Delvin menahan napasnya beberapa saat, melihat apa yang sekarang ada dihadapannya. Ia masih tak menyangka jika satu bulan telah berlalu begitu saja, sehingga sekarang tibalah hari dimana dirinya dan juga Alberio akan menikah.
Mereka baru saja mengucapkan janji suci bersama dihadapan pendeta yang ada, mengatakan semua janji itu didepan semua para tamu dan juga wartawan yang datang sekarang, pernikahan ini digelar dengan sangat mewah membuat Delvin merinding sendiri melihatnya, karena ini semua setara dengan harga rumah mewah dikota ini.
"Kamu tengah memikirkan apa Delvin Alberio Evans?"ujar Alberio yang sejak tadi menahan senyuman miliknya melihat wajah bingung pemuda yang baru saja menjadi istrinya ini, demi apapun jika hanya ada mereka berdua mungkin ia akan tertawa melihat wajah bingung pemuda itu, tapi karena sekarang banyak orang-orang yang datang, ia harus menahan itu semua agar image nya sebagai pria dingin tak rusak.
"Eh?" Delvin tersentak mendengar suara itu, ia langsung menatap kedua tatapan tajam pria yang baru saja menjadi suaminya itu, sial! Ia malah melamun disaat acara pernikahan seperti ini!
"Kamu tengah memikirkan apa? Sekarang kita sudah menikah, lalu apa yang membuatmu berpikir dengan keras? Apa ada seseorang yang kamu tunggu kehadirannya?"tanya Alberio yang mulai berpikir sekarang, karena bukan sekali atau dua kali pemuda itu melamun, tapi sering selama acara pernikahan berjalan, sehingga membuatnya merasa penasaran apa yang tengah mengganggu pikiran si manis sekarang.
"Nggak! Gue cuman lagi mikirin biaya pernikahan kita pasti mahal banget. Bisa buat beli rumah yang gede banget, gue kan waktu itu bilang acaranya sederhana aja nggak papa kok, cuman ini kok mewah banget anjir. Kaki gue sampe gemeteran bisa berdiri disini, makanya sejak tadi gue nggak fokus bawaannya."ucap Delvin dengan sangat jujur, karena ia tak ingin pria itu salah paham hanya karena ia melamun sekarang.
"Gemes banget sih istrinya saya, masalah dekorasi pernikahan saja dipikirkan. Saya tak akan langsung miskin hanya karena bikin acara pernikahan seperti ini. Saya hanya ingin mengatakan pada dunia jika sekarang saya merasa sangat bahagia bisa menikah dengan kamu, sehingga melakukan ini semua sesuai apa yang saya inginkan, karena dulu saya tak pernah merasa senang dengan semua hal tentang pernikahannya, tapi sekarang saya merasa senang, oleh karena itu saya melakukan ini semua. Sebagai bentuk rasa senang saya."ujar Alberio, menangkup wajah pemuda yang mulai sekarang sudah menjadi istrinya.
Delvin mengerjab saat mendengar semua itu, begitu mudahnya Alberio mengatakan itu semua? Ia memang pernah merasa senang sehingga ingin melakukan hal yang luar biasa, hanya saja ia tak sampai berpikir ingin membuang-buang uangnya untuk itu semua, mungkin karena ia terbiasa hidup miskin sehingga hal seperti ini saja membuatnya merasa sakit. Ia hanya terbiasa memikirkan susahnya mencari uang sehingga mengatakan hal seperti ini, padahal jika ia pikir-pikir lagi tak ada salahnya pria itu melakukan itu semua sebagai bentuk rasa senangnya, toh uang Alberio selalu datang mengalir dengan sendirinya.
"Sekarang kamu tak perlu memikirkan semua hal yang berat-berat lagi, apa lagi sampai memikirkan semahal apa biaya pernikahan kita, karena ini tak ada apa-apanya dibandingkan rasa senang saya karena bisa menikah dengan kamu. Bagaikan mendapat sebuah undian yang sangat berharga."ujar Alberio saat melihat Delvin hanya diam, ia mendekatkan wajahnya sebelum mencuri satu ciuman dibibir pemuda itu sekarang.
"Fokus sayang."tutur Alberio dengan sangat lembut, tangan itu menggenggam kedua tangan kecil milik Delvin dengan sangat pelan, mendekatkan tangan itu didekat bibirnya sebelum mencium tangan Delvin dengan sangat pelan.
Ia ingin dunia juga merasakan betapa bahagianya dirinya sekarang karena bisa menikah dengan pemuda itu, menikah dengan seseorang yang memang ia cintai, bukan seperti dulu.
Semua acara kembali dilakukan dengan baik, mulai dari para tamu yang datang keatas panggung untuk mengucapkan selamat, pemberian hadiah, acara berpoto bersama. Semua itu berjalan dengan baik, karena Delvin kembali fokus dan menikmati semuanya bersama sekarang.
"Daddy~ mommy~" sekarang giliran Kaivan yang naik keatas panggung, balita itu membawa banyak makanan bersama dengannya, membuat Delvin gemas sendiri dengan balita yang sudah menjadi anaknya itu. Sedangkan Alberio juga menahan rasa gemasnya melihat tingkah anaknya yang sangat aktif itu.
"Mommy tau? Andla tadi banat matan! Dicana! Ada et clim! Puding~ kue~ cemuanya ada! Anti tita tetana ya talo cudah celecai nanti~"ujar Kaivan dengan semangat seperti biasa, balita itu duduk diantara Delvin dan juga Alberio dengan memakan cemilan miliknya.
"Kai senang punya mommy sekarang? Punya mommy seperti anak-anak yang lainnya?"tanya Delvin dengan mengambil cemilan yang menurutnya enak dari dalam tangan balita kecil itu.
"Em? Ceneng dong! Tadi tan ada temen na Andla dicana! Teluc Cici bilang talo cetalang Andla puna mommy tayac meleta juga! Cici juga bilang anti Andla batalan puna adet! Coal na Cici juga puna mommy balu tata na,"ujar Kaivan dengan fokus menatap kearah makanan miliknya, membuat Delvin terdiam saat merasa gemas sendiri dengan balita itu.
Memang sangat luar biasa saat anak-anak kecil berkumpul, pasti mereka akan mengatakan hal apapun yang menurut mereka harus dikatakan, tanpa merasa itu bermanfaat atau tidak.
"Nanti Andla ikut sama bibi ya? Pulang sama bibi, soalnya daddy mau ada kerjaan sama mommynya. Besok kami bakalan pulang kerumah setelah kerjaannya selesai."ujar Alberio menimpali perkataan antara anak dan ibu itu, karena ia tiba-tiba mengingat ini semua sekarang.
Delvin melotot menatap kearah sampingnya, ia cukup mengerti apa yang pria itu katakan. Ia tak sepolos itu untuk tak mengerti apa yang suaminya itu katakan, sekarang ia mulai sadar jika ternyata pria itu mesum. Ia mengira pria itu tak mengatakan hal seperti itu saat ada Kaivan, tapi nyatanya pemikirannya itu salah besar ternyata.
"Em? Ote! Andla anti pulang cama bibi na! Tapi talo terjaan na cudah habit daddy cama mommy haluc pulang ya?"ujar Kaivan tanpa penolakan apapun, karena balita itu tipe anak yang sangat penurut dan tak susah diatur.
"Kita pulang aja bareng sama Kaivan. Biar bisa langsung istirahat, dirumah kan bisa nggak perlu diluar rumah."ujar Delvin, perkataan penuh dengan makna.
"Kerjaan kita banyak sayang, nanti terganggu. Kita tak akan bisa fokus nantinya, jadi lebih baik kita diluar saja hm?"ucap Alberio dengan menatap kearah Delvin, senyumannya terlihat berbeda, membuat pemuda itu mendengus dengan keras, pria cabul! Sangat cabul!
Bersambung...
Votmen_
#kayaknya chap 30 nanti, part naninu, jadi komen sama vote banyak² biar gue semangat ngetik chap 🔞nya~
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA {TERBIT}
RomanceDelvin Lby, pemuda pecicilan, bar-bar, suka membuat onar, secara tiba-tiba bertemu seorang pria yang selalu bersikap dingin, jarang bicara dan tak tersentuh sama sekali. Delvin tak menyukai pria itu karena sikapnya, ia merasa pria itu terlalu dingin...