Salju Pertama ❄

395 46 1
                                    

Sana yang baru lulus dari bangku SMA memutuskan untuk tidak mengikuti ujian masuk universitas. Tidak seperti temannya yang kebanyakan sedang sibuk belajar untuk ujian, Sana justru sedang menghabiskan sisa waktunya sebaik mungkin.

Ia jadi lebih sering berpergian kesana kemari sejak kematian kedua orang tuanya setahun yang lalu. Berulang kali Sana pergi ke gunung, tebing, laut, ataupun tempat ekstrem lainya. Ia sama sekali tidak merasa takut saat mencobanya. Namun, rencana bunuh dirinya selalu gagal.

Sana membenci semua hal yang berbau Natal. Ia bertekad membalas dendam kematian kedua orang tuanya dengan darahnya di hari paling suci. Mendiang ayah Sana adalah pastor di gereja, sedangkan ibunya adalah pelatih paduan suara di gereja. Sejak kecil kehidupan keluarga Sana tidak pernah lepas dari kegiatan di gereja.

Setahun lalu tepat di malam Natal...

Orang-orang berseru riuh karena Natal tahun ini cukup unik. Jika biasanya Natal sudah dipenuhi dengan salju, namun malam ini belum ada satupun yang jatuh ke bumi. Menurut ramalan cuaca, salju tahun ini adalah istimewa karena tepat jatuh pada malam Natal. Banyak orang berspekulasi bahwa jika membuat permohonan yang tulus saat salju turun maka permohonan itu akan terkabul.

Sana yang waktu itu baru pulang dari toko hadiah dengan gembira melintasi jalanan menuju ke gereja. Ia mengenakan mantel kulit yang dihadiahkan ayahnya dan syal rajut yang dibuat sendiri oleh ibunya.

Sana tidak sabar memberikan hadiah yang telah ia beli dengan tabungannya sendiri.

Dari kejauhan jam besar di gereja menunjukkan pukul sebelas malam. Sebentar lagi upacara di gereja akan dimulai. Sana berjalan lebih cepat agar tidak ketinggalan penampilan paduan suara. Ini merupakan kesempatan pertama baginya untuk tampil sebagai salah satu penyanyi paduan suara di sana. Walau sudah lama bergabung sebagai anggota paduan suara, baru kali ini Sana ditunjuk untuk tampil. Sana sudah berlatih cukup keras agar ibunya bangga melihat putrinya akhirnya bisa meneruskan bakatnya.

Pukul sebelas lewat lima belas menit.
Ribuan orang sudah berkerumun di luar gereja, karena di dalam sudah tidak dapat menampung peserta lagi. Sebagai gantinya layar lebar besar dipasang di luar gereja.

"Lihatlah anak nakal ini. Darimana saja kamu? " Tanya wanita dengan rambut agak kecoklatan dan wajah yang mirip seperti Sana.

"Maaf bu.. Sana habis beli hadiah untuk kalian." Sana berpose peace dengan jarinya.

"Baiklah, sana temui bibi Myoui dan minta ia meriasmu." Ibu Sana memerintah.

"Ibu jangan lupa menyaksikan penampilanku yaa."

Ibunya memeluk Sana. "Ibu akan jadi orang paling bersemangat saat kamu tampil. Lihat saja nanti ibu akan bertepuk tangan paling keras."

Sana melepas kepergian ibunya ke bangku penonton. Entah kenapa hatinya begitu berat ketika menatap punggung ibunya menjauh.

Sebulan sebelum Natal di Korea...

Chou Tzuyu yang dikirim belajar ke Amerika pulang kembali ke Korea setelah mendapati ibunya berselingkuh dengan pria lain tepat di pemakamam ayahnya yang baru saja meninggal.

Tzuyu dan orang tuanya telah tinggal di Amerika sekitar sepuluh tahun. Sebelum itu Tzuyu menghabiskan masa kecilnya di Korea. Ia kenal akrab dengan salah satu tetangganya dulu yaitu keluarga Yoo. Saat kembali ke Korea Tzuyu berniat hidup sebatang kara, namun Yoo Jeongyeon menemukannya sehingga memaksa Tzuyu tinggal bersama keluarga Yoo.

Lambat laun niatnya untuk menyambung hidup mulai kandas. Ia pikir ibunya akan menyesal dan berusaha memperbaiki semuanya. Namun tidak. Ia justru menikah sebulan kemudian dengan selingkuhannya.

Usai mendengar berita itu Tzuyu yang sedang menyendiri di taman kota berniat mengakhiri hidupnya.

Di gereja persiapan sudah mantap. Semua orang tidak sabar menantikan penampilan istimewa dari anak-anak paduan suara.

Sana menaiki panggung bersama segerombolan anggota lainnya. Tepat pukul dua belas malam mereka menyanyikan lagu pujian kepada yang maha kuasa. Sana yang awalnya gugup kini berhasil menyanyikan lagu dengan baik. Pandangannya menatap jelas ibunya yang bertepuk tangan keras serta ayahnya yang mengacungkan jempol kepadanya dari tempat mereka menonton.

Sana tidak dapat mengekspresikan betapa bahagianyya ia melihat kedua orang yang paling ia sayangi di seluruh dunia melihatnya bersinar terang malam itu.

Selesai acara di gereja ayah dan ibu Sana menunggu puteri mereka di luar. Ditengah kerumunan orang ibu Sana melihat seorang gadis yang berjalan dengan tatapan kosong saat hendak menyeberang jalan.

"Awasssss!!!" Ibu Sana berlari kencang dan berhasil mendorong gadis itu ke samping sehingga ia hanya terluka akibat goresan dengan aspal. Sedangkan dirinya sudah tidak terselamatkan akibat tertabrak bus besar. Darahnya mengalir deras membuat semua orang takut.

Ayah Sana menangis sekencang-kencangnya. Ia tak sanggup melihat kondisi istrinya yang begitu parah.

"Tidak!  Jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Sana.. Maafkan ayah." Pria itu berlari menuju salah satu stan penjual roti dan meminjam pisau. Ia menusuk jantungya sendiri dan meninggal di sebelah istrinya.

Sana yang baru keluar dari gereja menjatuhkan hadiah yang ia bawa. Ia begitu terguncang setelah melihat apa yang dilakukan oleh ayahnya.

Tzuyu yang terjatuh di samping pasangan suami istri itu benar-benar terguncang jiwanya.

Saat ambulans datang Tzuyu yang sudah hilang akal berlari dengan tubuhnya yang luka menuju ke taman kota yang sedang sepi.

Sana yang melihat Tzuyu kabur dari lokasi mengikutinya dengan marah.

"Karena gadis itu orang tuaku meninggal!!" Dengan tatapan tajam seakan ingin membunuh Tzuyu ia rela berlari melebihi batas kemampuannya padahal jantungnya sangat lemah.

Dengan keadaan tubuh menggigil Tzuyu bersembunyi di bawah bangku taman yang gelap.

Sana yang telah putus asa memegangi dadanya yang sesak. Matanya berkelana mencari-cari gadis yang menciptakan kemalangan di hidupnya.

Dengan jiwa yang terguncang Tzuyu terus menangis melihat gadis yang nasibnya menjadi malang karena dirinya.

"Padahal aku yang berharap mati! Mengapa orang tua anak itu yang mati?" Tzuyu semakin menggigil akibat luka di dalam dirinya.

Cuaca berubah menjadi amat mencengkam. Sana yang terduduk di depan pohon Natal di tengah kota menatap sedih dan marah ke arah gadis yang berjalan mendekatinya. Gadis itu mengambil lilin yang ada di bawah pohon dan membawanya ke arah Sana.

"Kumohon, bunuhlah aku." Suara Tzuyu bergetar.

Saat itulah butiran salju yang lembut turun pertama kali menyentuh permukaan kulit mereka.

❄☃️☄️

Next?

Christmas With You {Satzu}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang