Hujan deras mengguyur kota Bangkok sejak pagi yang membuat seorang wanita masih betah bermalas-malasan dengan kasur tercinta padahal alarmnya terus berbunyi tanpa henti.
"Mmm.." ia bergumam sambil meraih ponselnya yang berada diatas meja, mematikan alarm itu lalu duduk diatas kasurnya dengan mata yang masih sedikit terbuka.
Becky turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi. Tiga puluh menit berada di kamar mandi dan Becky mulai menyiapkan dirinya mulai dari mengeringkan rambut dan memakai seragam sekolah.
Setelah semua selesai, Becky langsung meninggalkan kamarnya lalu menju ke ruang makan seperti biasa. Tapi suasana pagi ini cukup sepi, tidak terlihat ART yang biasanya berlalu lalang bahkan tidak ada sarapan yang di sajikan diatas meja.
"Apa-apaan ini?" Becky mengerutkan keningnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada, ia tidak tahu harus berbuat bagaimana.
Tak lama kemudian terdengar langkah kaki seseorang berjalan menuju ruang makan dan orang itu tidak lain adalah Freen.
"Kenapa?" tanya Freen ketika melihat wajah Becky cukup kesal pagi ini
"Lihatlah.." Becky menujuk kearah meja makan yang kosong. "Tidak ada makanan dan sedaritadi aku tidak melihat ada ART disini."
"Huh? Bagaimana bisa?"
"Entahlah, aku tidak tahu."
Sedang merasakan kebingungan pagi ini, satu orang ART datang dari pintu ruangan lain.
"Bibi, dimana ART yang lain?" tanya Becky
"Sesuai perintah dari Mr.Armstrong, para ART hanya disuruh untuk membersihkan rumah lalu pulang."
"Lalu bagaimana dengan memasak sarapan dan makanan sehari-hari?"
"Makan sehari-hari dan mencuci tidak termasuk dalam tugas ART sesuai dengan permintaan Mr.Armstong."
"....."
"Saya pamit pulang dulu.."
Setelah ART itu pergi, suasana diantara Freen dan Becky kembali hening seakan keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
"Kenapa ayahku harus melakukan ini kepada kita?"
"Entahlah, mungkin kamu bisa bertanya kepada ayahmu nanti."
"....."
"Kita bisa melakukan semua hal itu sendiri atau membeli makanan diluar dan menggunakan laundry."
Freen merogoh kantongnya dan memberikan amplop coklat kepada Becky. "Ini uang bulanan yang aku berikan padamu."
Becky mengambil amplop itu, ia menyeritkan kedua alisnya melihat isi amplop lalu melihat kearah Freen. "Sepuluh juta? Bagaimana aku bisa hidup dengan uang hanya segini?"
"Aku akan memberikan kamu tambahannya nanti setelah aku mengambil uang di ATM. Lagipula awal bulan kemarin aku sudah memberikan tiga ratus juta."
"Itu tinggal sedikit Freen, aku harus membeli banyak kebutuhan."
"Ya. Aku akan memberikannya padamu nanti." ucap Freen
"Okay, aku akan menunggu."
"Ya udah, aku akan pergi duluan." ucap Freen yang berjalan meninggalkan rumah lalu diikuti Becky yang juga ikut meninggalkan rumah mereka.
----
Tepat satu bulan sudah Freen memakai status sebagai suami dari Becky. Tidak mudah memang menjalin hubungan palsu apalagi ketika sang ayah memutuskan untuk mencabut semua fasilitasnya dan menyuruh untuk bekerja agar bisa membiayai kehidupan Becky maupun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Punishment [ END ]
RomanceFreenBecky - Futanari Jangan terlalu membenci seseorang, bisa saja rasa benci itu akan berubah menjadi sebuah rasa cinta yang rumit.