1

2.6K 210 26
                                    

Hanya sebuah cerita khayalan. Jangan di bawa ke rl ya. Semua yang ada di sini ga nyata!

Dah gitu aja, monggo dibaca~










BRAK BRAK BRAK!

"BUKA PINTUNYA! WOY BUKA!"

Gedoran pintu terdengar di siang hari ini. Tetangga yang lewat berlalu lalang pasti menengok apa yang terjadi. Namun, diantara dari mereka tak ada yang berani menegur. Karna mereka tau orang itu adalah bawahan dari juragan di desa mereka.

Ceklek~

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang menatap dengan takut, pelaku yang menggedor pintu rumahnya.

"Bayar utang anda sekarang! Janjinya mau dibayar sekarang!" Lelaki yang kemungkinan depkolektor itu menggunakan nada tinggi saat berbicara.

"Kasih saya waktu lagi pak. Uang saya baru selesai saya pakai buat bayar pasaran ikan buat saya jual. Besok kalau penjualan saya banyak, saya akan bayar hutang saya," jelas Ibu itu.

"Dari kemarin janji-janji terus. Kapan dibayarnya. Saya tidak hanya butuh janji, saya ingin hutang anda segera bayar!"

"Iya pak. Saya usahakan buat bayar secepatnya. Kasih waktu saya lagi pak."

"Udah bayar nyicil, masih minta tambahan waktu. Dasar tidak tau diri! Saya masih berbaik hati kepada anda. Saya akan memberi anda tambahan waktu, saya ingin anda segera melunasi hutang anda kepada juragan. Jika tidak membayar, rumah anda sebagai gantinya. Mengerti?!"

"Mengerti pak," jawab Ibu itu dengan takut. Depkolektor itu pergi, meninggalkan perempuan paruh baya yang menangis di depan pintu.

Sedangkan di balik tembok dalam rumah, anaknya mendengar semua apa yang telah terjadi. Hatinya terenyuh. Dia rasanya kecewa dengan dirinya sendiri, karena tak bisa membantu banyak dalam segi ekonomi keluarganya. Uang hasil dia mencari ikan dilaut saja masih kurang untuk makan sehari-hari.

"Andaikan bapak masih ada," kata lelaki itu. Sampai sekarang dia masih bersedih karena kepergian bapaknya. Bapaknya meninggal karena terkena badai saat dan di laut. Membuat sampan yang dipakai bapaknya itu terguling dan bapaknya dinyatakan tewas ditelan keganasan samudra.

"Zeeran."

"Iya buk," sahut lelaki itu yang akrab dipanggil dengan nama Zeeran. Dia bergegas keluar dari persembunyiannya menghampiri sang ibuk.

"Udah makannya nak?"

"Udah buk."

"Segeralah berangkat kerja. Ibu tadi liat Oniel sudah berangkat."

"Iya bu. Zeeran berangkat sekarang."

"Hati-hati ya nak." Ibuk mengusap kepala Zeeran yang sedang salim ditangannya.

"Iya bu." Ibuk tersenyum sendu menatap punggung anaknya yang kian menjauh.

"Semoga hari ini rezeki datang dengan banyaknya," kata Ibuk penuh harap.

~~~

Angin berhembus dengan kencangnya. Kapal yang ditumpangi Zeeran terombang ambing di tengah lautan. Hawa panas tak dihiraukan oleh Zeeran. Tujuannya sekarang adalah mencari ikan sebanyak-banyaknya untuk distorkan nanti.

"Aku tadi lihat di rumahmu ada orang gedor-gedor rumah. Siapa Zee?" Tanya Oniel, temab Zeeran sekaligus bekerja dalam satu kapal nelayan yang sama.

"Anak buah Pak Baskara. Nagih hutang," jawab Zeeran.

"Tidak seharusnya dia berbuat gaduh seperti itu di pagi hari," ungkap Oniel.

"Mau bagaimana lagi? Aku harus bekerja lebih keras lagi untuk membantu ibu," kata Zeeran.

HARTA KARUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang