merasakan genggaman dipergelangan tangannya sekarang.
"Ikut saya."ujar Alberio dengan menarik pemuda itu agar mengikuti dirinya, membuat Delvin hanya bisa pasrah sekarang. Ia tak ingin dipaksa menggunakan nada dingin lagi.
"Berapa?"tanya Alberio saat mereka sampai didepan penjual nasi goreng, membuat Delvin terdiam karena bingung ingin menjawab apa, pria itu tengah bertanya tentang harga nasi gorengnya atau tengah bertanya pada dirinya ingin membeli berapa?
"20 ribu pak."
"Saya tengah berbicara dengan pemuda disamping saya,"ujar Alberio merasa kesal dengan penjual itu, sudah sangat jelas ia menatap kearah Delvin saat mengatakan itu semua, namun kenapa penjual itu yang menjawab? Pemuda itu juga hanya diam saja, membuat ia bertambah kesal.
Delvin menahan tawanya saat melihat raut tak enak dari pria itu, siapa sangka jika pria itu bertanya padanya tadi. Berbicara sangat singkat seperti itu siapa yang akan paham.
"Gue satu aja cukup sih,"ujar Delvin walaupun ingin sekali ia mengatakan jika dirinya ingin lebih dari satu, karena ini nasi goreng langganannya setiap gajian pasti selalu membeli disini.
"Saya pesan 3, paket lengkap."ujar Alberio sebelum memberikan uang warna merah pada penjual itu, sedangkan Delvin hanya diam mendengar itu semua. Mungkin pria itu ingin membeli juga sehingga memesan 3 porsi dengan paket lengkap. Padahal nasi goreng dan juga telur mata sapi saja sudah sangat nikmat apa lagi paket lengkap.
Keheningan terjadi sebelum pesanan yang Alberio inginkan jadi, pria itu langsung memberikan kantong plastik berisi nasi goreng itu pada Delvin sebelum berjalan kearah warung yang ada disana. Sedangkan pemuda itu hanya diam menerima semuanya.
Jalanan disini memang kecil diawal, saat berjalan lebih masuk lagi maka terlihat jalanan lebih besarnya sehingga mobil tak bisa masuk. Oleh karena itu saat mereka berhasil melewati jalan sempit itu, sekarang mereka menemukan banyak penjual disini.
"Ini."
Delvin tersentak saat melihat kantong plastik berwarna hitam terulur padanya, ia terdiam menatap kearah pria itu sebentar sebelum menerima itu dengan pelan.
"Makasih."ujar Delvin saat melihat isi dari kantong itu, disana ada beberapa cemilan, sayuran sehat dan juga makanan lainnya. Ia merasa jika ini semua untuknya, entah kenapa pria itu melakukan ini semua, apa ini semua gajinya? Mungkin saja.
"Ayo,"ujar Alberio saat melihat pemuda itu hanya diam saja sejak ia berikan itu semua, ia sengaja membelikan itu semua agar pemuda itu tak makan mi instan terus-menerus karena itu kurang sehat untuk tubuh jika terlalu sering dimakan.
"Eh iya."ujar Delvin dengan berjalan kembali sekarang, kosnya sudah tak terlalu jauh lagi sekarang, mungkin nanti setelah sampai ia akan langsung membersihkan dirinya.
Terjadi keheningan selama perjalanan sehingga sekarang mereka sampai didepan kos Delvin, membuat pemuda itu membalik tubuhnya untuk menatap kearah pria yang sudah membantunya sekarang, rasa kesal yang sempat ada langsung menghilang karena ini semua.
"Lo mau masuk dulu?"tanya Delvin dengan menatap kearah pria yang terlihat meletakan kantong plastik yang ada ditangannya.
"Mungkin saya akan langsung pulang karena takutnya Kaivan terlalu lama menunggu nantinya. Kamu langsung istirahat saja nanti, karena besok kau harus kembali datang kerumah saya untuk menjaga Kaivan bukan? Dan ini gaji kamu hari ini, saya sudah mengisinya sesuai dengan kesepakatan kita tadi pagi."ujar Alberio dengan memberikan sebuah amplop pada Delvin, membuat pemuda itu menerima semuanya dengan baik.
"Makasih karena lo udah percaya sama gue buat jagain Kaivan. Gue berjanji akan bekerja dengan baik lagi nantinya, berkat lo hari ini gue bisa dapet kerjaan dan juga uang buat biaya hidup gue sekarang."ujar Delvin sungguh-sungguh karena ia tak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika tak mendapatkan kerjaan hari ini. Mungkin ia akan mati kelaparan nantinya.
"Iya. Kau pantas mendapatkan semua itu, karena seseorang yang berani bekerja keras pasti akan mendapatkan imbalan yang setimpal."ujar Alberio dengan menatap wajah pemuda itu, ia tak tahu alasan yang pasti kenapa bisa mencintai pemuda itu sekarang, yang jelas hatinya memilih pemuda itu untuk menjadi tempat ternyaman.
"Saya pamit dulu."ucap Alberio setelah terjadi keheningan cukup lama.
"Eh! Iya, makasih buat semuanya."ujar Delvin lagi. Ia tersenyum menatap kearah pria itu, tak ada rasa kesal atau marah lagi saat bertemu dengan pria itu karena sekarang ia merasa bahagia, semua ini bisa terjadi berkat pria itu. Bahkan tadi ia sempat terdiam cukup lama mendengar perkataan pria itu tadi, karena semuanya diluar dugaan.
Delvin masih melihat pria itu sampai pria itu tak terlihat dalam pandangannya lagi, "gue belom tau nama lo siapa. Padahal seharian gue sama anak lo terus dan tadi gue jalan sama lo cukup lama tapi gue nggak tanya siapa nama lo. Intinya gue mau bilang makasih buat semuanya, lo dan juga anak lo udah buat gue ngerasa bahagia hari ini. Walaupun semua tentang lo masih abu-abu cuman gue ngerasa bahagia bisa bertemu dengan lo."ujar pemuda itu sebelum masuk kedalam kos.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA {TERBIT}
RomanceDelvin Lby, pemuda pecicilan, bar-bar, suka membuat onar, secara tiba-tiba bertemu seorang pria yang selalu bersikap dingin, jarang bicara dan tak tersentuh sama sekali. Delvin tak menyukai pria itu karena sikapnya, ia merasa pria itu terlalu dingin...