💦 Air dan Api 🔥

439 42 0
                                    

"Jika aku perhatikan hubunganmu dengan Tzuyu unik ya, San." Mina berucap pada Sana yang tengah meraup isi mangkoknya dengan lugas. "Aku suka kutipan lagu ini 'mengapa kita saling membenci, awalnya kita saling memberi, apakah mungkin hati yang murni tidak cukup berarti, ataukah kita belum mencoba, memberi waktu pada logika, banana hidup bagaikan air dan api'" Mina menyanyikan kutipan lagu yang sekiranya cocok dengan kondisi sekarang.

Sana menatap kosong ke luar jendela. Ia mendengar nyanyian Mina dan mulai berpikir dibuatnya.

"Apakah aku masih ingin membunuh Tzuyu?" Sana berucap dalam hati. "Mengapa perasaan ini semakin luntur?."

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Mina setelah menelan habis toppoki terakhirnya.

"Apa kamu percaya keajaiban?" Sana penasaran. Ia tidak dapat melepaskan ingatan tentang wanita kurcaci dan janjinya.

"Lebih spesifiknya, keajaiban seperti apa yang kamu maksud?" Mina meneguk air putih guna menghilangkan dahaga.

"Jika suatu hari kamu didatangi sosok asing, dan dia menawarkan dapat mengubah takdirmu. Apa kamu percaya?" Sana sebenarnya tidak yakin menanyakan itu, ia tentu saja tidak percaya ada keajaiban yang mampu mengembalikan orang tuanya.

Mina melipat tangannya di dada. Sudut bibir gadis itu terangkat menunjukkan ide telah ia tangkap. "Kamu tahu San, ibuku selalu berkata semasih kita bernafas maka selama itu kesempatan selalu ada. Tapi jujur saja yang kamu bicarakan sulit diterima akal. Namun, aku selalu percaya memang ada keajaiban di dunia. Karena keajaiban itu memberikan makna tersendiri bagi kehidupan setiap orang."

Sana memijat pelipisnya kesal. Ia semakin tenggelam dengan tafsir-tafsir yang tidak ia pahami.

Persiapan di gereja semakin gencar dilakukan mengingat hari yang dinanti sudah dekat. Tzuyu datang setiap pagi ke gereja membantu membersihkan sudut-sudut ruangan dan mengecat kursi -kursi kayu yang sudah pudar. Ia terbayang bagaimana penampilannya sebagai paduan suara saat tampil di aula yang begitu luas dan disaksikan beribu pasang mata. Dalam hati ia berdoa. "Wahai penguasa semesta, semoga Sana mendapatkan kebahagiaannya lagi."

"Wahai anak muda sungguh dikau amat mulia. Terima kasih telah membantu dan mengabdi di rumah yang suci ini." Ucap seorang pastor dari belakang punggung Tzuyu.

"Pastor Jeff, maaf saya tidak menyadari kehadiran anda." Tzuyu tersipu malu.

"Tidak masalah. Ini sedikit yang bisa kami beri." Pastor memberikan Tzuyu dua buah gelang benang satu berwarna biru dan satu lagi berwarna ungu.

Tzuyu menerima dengan santun pemberian itu. Ia tidak lupa berterima kasih.

"Kamu tahu, jika warna biru dipadukan dengan ungu maka akan menciptakan indigo. Indigo sendiri merupakan warna yang dipercaya dapat memperdalam hubungan spiritual dan memberikan kebijaksanaan serta wawasan."

Tzuyu mengangguk paham. Sekali lagi ia berterima kasih.

Sana dan Mina tampak resah menunggu dua orang yang mencalonkan diri bergabung dengan paduan suara Angel 25. Memang mereka perlu tambahan 2 orang lagi.

"Kenapa mereka lama sekali? Apa kita dikerjai?" Sana menggetarkan kaki kanannya tidak sabar.

Mina dengan ekspresi tenang menghela nafas dalam.

"Hai" Ucap Tzuyu.

Sana memelotot. "Mengapa kamu disini?"

Tzuyu tersenyum. Dalam hati ia berkata. "Akhirnya dia bicara kepadaku."

"Mengapa diam saja?" Ucap Sana dengan frustrasi. Ia segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia rindu melihat Tzuyu namun gengsinya juga tinggi.

"Aku membawa dua temanku. Mereka yang mendaftar paduan suara."

Christmas With You {Satzu}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang