Delvin memutuskan untuk mencari kerjaan lagi hari ini, rencananya ia akan pergi sedikit jauh dari tempat kemarin agar hal yang tak diinginkan tidak terjadi lagi, ia masih sedikit merasa trauma dengan itu semua namun jika terus berdiam diri dirumah tanpa kerja maka dirinya akan mati kelaparan.
"Semoga hari ini gue dapet kerja, minimal dapet gadun lah! Biar gue tambah semangat kan, biar bisa kerja sambil manjain gadun, sekalian gue kaya mendadak, siapa tau kan itu jadi nyata hari ini,"ujar Delvin dengan menutup pintu kos miliknya.
Pemuda itu menunduk, mengambil uang yang ada didalam saku celana miliknya, terdiam saat melihat uangnya hanya sisa 40 ribu rupiah. Padahal sejak beberapa hari ini ia sudah menahan diri agar selalu makan sehari sekali agar uangnya hemat, namun tetap saja uangnya berkurang karena harga semua makanan terus naik setiap harinya sedangkan dirinya masih belum mendapatkan kerjaan, nasip sial selalu mendatangi dirinya.
"40 rebu, ini bisa beli mi lima bungkus, terus beli minum yang canggkiran itu buat bertahan selama beberapa hari. Huft! Dalam beberapa tahun ini gue makan mi mulu! Gendut kagak, tambah kurus iya! Bangsat! Kalo hari ini nggak dapet kerjaan lagi, gue mau nggak mau harus mulung sih buat cari uang, kalo nggak pasti gue bakalan mati."seru Delvin dengan terus berjalan, ia sudah memikirkan semuanya. Jika hari ini tak dapat kerjaan lagi, maka dirinya akan mulung dijalan demi bertahan hidup walaupun itu semua sangat sulit namun mau tak mau harus dirinya lakukan.
Saat tengah asik berputar dengan pikirannya sendiri, Delvin terdiam saat melihat sebuah mobil berhenti disampingnya sekarang dengan pintu mobil itu perlahan terbuka, seorang balita keluar dari sana dengan senyuman mengembang.
Membuat pemuda itu terdiam beberapa saat untuk mengingat kapan dirinya bertemu dengan balita yang sekarang tengah menatapnya dengan senyuman manis, sehingga lesung pipinya terlihat.
"Tata! Ini tata Delvin tan! Tan! Temu duga!" Kaivan menatap kakak didepannya dengan senyuman manis miliknya, ternyata rencana daddynya untuk mencari kakak yang ia inginkan ternyata berhasil! Mereka berhasil menemukan kakak itu!
Delvin masih terdiam untuk mengingat kapan dirinya bertemu dengan balita itu, sebelum menarik senyuman miliknya juga saat mengingat kapan dirinya bertemu dengan balita dihadapan dirinya sekarang, beberapa hari yang lalu mereka sempat bertemu sebelum balita itu pulang bersama dengan daddynya. Pria yang membuatnya tak bisa tidur semalaman.
"Kaivan?"ujar Delvin dengan sedikit menunduk agar bisa menatap balita itu, ia masih ingat nama balita itu dengan sangat jelas.
"Em! Andla caliin tata na tadi! Coal na Andla penen ditemenin dilumah cama tata na! Tata na mau tan?"
Pemuda itu hanya diam saat mendengar perkataaan semangat dari balita itu, karena demi apapun ia sudah mengatakan jika dirinya tak terlalu mengerti dengan bahasa balita, hanya mengerti sedikit.
"Anak saya ingin kamu menemani dia dirumah."ujar Alberio yang sejak tadi hanya diam didekat mobil miliknya, ia masih berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan pemuda yang membuatnya tak bisa tidur itu.
Atensi Delvin teralihkan, kedua mata bulat itu mengarah pada seorang pria yang berhasil menyita sebagian dari pikirannya selama beberapa hari ini, ia sama sekali tak menyangka jika akan bertemu lagi dengan pria yang ia katain om-om waktu itu. Andai tak ada anaknya mungkin sekarang Delvin sudah berlari dari sini karena merasa sangat malu bertemu dengan pria itu lagi.
"Tata! Mali temani Andla dilumah! Tata matan! Ain! Tidul! Belenang~ jajan! Em buat kue! Buat cemua na!"ujar Kaivan kembali saat merasa tak ada jawaban apapun dari kakak yang tengah dirinya ajak bicara sekarang.
"Bisa kita bicara sebentar?"tanya Alberio saat melihat pemuda itu hanya diam, mau tak mau dirinya harus turun tangan untuk menjelaskan semuanya agar pemuda itu mengerti dengan apa yang anaknya itu sampaikan tadi, ia tak ingin Kaivan langsung bersedih karena pemuda itu tak mengatakan hal apapun, padahal ia sendiri tahu jika pemuda itu tak mengerti dengan apa yang balita itu katakan.
Delvin tersentak mendengar pertanyaan itu, dengan pelan ia menganguk agar semua rasa malu yang ada didalam dirinya menghilang, sebelum ini ia tak pernah merasa semalu ini karena selama ini dirinya selalu bersikap cuek tapi sekarang saat berhadapan secara langsung dengan pria yang sudah ia maki habis-habis, membuatnya merasa sangat malu sekarang.
"Daddy bicara sama kakaknya dulu ya? Kai masuk kedalam mobil dulu, karena anak kecil tak boleh mendengarkan orang tua berbicara bukan?"ujar Alberio saat melihat jawaban dari pemuda itu, ia akan berusaha membuat dirinya merasa nyaman dengan pemuda yang sudah ia katakan tak waras waktu itu, rasanya sangat canggung dan juga aneh namun jika tak meluruskan semuanya maka anaknya akan merasa sedih.
Balita itu menganguk dengan semangat sebelum berlari kearah mobil mereka, sedangkan Alberio beranjak dari sana untuk mengambil tempat duduk disalah satu kursi yang ada disana, sedangkan Delvin mau tak mau mengikuti langkah pria itu karena jujur ia penasaran dengan apa yang akan pria itu katakan, mungkin kalau dirinya mengerti dengan apa yang balita itu katakan mungkin semuanya akan jauh lebih mudah, tapi sayangnya ia tak mengerti.
"Sejak pertemuan pertama kamu dan juga anak saya waktu itu, telah berhasil membuat anak saya menyukai kamu. Bahkan selama beberapa hari ini dia selalu membahas tentang kamu terus-menerus, sehingga semalam dia memaksa saya untuk menemani dia mencari kamu. Saya hanya bisa menuruti apa yang dia inginkan karena takut anak saya akan sakit nantinya. Dan tadi dia mengatakan jika dia ingin kamu menemani dia dirumah, menjadi pengasuh dia mungkin. Karena biasanya dia memang saya tinggal bersama dengan pembantu yang ada dirumah saya saat saya bekerja, jadi mungkin saja setelah bertemu dengan kamu dia ingin seseorang yang bisa menemani dan juga menjadi teman secara langsung untuknya. Jika kau mau menjadi pengasuhnya, maka saya akan memberi kamu gaji setiap harinya. Katakan lah sekarang saya tengah meminta kamu untuk menjadi pengasuh anak saya."
Delvin mengerjab, secara tak langsung pria itu ingin dirinya menjadi pengasuh anaknya bukan? Bukan kah waktu itu pria itu mengatakan jika dirinya orang jahat?
"Lo yakin? Nanti kalo gue jahatin anak lo gimana? Gue culik anak lo gimana?"ujar Delvin merasa penasaran, rasa malunya langsung menghilang sekarang. Karena waktu pertama kali bertemu pria itu mengatakan jika dirinya jahat bukan? Lalu kenapa sekarang pria itu ingin dirinya menjadi pengasuh anaknya?
Alberio tersenyum tipis, kenapa pemuda itu malah menggoyahkan rasa percayanya sekarang? Ia sudah berusaha berpikir jika pemuda itu orang baik, namun kenapa sekarang pemuda itu mengatakan ini semua?
Bersambung...
Votmen_
#100 lebih
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA {TERBIT}
RomanceDelvin Lby, pemuda pecicilan, bar-bar, suka membuat onar, secara tiba-tiba bertemu seorang pria yang selalu bersikap dingin, jarang bicara dan tak tersentuh sama sekali. Delvin tak menyukai pria itu karena sikapnya, ia merasa pria itu terlalu dingin...