36

17.2K 1.3K 27
                                    

"Keluar,"ujar Alberio saat melihat cairannya keluar dari hole milik Delvin, ia menutup lubang itu agar kembali memakan cairan miliknya.

"Hmp! Aku mual! Perutku penuh banget rasanya,"ujar Delvin dengan menutup mulutnya, perutnya terasa sangat kembung sekarang seakan-akan masuk angin, ini semua gara-gara cairan Alberio yang sangat banyak!

"Mual? Kamu hamil?"ujar Alberio, senyuman jahil terbit dibibir pria itu, ia sudah merasa sangat puas bisa menyentuh Delvin untuk yang kedua kalinya, dulu saat bersama dengan mantan istrinya mereka hanya melakukan hubungan sekali itu pun karena tak sengaja, setelah itu mereka tak melakukan hubungan lagi, karena Alberio tak ingin, tapi sekarang saat bersama Delvin, ia ingin menyentuh pemuda itu terus rasanya.

Delvin memukul dada bidang Alberio cukup keras saat mendengar itu semua, mana mungkin ia bisa hamil karena ia seorang pria! "Yah! Aku tau kalo bibit mas unggul sekali masuk jadi, cuman nggak sama aku juga! Kan aku cowok, mana bisa hamil, berhubungan setiap detik aja masih nggak mungkin bikin aku hamil."ujar Delvin, tatapan itu terlihat memicing menatap kearah suaminya itu, ada-ada saja!

"Baiklah aku kalah, sekarang kamu mandi dulu di kamar mandi didekat dapur, nanti akan mas ambilkan pakaian untuk kamu."ujar Alberio, mengenakan kembali celana dalam, celana pendek serta kaos polos miliknya, sebelum mengangkat tubuh Delvin untuk ia antar kedalam kamar mandi, pemuda itu sudah ia ajarkan cara membersihkan itu, jadi ia bisa mengambil pakaian untuk Delvin selagi pemuda itu mandi.

"Cepetan ambilin pakaiannya, nanti Kaivan bangun. Dia kalo bangun suka banget cariin aku,"ujar Delvin dengan menatap kearah suaminya itu, sedangkan Alberio hanya menganguk sebagai jawaban, ia sangat menyukai sifat peduli si manis padanya dan juga keluarganya, tadi pemuda itu memasak, mengikuti kemaunannya untuk bermain sebentar dan sekarang memikirkan Kaivan yang kemungkinan saja akan bangun.

Saat Alberio sampai didalam kamar mereka, ia bisa melihat Kaivan masih tertidur dengan sangat tenang. Sebagai orang tua yang membesarkan balita itu sendirian, ia sangat tahu bagaimana kebiasaan anaknya itu, mulai dari cara tidurnya, jam tidurnya, jam bangun larutnya bahkan sampai jam bangun paginya, ia tahu itu semua.

Ia berjalan kearah lemari, mengambilkan pakaian untuk Delvin dan juga dirinya sendiri, sebelum kembali keluar dari dalam kamar untuk memberikan ini semua pada si manis yang sedang menunggu sekarang, tanpa mengetuk lebih dulu ia masuk. Terlihat Delvin tengah memakai handuk, menunggunya datang sepertinya.

"Ini," Alberio memberikan itu pada Delvin, sedangkan dirinya sendiri bergantian mandi juga sekarang.

"Tunggu aku keluar dulu baru mandi! Ihh!" Delvin memalingkan wajahnya kearah lain saat melihat pria itu dengan santai melepas semua pakaian yang ada ditubuhnya, kenapa Alberio tak merasa malu padanya?

"Lebih baik kamu langsung kenakan pakaianmu, karena sebentar lagi Kaivan akan bangun. Kamu masih saja merasa malu, padahal semua yang ada didalam tubuhku sudah kamu lihat semua, mulai sekarang kamu harus membiasakan diri untuk ini semua hm?"ujar Alberio tanpa menatap kearah Delvin, mereka saling membelakangi. Ia tak ingin si manis marah kalau sampai ia membalik tubuhnya dan miliknya terlihat. Bisa marah besar pemuda itu karena merasa malu, ia tahu semua hal tentang si manis sekarang.

"Anjir! Aku nggak mesum kayak kamu!"ujar Delvin, ia mempercepat gerakan memakai pakaiannya sekarang, sebelum ia mendengar suara Kaivan memanggilnya sekarang.

"Mommy! Daddy! Talian dinana?"

Delvin segera keluar dari dalam kamar mandi setelah merasa pakaiannya sudah rapi, ia bisa melihat jika sekarang Kaivan tengah berjalan berputar diarea ruang tengah dengan memanggil namanya dan juga Alberio beberapa kali. Ternyata memang benar apa yang pria itu katakan tadi jika sebentar lagi pasti balita itu akan bangun, ia sempat tak percaya tadi tapi melihat ini semua, ia merasa jika itu memang benar. Kemana saja ia selama dua bulan ini sehingga tak memerhatikan ini semua?

"Kai!" Seru Delvin saat melihat balita itu akan keluar rumah, balita itu langsung membalik tubuhnya sebelum berlari kearah dirinya.

"Mommy! Andla caliin dali tadi! Mommy tenana?"tanya balita itu dengan memeluk kaki Delvin sangat erat, seakan-akan jika pelukan itu terlepas maka dirinya akan hilang.

"Mommy habis mandi di kamar mandi yang ada didekat dapur tadi, makanya kamu sampai nggak tau."ujar Delvin dengan mengangkat tubuh gempal itu, membuat Kaivan tersenyum.

"Mali tita mandi uga! Andla mau mandi uga tayac mommy!"ujar Kaivan, ia ingin mandi juga agar wangi seperti mommynya, karena ia ingin setiap hal tentang mommynya selalu bisa ia tiru.

****

Delvin terdiam menatap kearah samping, dimana ada restoran yang sempat ia datangi dua bulan yang lalu saat ingin mencari kerjaan. Ia merasa bingung kenapa Alberio mengajaknya kesini sekarang? Bukan kah tadi pria itu mengatakan jika mereka akan makan diluar hari ini tapi kenapa harus disini? Padahal Alberio tahu sendiri ia pernah dihina disini tapi sekarang?

"Ayo keluar, Kaivan sudah masuk duluan. Kamu tak perlu merasa khawatir, ada mas yang akan menjaga kamu, mas hanya ingin melakukan satu hal sekarang maka dari itu mas mengajakmu kesini. Mas hanya ingin membuktikan pada mereka semua, jika pemuda yang pernah mereka tertawakan, bahkan bisa membeli harga diri mereka sekarang."ujar Alberio, ia mengulurkan tangannya kearah si manis, ia tahu Delvin merasa tak nyaman tapi ia ingin membuat pemuda itu merasa bangga dan juga tenang sekarang, karena ada dirinya yang akan berada disamping si manis setiap saatnya.

Ragu, namun Delvin tetap menerima uluran tangan dari Alberio. Mereka mulai berjalan masuk, ia bisa melihat jika banyak pasang mata menatapnya sama seperti dulu, genggaman tangannya mengerat, membuat Alberio menatap kearah samping, sebelum tersenyum tipis.

"Bisa saya minta pemilik restoran ini menemui saya secara langsung? Dimeja nomor 3,"ujar Alberio menatap salah satu karyawan yang ada disana, ia segera membawa pemuda itu ke meja yang sudah ada Kaivan disini.

"Daddy! Andla mau cteat!"ujar Kaivan dengan semangat, setiap kali datang kesini ia selalu memesan steak untuk ia makan, karena ia sangat menyukai steak.

"Baiklah nanti daddy pesankan."ujar Alberio, ia menarik kursi untuk Delvin duduk sebelum tersenyum pada pemuda itu, ia tahu pasti Delvin merasa tak nyaman tapi ia ingin sekali melakukan ini semua, agar harga diri miliknya tak diinjak-injak orang-orang terus-terusan.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"

Alberio tersenyum tipis mendengar suara itu, ia yakin jika pemilik restoran ini tak berani menolak jika dirinya ingin bertemu, bisa tutup restoran ini jika itu sampai terjadi.

Bersambung...

Votmen_

#700 vote lanjut🗿, nggak tembus nggak lanjut.

OM DUDA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang