18. Mengorek

255 37 16
                                    


Pada awalnya, Joan tidak membayangkan sambutan mereka akan sehangat itu, apalagi disambut langsung oleh pemiliknya, namun seiring berjalannya waktu Joan tahu jika pelayanan mereka semata-mata demi mengeruk cuan lebih banyak  dari seorang yang patah hati. Kesan orang, atau pelanggan yang datang mungkin akan beranggapan jika tempat dengan konsep VIP, atau sentuhan personal semacam itu sebagai pelayanan kepada pelanggan dengan konsep lain dari yang lain --- out of the box, dibanding pelayanan coffee shop sejenis, namun Joan hafal pergerakan dalam bisnis, mereka melakukan sentuhan personal untuk membuat pelanggan terkesan dan merasa ditemani saat situasi terburuk dalam hidupnya. Jakarta adalah kota egois dan individualistik, The Moon menangkap peluang ini, mereka siap memeluk pelanggan yang sedang mengalami hari buruk dan menyodorkan banyak menu yang bisa dipilih untuk menghibur dan menemaninya, dan itu mahal.
"Saya Mieke, selamat datang di The Moon," sapa perempuan itu, tadi.

Mieke mempunyai ukuran tubuh ideal, berperawakan sedang dan kulit kuning langsat. Dia seperti perempuan 30an versi paling menarik dengan potongan rambut pendek, tren terbaru yang disebut model rambut pixi. Dia memiliki senyum yang manis dengan lesung pipit di pipi kanannya. Tanpa ragu Mieke memeluk pinggang Joan ketika berjalan beriringan menuju meja yang dipesannya --- di dekat Jendela dengan pemandangan jalan raya. Joan duduk di kursi empuk yang memberinya sensasi kenyamanan dan pelayanan kelas satu.

"Jangan khawatir anda tidak boleh sedih malam ini, sebab live musik akustik yang tampil malam ini akan menghiburmu, saya janji. Suka musik akustik, kan?" ujarnya lagi.

"Ya, tentu saja. Saya tidak sabar, terima kasih atas kebaikanmu, saya merasa tersanjung disambut langsung oleh pemilik kafe ini."

Mieke berlalu dari hadapan Joan sambil membawa nota pesanan dengan senyum ramah. Disaat yang sama, Joan mulai memutar otaknya mencari cara menahan Mieke untuk duduk bersamanya. Joan ingin mengorek apapun darinya, entah itu informasi atau seluk-beluk Mieke: siapa dia, apa latar belakang hidupnya, asal-usulnya dan seterusnya. Joan tahu misinya terdengar mustahil, tapi Joan pikir bukan tidak mungkin dia mendapatkan keberuntungan malam ini.

Tapi kenyataannya pesanan Joan diantar seorang pelayan, bukan Mieke sang pemilik seperti harapannya. Joan menelan ludah dan kekecewaannya dengan anggun dan tetap mengangguk, tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada pelayan itu. Joan menelisik menu yang dipesannya satu per satu, mengagumi tampilan hidangan yang menggugah selera itu, belum lagi semerbak wangi asam Arabika sudah menggelitik hidungnya. Sejenak Joan mengabaikan kekecewaannya, atau mengobatinya dengan menghirup uap kopi di cangkirnya. Dalam dua sesapan, Joan sudah tahu kopi itu adalah seduhan kopi paling enak yang pernah dinikmatinya, dia berani menilai Starbucks berhasil dikalahkan oleh The Moon.

Perhatian Joan terbagi ketika mendengar bunyi instrumen musik dari panggung mungil di sudut ruangan. Mereka terdiri dari tiga personil; dua orang memainkan gitar akustik seorang lainnya memainkan kotak kayu yang fungsinya menggantikan drum. Mereka mengawali pertunjukan tanpa menyapa dan langsung memainkan lagu instrumental. Iramanya pelan, terdengar melow dan menenangkan.

Joan nampak menikmati suasana, namun matanya mengawasi Mieke yang sedang sibuk menyapa pengunjung dari meja ke meja. Joan harus mengakui jika Mieke memiliki senyum tulus, tidak seperti pemilik atau pekerja kafe lain yang memiliki senyum komersil --- senyum untuk kepentingan dagang. Joan tidak tahan melihat senyum Mieke, orang yang membuat sahabatnya bersedih, maka dia memanggil pelayan, lalu berkata, "tolong sampaikan pada Beliau," ujarnya sambil menunjuk ke arah Mieke dengan kerling matanya, "jika berkenan menemani saya sebentar sekedar mengobrol."

Pelayan itu bekerja dengan baik, menyampaikan keinginannya pada Mieke saat itu juga. Mieke melambaikan tangan ke arah Joan dan memberi isyarat kepadanya untuk menunggu, sebentar lagi dia akan ke meja Joan, begitu kira-kira maksud isyaratnya.
Mieke pergi dari salah satu meja pengunjung itu setelah berbincang sejenak dengan mereka, berjalan ke arah Joan, kemudian berbicara dengan salah satu pelayan yang berpapasan dengannya.

SANG MODELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang