Gadis Penjual Roti 🍞

1K 72 2
                                    

Aroma roti yang wangi serta asap yang mengepul kala penjual roti membakar rotinya di atas wajan lempeh membuat orang-orang yang kelaparan di malam yang dingin berkumpul mengerumuni gerobak itu.

Seorang gadis mengelap keringatnya yang mengucur deras akibat uap panas dari panggangan. Ia begitu sibuk mengurus pesanan pelanggan dan menyiapkan roti bakar. Ditambah lagi pelanggan yang tak sabaran membuatnya harus cekatan, jika tidak ingin membuat para pembeli kesal.

"Nona, saya roti bakar dua ya. Rasa cokelat keju." Ucap seorang pembeli dengan penekanan, raut wajahnya tidak sabaran karena sudah lama menunggu.

"Baik tuan, mohon tunggu sebentar. Maaf membuat anda menunggu lama. " Sahut gadis penjual roti itu.

Usai melayani pesanan yang berjibun akhirnya penjual roti bisa beristirahat karena dagangannya telah habis terjual malam itu.

Gadis itu mengelap keringat di keningnya dengan tisu, usai membersihkan gerobak dan bersiap menutupnya.

"Ah punggungku sakit sekali." Gadis itu memukul-mukul punggung belakangnya yang pegal.

Dari tempatnya berjualan terpampang jelas jam raksasa di dekat gereja kota. Jam itu begitu besar bahkan masih terlihat jelas hingga jarak puluhan kilometer. Jam itu berdenting menunjukkan tengah malam.

Gadis itu menghela nafas lega. Ia terlihat puas dengan dirinya.
"Kerja bagus Minatozaki Sana. Terima kasih untuk hari tuhan." Gadis itu berucap syukur dan mengusap wajahnya dengan lembut.

Segera ia menutup gerobak jualannya. Ditentengnya tas rajut berukuran sedang. Ia berjalan di aspal malam yang dingin dengan pakaian yang lusuh dengan cipratan selai serta mentega. Noda itu ia peroleh saat menyiapkan pesanan pelanggan.

Sana berhenti di depan toko toserba untuk membeli ramen dan soda.

"Selamat datang." Sambut penjaga konter.

Sana melirik gadis itu sekilas. "Lesu sekali." Sana bergumam dalam hati. Perutnya yang sudah keroncongan membuatnya dengan cekatan mengambil ramen kemudian menyeduhnya. Dia duduk di salah satu meja dekat jendela toserba itu. Sambil menunggu ramennya matang ia pergi ke konter untuk membayar. Toserba itu tidak begitu ramai. Hanya ada dua atau tiga pelanggan termasuk dirinya.

"Satu ramen dan segelas soda." Sana berucap kepada petugas konter.

Gadis penjaga konter menggelengkan kepala. "Semua itu gratis."

"Maksudnya?" Sana terheran.

"Gratis untuk setiap pelanggan ke seratus." Penjaga toko menjawab dengan nada datar serta ekspresi agak cuek.

"Oh jadi aku pelanggan ke seratus?" Mata Sana berbinar, syukur juga ia dapat makan gratis malam ini.

Gadis penjaga konter cuek saja melihat ekspresi gadis di hadapannya dan kembali ia duduk di kursi kecil dibelakang konter.

Sana yang sudah sangat lapar segera menyeruput ramen super pedas.

Slurpp.. "Wah lezat sekali" wajah Sana yang sedikit kepedasan tidak mengurangi ke-imutan gasps itu.

Tanpa ia sadari sedari tadi ada seseorang yang terus memperhatikannya.

"Emm" Sana bersendawa setelah meneguk habis sodanya.

Gadis itu melamun melihat keluar kaca. Jalanan kota yang sepi dan hanya diterangi lampu jalan yang redup membuat suasana hati gadis itu tidak karuan.

Pukul satu dini hari. Sana telah terbaring di atas ranjang dengan rambut basah diselimuti handuk. Gadis itu terlihat segar setelah membasuh dirinya yang kotor dan berkeringat.

Christmas With You {Satzu}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang