"Butan! Dia butan mommynya Andla! Andla nda puna mommy! Daddy bilang mommynya Andla pelgi tinggalin Andla cama daddy! Mommy na Andla jahat!"ujar Kaivan yang sejak dari berada disamping kakak baik, ia tahu jika wanita yang sekarang ada didepan mereka adalah ibunya, namun ia tak ingin bertemu karena ibunya itu jahat, dia sudah meninggalkan dirinya dan juga daddynya disini.
"Daddy kamu berbohong sayang, momny tak meninggalkan kamu disini tapi daddy kamu yang mengambil kamu pergi dari mommy,"ujar wanita itu dengan air mata yang dengan perlahan turun membuat Delvin tersenyum tipis melihat itu semua, apa wanita itu tak ada acting lain? Kenapa perkataannya terlihat sangat bohong, karena selama mengenal pria itu ia tahu jika daddynya Kaivan orang baik, pria itu tak mungkin memisahkan anak dan juga mommynya.
"Boong! Andla tau mommy boong! Tata daddy nda boyeh boong! Boong itu doca! Mommy tinggalin daddy sama Andla dicini! Mommy nda cayang cama Andla! Mommy jahat! Andla nda cuta mommy!"
"Diam! Kamu berisik. Saya datang kesini untuk membawa kamu pergi bersama dengan saya, hidup bersama suami baru saya karena disini kamu tak akan bahagia bersama dengan daddymu itu! Dia pria egois! Kamu tak bisa bersama dengannya!"
Wanita itu menarik pergelangan tangan kecil Kaivan, membuat balita itu meronta dan berteriak minta dilepaskan karena ia tak ingin ikut bersama dengan mommynya, ia hanya ingin ikut daddynya sama.
Delvin yang melihat itu semua, langsung menyentak tangan wanita itu sebelum menarik Kaivan agar berdiri dibelakang tubuhnya, balita itu langsung memeluknya dengan sangat erat sedangkan wanita itu langsung menatapnya dengan penuh emosi.
"Siapa kamu? Berani-beraninya kamu ikut campur dalam masalah saya. Kaivan anak saya, hak saya untuk membawanya bersama dengan saya karena daddynya tak bisa merawatnya dengan baik, Kaivan tak akan bahagia jika tumbuh bersama dengan daddynya saja!"
Wanita itu mulai membentak Delvin, membuat pelukan dibelakang tubuhnya mengerat, ia tahu jika Kaivan merasa sangat takut sekarang, tapi ia berjanji akan membuat wanita itu pergi dan merasakan hal yang sama seperti balita itu sekarang.
"Diem anj! Lo nggak berhak bentak-bentak gue disini! Lo cuman tamu disini! Jadi lo nggak ada hak buat bentak-bentak gue! Pantes suami lo ninggalin lo sama anak lo juga, ternyata sikap lo kek gini, nggak heran lo ditinggalin! Sekarang dengan mudahnya lo datang kesini dan ingin bawa Kaivan sama lo dengan alasan daddynya Kai nggak akan bisa bahagiain dia? Bukannya itu terbalik ya? Ngaca dong! Seharusnya lo bilang gitu sama diri lo sendiri, kalo lo nggak punya kaca nanti gue beliin deh gratis," Delvin tersenyum tipis setelah mengatakan itu semua sebelum menutup matanya saat wanita itu akan memberikan tamparan untuknya, ia terdiam cukup lama menunggu tamparan itu sampai dengan perlahan ia mulai membuka kedua matanya hingga tatapannya mengarah pada seorang pria yang tengah menahan tangan wanita itu.
"Bawa anak saya ke kamarnya sekarang juga."
Mendengar itu semua, Delvin langsung membalik tubuhnya sebelum mengangkat tubuh gempal Kaivan didalam gendongannya sekarang, ia akan mengamankan balita itu sekarang dan membuatnya tenang sekarang, demi apapun kehadiran wanita itu merusak segalanya. Dengan kejadian ini pasti Kaivan akan merasa takut.
"Puas? Masih mau bermain? Sini bermain bersama denganku, akanku pastikan kau akan puas sehingga berbicara pun tak bisa. Pantas saja sejak tadi perasaanku tak enak, ternyata ada kau datang kesini."ujar Alberio dengan suara dingin miliknya.
Sejak tadi ia merasa kurang nyaman berada dikantor, pikirannya terus mengarah pada Kaivan dan juga anaknya dirumah, sampai ia memutuskan untuk pulang agar pikirannya lebih tenang, namun bukannya merasa tenang ia malah melihat ini semua, melihat pemuda itu berusaha melindungi anaknya, dan perkataan pemuda itu yang cukup menusuk. Untung saja ia bisa datang tepat waktu, sehingga bisa menghentikan wanita ular ini berbuat hal jahat pada anak dan juga pemuda yang ia cintai.
"Disini aku tak salah! Kamu mengatakan jika aku ingin bertemu dengan anak kita maka aku tinggal datang kesini saja bukan? Tapi pemuda itu melarangku mendekati Kaivan bahkan sampai menghinaku seperti tadi, wajar saja jika aku marah kan?"
Alberio tersenyum, senyuman penuh arti miliknya.
"Hanya ingin bertemu dengan Kaivan atau menyakitinya? Saya tak buta untuk tak tahu apa yang kau lakukan tadi. Kau memaksa Kai untuk ikut denganmu agar kau bisa mempunyai anak bersama dengan suami barumu bukan? Kenapa? Sekarang saat bersama dengan suamimu kau tak mempunyai anak? Dulu saat saya memintamu bertahan demi Kai, apa yang kau lakukan? Sekarang saat saya sudah merasa bahagia dengan kehidupan saya, kau malah datang untuk mengacaukan semuanya? Lebih baik kau pergi dari sini karena semua yang kau inginkan tak akan pernah kau dapatkan."ujar Alberio menutup pintu rumahnya tepat didepan wanita itu.
Ia tak menyangka jika wanita itu akan datang kembali untuk membawa Kaivan bersama dengannya. Walaupun mungkin ia tak bisa membahagiakan anaknya sendirian, tapi ia tak akan pernah memberikan Kaivan pada wanita itu. Ia cukup emosi, hanya saja sekarang wanita itu tak ada hubungan apapun dengannya lagi sehingga ia tak ada hak menyakiti wanita itu, mungkin jika masih ada ikatan ingin sekali ia menampar wanita itu agar dia sadar apa yang sudah dia lakukan sekarang ini salah.
Setelah itu ia langsung berjalan kearah lantai dua untuk melihat bagaimana kondisi anaknya sekarang, ia tak ingin sampai terjadi sesuatu pada Kaivan, karena ia tahu betul bagaimana wanita itu.
Saat sampai didalam kamar anaknya itu, ia biss melihat jika pemuda itu tengah duduk dengan menatap kearah Kaivan yang tengah tertidur sekarang. Ia tahu jika anaknya itu pasti merasa sangat takut tadi, untungnya ada pemuda itu yang bisa melindungi Kaivan dengan sangat baik.
"Sejak kapan Kai tertidur?"tanya Alberio dengan berjalan mendekat, membuat Delvin yang sejak tadi memerhatikan balita itu langsung mengalihkan tatapam miliknya.
"Barusan. Kai keliatan takut banget tadi, mungkin karena takut akan dibawa oleh wanita tadi dan juga takut suara bentakan tadi."ujar Delvin dengan menatap kearah pria yang mulai mengambil tempat duduk disampingnya sekarang.
"Saya lupa untuk mengatakan ini semua, karena memang kemungkinan terbesar mommy Kaivan akan datang kesini setelah kami bercerai tiga tahun yang lalu. Tapi saya masih tak menyangka dia akan senekad ini bahkan hampir mencelakai Kaivan anak yang sudah dia lahirkan tiga tahun yang lalu, walaupun dia tak pernah ikut andil dalam menjaga Kai sejak kecil."ujar Alberio dengan pelan, namun masih bisa didengar oleh Delvin.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA {TERBIT}
RomansaDelvin Lby, pemuda pecicilan, bar-bar, suka membuat onar, secara tiba-tiba bertemu seorang pria yang selalu bersikap dingin, jarang bicara dan tak tersentuh sama sekali. Delvin tak menyukai pria itu karena sikapnya, ia merasa pria itu terlalu dingin...