12

26.4K 1.9K 12
                                    

"Lo yakin? Nanti kalo gue jahatin anak lo gimana? Gue culik anak lo gimana?"ujar Delvin merasa penasaran, rasa malunya langsung menghilang sekarang. Karena waktu pertama kali bertemu pria itu mengatakan jika dirinya jahat bukan? Lalu kenapa sekarang pria itu ingin dirinya menjadi pengasuh anaknya?

Alberio tersenyum tipis, kenapa pemuda itu malah menggoyahkan rasa percayanya sekarang? Ia sudah berusaha berpikir jika pemuda itu orang baik, namun kenapa sekarang pemuda itu mengatakan ini semua?

"Kalau kamu bersikap jahat dengan anak saya atau menculiknya maka saya akan menguliti tubuh kamu dan akan saya jual, kita impas."ujar Alberio pada akhirnya, ia baru sadar jika pemuda itu tak serius mengatakan ini semua, mungkin karena dulu ia pernah mengira pemuda itu orang jahat maka dari itu sekarang pemuda itu mengatakan ini semua, ia tahu itu semua.

Delvin mendengus, ia tak tahu pria itu memang bersungguh-sungguh atau hanya ingin membuatnya merasa aneh? Namun melihat dari tatapan pria itu sepertinya pria itu berkata jujur tanpa berbohong sedikitpun, lagi pula ia sedikit mengerti perkataan balita itu yang mengatakan tentang 'temani' sama seperti pria itu juga, itu artinya memang benar jika pria itu ingin dirinya merawat Kaivan dan akan diberi uang untuk itu semua. Apa ini memang bentuk pekerjaannya selama ini? Karena selama ini ia sama sekali tak cocok dengan semua pekerjaannya, mungkin dirinya memang cocok dan mempunyai profesi bagus menjadi pengasuh.

"Lo beneran mau jadiin gue pengasuh? Gue nggak bisa bahasa anak kecil, bahasa anak kecil gue minim, gue takut anak lo nanti mau makan malah gue kasih minum,"ujar Delvin serius sekarang, ia memang tengah memikirkan balita itu karena jika ia menjadi pengasuh, bukannya akan sulit untuknya tahu apa yang Kaivan inginkan karena tak mengerti bahasanya, ia tak salah bukan?

"Dia kalau mau minum biasanya ambil sendiri, kalau mau makan pun pasti bilang dan itu tak akan begitu sulit dipahami. Seiring berjalannya waktu kau pasti akan mengerti apa yang dia katakan, jika kau bersedia maka hari ini juga kau bisa bekerja karena anak saya ingin sekali bertemu denganmu dan bermain bersama denganmu. Saya akan membayar perhari untuk ini semua,"ujar Alberio dengan tatapan datar miliknya, karena perkataan pemuda itu cukup lucu untuknya. Bagaimana mungkin pemuda itu bisa separah ini tak paham dengan bahasa anak kecil.

Pemuda itu terdiam, karena ini tawaran yang sangat luar biasa. Jika dirinya menolak maka kesempatan seperti ini tak akan pernah datang lagi nantinya.

"Gue mau-mau aja sih, cuman ini kerjanya harian atau tinggal dirumah lo? Soalnya gue masih ada kos yang mau dirawat kalo sampe tinggal dirumah lo buat jadi pengasuh anak lo seharian itu kayaknya nggak bisa gue."ujar Delvin pada akhirnya karena dirinya memang tak ingin jika harus menginap dirumah pria itu untuk jadi pengasuh, karena ia masih ada rumah yang harus dirawat dengan baik.

"Kau bisa bekerja sampai jam 7 malam karena saya pulang kerja jam7 malam, setelah saya pulang kau bisa kembali kerumahmu, mulai bekerjanya sekitaran jam delapan pagi. Gaji sehari bisa 500 ribu kalau kau mau, saya akan memberi beberapa pun sesuai dengan kinerja kerjamu,"ujar Alberio membuat kedua mata bulat Delvin melotot.

500 ribu! Sehari! Itu uang gaji sebulannya!

"Gue mau! Mau langsung kerja hari ini pun hayuk! Lumayan juga buat gue makan setahun,"ujar Delvin dengan semangat yang luar biasa, sehari 500 ribu dikali seminggu aja udah banyak. Setelah ini ia bisa makan dengan damai lagi, tak makan mi setiap hari siang dan juga malam.

Alberio tersenyum tipis sebelum beranjak dari sana, "ikut saya, sekarang kau bisa langsung bekerja dirumah saya menjaga Kaivan dirumah."

Pemuda itu ikut beranjak dari tempat duduknya, berjalan mengikuti langkah pria itu saat mendengar apa yang barusan pria itu katakan, hari ini ia mulai bekerja kembali walaupun bukan sebagai pelayan ditempat makan atau minuman karena sekarang ia akan menjadi pengasuh seorang anak, ia sering melakukan ini semua saat dipanti asuhan dulu jadi ini semua tak terlalu menyulitkan baginya, walaupun masih belum bisa mengerti bahasa bayi sepenuhnya.

"Tata!"

Delvin tersentak saat ia masuk kedalam mobil bagian belakang untuk duduk, sudah ada Kaivan yang tengah tersenyum kearahnya. Bahkan balita itu sampai bertepuk tangan saking senangnya, kedua mata bulat itu berbinar dengan sorot mata yang terlihat sangat bahagia.

"Daddy! Tata na batalan temenin Andla dilumah tan! Benelan tan?!" Balita itu sekarang mulai menatap kearah daddynya dengan senyuman manisnya, membuat Delvin yang berada disamping balita itu menahan rasa gemasnya. Bagaimana mungkin balita itu bisa berbicara dengan sangat lancar sekarang, bahkan ia sampai tak mengerti.

"Kakaknya akan selalu menenami kamu dirumah, Kai hanya perlu bersikap manis dan selalu menurut dengan apa yang kakaknya katakan, tak boleh membantah sama seperti Kai menurut dengan daddy,"ujar Alberio dengan fokus menyetir sekarang, ia mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengurus perusahaannya sekarang karena selama ini perusahaannya tak ada yang mengontrol setiap harinya karena ia sibuk menemani Kaivan dirumah.

"Em! Andla plomice! Andla nda batalan natal, teluc Andla duga batalan nulut cama tata na! Thant uuu daddy!"

Delvin sejak tadi hanya diam, melihat interaksi antara anak dan juga ayahnya itu. Ternyata semua perkiraannya saat pertama kali bertemu dengan pria itu sangatlah salah, karena sekarang pria itu bersikap begitu lembut pada anaknya dan juga sangat perhatian. Ia merasa penasaran dengan istri pria itu, pasti dia sangat beruntung mempunyai suami seperti pria itu yang sangat menyayangi anaknya, namun satu hal yang cukup mengganjal didalam pikirannya sekarang.

Tadi pria itu ingin memintanya menjadi pengasuh balita itu agar Kaivan mempunyai teman dirumah, itu artinya itu balita itu tak berada dirumah juga sehingga membuat Kaivan harus tinggal dengan pengasuh dirumah, apa mungkin ibu balita itu ikut bekerja juga seperti kebanyakan wanita diluar sana.

Mungkin saja seperti itu, ia tak ingin terlalu banyak bertanya karena itu tak baik untuk pekerjaannya sekarang. Mungkin nanti ia akan tahu sendiri semuanya, seiring berjalannya waktu.

Ia masih tak menduga jika hari ini dirinya bisa mendapatkan kerjaan, walaupun diluar hal yang biasa ia lakukan selama beberapa tahun ini. Ia masih sangat senang mendapatkan ini semua, karena akhirnya sekarang ia mendapatkan kerjaan lagi dan bisa membelikan beberapa makanan lagi untuk anak yang ada dipanti asuhan, ia tersenyum membayangkan itu semua.

Bersambung...

Votmen_

#160 vote

OM DUDA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang