𝑩𝑨𝑩 9 [𝑫𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓 𝑨𝒛𝒖𝒓𝒂]

134 15 8
                                    

*
*
*

Di hari berikutnya kediaman kedua Amartya sedikit ramai daripada biasanya.

Kali ini yang datang adalah dokter Azura.

Dokter yang sudah sangat di percayai oleh keluarga Amartya itu masuk melewati pagar kediaman Amartya dan pekarangan rumah dengan mobil hitam miliknya pribadi.

Seorang pemuda juga ikut bersama Azura. Pemuda itu melihat ke arah luar dari kaca mobil lalu menatap Azura yang begitu tenang.

"Kenapa banyak orang yang menyambut kita?" tanyanya kebingungan.

Pemuda itu memang belum tau akan pergi kemana, Azura hanya bilang jika akan pergi ke tempat salah satu pasiennya dan pemuda itu di minta untuk ikut.

"Sudah berapa lama kau kerja bersamaku??" tanya dokter Azura masih fokus dengan kemudinya.

Ia mengambil tempat parkir yang memang sudah tersedia di pekarangan rumah Amartya lalu mematikan mobil tersebut.

"1 tahun?" jawab pemuda itu tapi kembali dengan nada bertanya. "Ada apa kak?"

"Dari seluruh pasien yang pernah aku datangi yang ini paling spesial." Kemudian dengan melepaskan sabuk pengaman Azura mengambil tas hitamnya dan melihat seseorang datang mengetuk kaca mobilnya.

Tidak lama kaca mobil tersebut terbuka dan kedua orang itu saling bertatapan.

"Lama tidak bertemu Junov," sapa Azura tersenyum.

"Anda sudah di tunggu." Masih dengan posisi menunduk karena tubuh tingginya Junov memindai satu orang yang duduk di samping Azura.

"Oh dia, Jimin. Asisten pribadi ku. Tuan dan nyonya sudah tau hal ini," lanjut Azura.

Junov tidak mengangguk tidak juga berbicara. Pria itu hanya membiarkan keduanya keluar dari mobil dan berjalan mengikuti Junov yang memimpin di depan.

Semua orang yang berbaris dan berjaga di depan kediaman Amartya membuat Jimin bergidik ngeri. Pasalnya orang-orang itu tidak hanya berdiri tegap dengan tangan kosong tapi ada senjata menemani tangan kanan mereka.

Jimin yang sedari tadi senang karena akan bertemu pasien seniornya ini seketika takut dan menyamakan langkah lebih dekat dengan Azura.

"Mereka keluarga pebisnis kaya, keluarga Amartya," bisik Azura.

Kini Jimin mengerti kenapa keluarga ini begitu di anggap kaya. Bagaimana tidak rumah mewah, dan banyak pengawal yang berjaga, ia merasa seperti mendatangi kediaman orang paling berpengaruh selain rumah wali kota.

Tapi Jimin tidak pernah sama sekali pergi ke kediaman Amartya namun ia tau keluarga Amartya karena sering beredar di media massa.

"Kau sudah menandatangai kontrak denganku. Lalu sebagai psikiater kau juga punya kode etik. Apapun yang terjadi kerahasiaan adalah nomer satu. Aku percaya padamu Jimin," bisik Azura kembali.

Pemuda itu mengangguk paham dan mereka telah sampai di teras rumah kediaman Amartya.

Jimin tau keluarga kaya ini, tersohor, ternama, terkaya, terkenal, uang yang tidak ada habisnya, nama baik yang selalu di bicarakan orang banyak. Bahkan rumah sakit tempatnya dan Azura bekerja adalah salah satu contohnya.

Amartya menjadi penyumbang dana terbanyak di rumah sakit itu.

Itu yang Jimin tau.

Tapi kini pertanyaan kembali memenuhi benaknya. Anggota keluarga Amartya yang mana mengalami gangguan mental?

Bukannya semua baik-baik saja?

Seolah memang di tunggu Sarah berjalan mendatangi tamunya lalu menatap Azura. "Akhirnya kau datang," ucap Sarah dengan nada terdengar gelisah.

𝐄𝐠𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang