Sekian lama diam, Aby kesulitan mencari alasan untuk meminta kencan disudahi tanpa perlu menjelaskan alasan yang sesungguhnya. Ia ingin berbohong pada om Lenz jika ia harus segera pulang karena ia harus terbang pukul 7 pagi, atau alasan apa pun yang sejenis itu, tetapi om Lenz terlanjur tahu agendanya dan sudah bertanya berkali-kali, apakah kencan mereka akan mengganggu waktu istirahatnya, dan Aby mengatakan ia tidak melihat adanya masalah meskipun harus berangkat pagi-pagi, lalu om Lenz berjanji makan malam ini tidak akan sampai jam 12 malam — seperti Cinderela — sejam lalu Aby masih mempercayai dirinya Cinderela.
"Tiba-tiba saya sakit kepala." Akhirnya Aby menemukan alasan.
"Apa ada kata-kata saya menyinggungmu?"
"Tidak, saya hanya sakit kepala."
"Tidak, kamu tidak sakit kepala, kamu seperti orang yang sedang tersinggung."
Menganggap alasannya ditolak, Aby terpancing amarah, tetapi ia kesulitan mengeluarkan amarahnya. Ia tidak ingin bertele-tele menjelaskan, yang artinya ia harus membuat kebohongan baru. Ia hanya ingin om Lenz mempercayai atau pura-pura percaya saja kalau ia memang sakit kepala, lalu mengantarnya pulang.
"Katakan saja," desak om Lenz. "
"Maaf, mengapa orang-orang sepertimu begitu meremehkan model seperti saya," kata Aby tak lagi sanggup membendung amarahnya. "Om pikir dilamar jadi istri milyader seperti Om, itu iming-iming yang fantastis, ya?"
Om Lenz tampak terkejut dan membeku, gelas di tangannya mengambang dalam posisi miring, untung isinya tidak tumpah.
"Saya tidak polos-polos amat, saya tahu sehebat-hebatnya Om perlakukan saya ibarat putri, atau istri simpanan, tapi Om akan tetap menyembunyikan saya dari keluarga Om, selamanya. Apa enaknya hidup sembunyi-sembunyi."
"Seingatku, rasanya sudah pernah mengatakan kalau aku tidak berkeluarga, alias single."
"Ya, Om pernah bilang begitu, tetapi pengakuan kadang berbeda dengan kenyataan. Diluaran banyak orang seperti itu dan baru mengaku setelah lama sekali."
"Jika kamu tidak tertarik padaku, lalu untuk apa kamu ladeni chat, atau telepon dan ajakan makan malam ini. Kamu bahkan tidak protes kita memakai aplikasi chat paling rahasia di dunia."
"Itu ada alasannya," sahut Aby, ia kemudian memperbaiki posisi dan berdehem. Om Lenz menunggu dengan senyum yang tenang. Aby membenci senyumannya. "Itu karena saya menghargai posisi Om dan juga melindungi diri saya sendiri. Profesi kita sama-sama rawan dari musuh-musuh digital di luar sana."
Om Lenz menyukai jawaban Aby, cerdas. Sejak awal ia menyukai Aby karena ia berbeda dari kumpulannya pada waktu itu, di Dubai. Kehadiran Aby membuatnya tidak merasa bosan berada di acara yang membuatnya terpaksa hadir. Anak teman baiknya mengadakan peragaan busana muslim rancangannya di sana, teman baiknya amat bahagia pada akhirnya bisa berguna selain kerjaannya selama itu pesta pora di kalangan atas. Ia tak ragu mengeluarkan uang banyak untuk perhelatan itu — mungkin tak sebanding dengan penghasilan dari penjualan bajunya, setidaknya ia mempunyai sesuatu untuk membungkam cibiran tentang anaknya dari lingkup pergaulannya.
Om Lenz datang untuk mendukung teman baiknya itu, meskipun ia akan mati bosan di sana. Ia sudah mempersiapkan diri untuk dua jam waktu yang akan terbuang beserta sampah-sampahnya. Dan Aby merebut perhatiannya. Sorot mata gadis itu tampak sama bosannya dengan dirinya. Ia tersenyum palsu pada orang-orang sekitar, sama sepertinya. Ia bicara dan mendengar amat antusias pada lawan bicaranya, namun di saat yang sama benaknya jelas tergambar mengabaikan lawan bicaranya, juga sama sepertinya. Kepalanya mengangguk padahal hatinya menggeleng, matanya mengerjap senang padahal tidak. Semua yang dilakukan om Lenz, dilakukan Aby juga. Mereka bahkan saling bertukar pandang dan merasakan getaran kebosanan masing-masing. Om Lenz dan Aby seperti terkoneksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MODEL
Mystery / ThrillerAby pikir telah mengakhiri karir modelnya dengan sempurna setelah dinikahi Pengusaha sukses, tapi seorang wanita cantik terbunuh setelah Aby mencurigai wanita itu ada hubungan rahasia dengan suaminya.