12

1K 149 4
                                    

Semua teman Zeeran termasuk Zeeran mulai pergi menjauhi rumah yang semalam mereka tempati. Meskipun keadaan Karan masih seperti itu, tapi mereka tetap pergi, dan Karan hanya nurut saja, daripada nyamanya melayang karna tak mau ikut. Mereka jalan lebih cepat, karna takut orang pedalaman itu menemukan mereka. Apa lagi Febrio dan yang lain sempat dikejar oleh mereka. Jadi ada kemungkinan orang pedalaman masih berada di sekitar mereka. Mereka tentunya harus waspada dengan hal itu.

"Sebentar-sebentar, kakiku lelah," keluh Karan.

"Tahan lagi Ran. Kita cari tempat yang lebih aman dulu," balas Evan.

"Kau tak merasakannya! Kakiku sakit. Badanku juga sakit! Ini semua gara-gara kau Zeeran!" Tiba-tiba Karan menyalahkan Zeeran begitu saja, dengan nada yang mulai meninggi. "Aku tak akan membuatmu seperti itu jika kau tak menjadi bajingan semalam!" Balas Zeeran dengan nada datar. Dia masih bisa menahan emosinya kali ini. Karan hanya berdecak kesal.

"Ini terjadi juga semenjak adanya perempuan itu. Sebelum ada perempuan itu kita baik-baik saja. Lihatlah setelah adanya perempuan itu, kesialan mengikuti kita!" Kini Karan gantian menyalahkan adanya Chika diantara mereka.

"Mengapa kau jadi menyalahkan Chika? Tak mengaca kah dirimu jika semua ini terjadi juga karenamu? Sesempurna itukah dirimu sampai sesudah melakukan kesalahan yaitu melecehkan Chika, tapi kau tak merasa berasalah bahkan meminta maafpun tidak!" Sarkas Zeeran. Dia tak suka Chika disalahkan terus menerus.

"Kalau begitu tinggalkan saja dia!" kata Karan.

"Lebih baik kau saja yang kita tinggalkan!" Balas Zeeran. Mereka saling menatap tajam satu sama lain. Hingga para temannya bingung harus bersikap bagaimana menghadapi Karan dan Zeeran yang terus bertengkar.

Jleb!

Sebuah anak panah mencap ke panah tak jauh dari mereka. Ternyata pertengkaran Karan dan Zeeran yang saling beradu kata dengan suara tinggi, membuat orang pedalaman yang berada tak jauh dari mereka mendengarnya. Sehingga merasa ada datangnya musuk, orang pedalaman itu melesatkan anak panas ke arah sumber suara. Untung saja tak mengenai Zeeran dan kawan-kawannya.

"Bahaya! Kita harus meninggalkan tempat ini!" pekik Amir. Mereka bergegas untuk kabur, tapi naas, mereka terlambat. Sekeliling mereka ternyata sudah banyak orang pedalaman yang mengepung dan masing-masing membawa senjata. Zeeran dan kawan-kawan sudah menyiapkan senjata mereka masing-masing siap melawan orang pedalaman itu yang melihat mereka dengan tatapan seperti siap memangsa.

"Jika pertengkaran terjadi, aku ingin kamu pergi dari sini Chik, tinggalkan tempat ini sejauh mungikin," kata Zeeran ditengah ketegangan. "Benat apa kata Zeeran, kau harus bisa menyelamatkan diri," imbuh Oniel.

"Aku tak mungkin meninggalkan kalian dalan keadaan seperti ini," kata Chika.

"Kami tak apa. Keselamatanmu lebih pentin Chika. Pergilah. Kami akan kembali mencarimu jika berhasil mengalahkan mereka," sahut Gian. Chika sudah menangis ketakutan, kembali dihadapkan dengan situasi seperti ini.

Sedangkan Delulu sudah gemetar, tangannya memegang pisau milik emaknya bekas mengiris bawang yang dia bawa secara diam-diam waktu itu. Kakinya gemetar hebat, dia menelan ludah berat. Pikirannya berkecambuk, akankah dia akan mati kali ini?

"HURAA!" Pekik salah satu orang pedalaman. Sontak diikuti juga yang lain. Mereka semua mendekat mulai menyerang Zeeran dan kawan-kawan. "PERGI CHIKA!" Perintah Zeeran dengan lantang. Zeeran dan kawan-kawan mulai menghadapi orang pedalaman itu. Chika mencari celah dan berlari sejauh mungkin dengan tangisan yang menyertai. Hatinya tak tega meninggalkan Zeeran dan kawan-kawan lain yang sudah baik membantunya selama ini. Chika harap mereka semua selamat dan mereka bisa kembali bertemu.

Pertarungan terus terjadi. Mereka berhasil membuat tumbang orang pedalaman. Luka mulai menghiasi tubuh mereka. Banyaknya jumlah orang pedalaman itu membuat Zeeran dan kawan-kawan kualahan. Seluruh tenaga mereka kerahkan.

"AKHH!" Pekik Zeeran karena mendapat sebuah tusukan di lengan kanannya. Zeeran menendang orang pedalaman itu menjauh, membiarkan sebuah benda tajam tetap tertancap di lengannya. Zeeran meringis dan dengan sedikit paksaan menarik keluar benda itu dari lengannya. Darah mengucur begitu derasanya.

BUGH!

Zeeran berakhir pingsan, karena mendapat pukulan sebuah kayu dari arah belakang.

Sekuat-kuatnya mereka bertahan, berusaha untuk mengabisi orang pedalaman itu, semua pada akhirnya gagal. Karena kalah jumlah, membuat mereka gagal dan berakhir dibawa orang pedalaman itu dengan keadaan mereka yang sudah banyak luka. Mengenaskan.






















Tetep lanjut cari harta karun atau pulang aja biar pada ga mati?

Dah gitu aja maap buat typo.

HARTA KARUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang