19

1.5K 138 15
                                    

Zeeran pov.

Dua tahun sudah berlalu. Semua berjalan begitu lancar. Usaha, cinta, kasih sayang semua telah aku dapatkan. Usaha yang aku rintis bersama Chika, kekasihku berjalan begitu sukses. Dengan hasil uang itu kamu bisa membeli sebuah rumah, tak terlalu besar, tapi jarak lebih dekat dengan kios tempat usaha kami. Jadi di sanalah kami tinggal. Tapi tanpa ibu. Karna ibu tak mau meninggalkan rumah, katanya banyak kenangan bersama bapak dulu di sana, jadi ia tak tega pergi meninggalkan rumah. Jadilah hanya aku dan Chika saja yang pindah. Kami benar-benar merintis dari 0.

Perlu kalian ketahui aku tinggal serumah dengan Chika, dengan status belum menikah. Kita terlalu fokus mengumpulkan uang untuk modal nikah. Namun, meskipun tinggal serumah kami tak pernah melakukan hal yang melewati batas, seperti berhubungan badan contohnya. Meskipun kami mempunyai nafsu masing-masing, tapi kami masih bisa bertahan.

Kami terus menabung hingga akhirnya, aku dan Chika telah melakukab obrolan serius untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Kami tak mungkin terus dalam tahap pacaran saja, kita perlu ikatan yang sah di hadapan Tuhan. Maka dari itu kami memutuskan untuk menikah.

Pernikahan akan dilaksanakan hari ini. Aku gugup, tentunya. Sudah berkali-kali menarik napas dan mengeluarkannya berharap rasa gugup ini hilang. Namun, sama sekali tak membantu. Di rumahku sudah ada Oniel, Febrio dan Delulu yang mendampingiku bersiap di rumah.

Chika? Sudah tiga hari kami tak bertemu. Dia tinggal di rumah ibu. Sudah menjadi adat untuk orang yang akan menikah, untuk tidak saling menatap selama 3 hari menuju hari-H. Rindu? Tentu! Siapa yang tak rindu, saat ditinggal oleh seorang yang di sayang. Apa lagi, aku dan Chika setiap hari bersama. Tiba-tiba harus dipisahkan, siapa yang tak rindu?

"Zee sudah? Mobil sudah siap di luar, ayo kita ke tempatmu sekarang," kata Oniel.

Aku berdiri merapikan jas hitamku yang melekat, merasa rapi aku berjalan ke luar rumah. Di dekat mobil sudah ada Delulu dan Febrio yang berbincang bersama sopir. "Akhirnya calon pengantin siap. Kau tau Zee, kata Evan calon istrimu itu sangat cantik setelah di dandani," ungkap Febrio.

"Benarkah?" tanyaku. Aku tak akan pernah meragukan kecantikan Chika. Dia sangat cantik. Tak ada yang bisa menandingi kecantikan Chika, selain ibuku dan calon anak perempuanku nanti.

"Ya benar. Ayo segera ke lokasi. Aku tak sabar melihatmu mengucapkan janji suci dengan Chika," sahut Delulu. Aku mengangguk dan mausk ke dalam mobil, duduk di kursi tengah. Sebelahku ada Oniel dan Delulu, sedangkan di Febrio duduk di depan.

Mobil mulau berjalan menuju lokasi. Pernikahanku akan diadakan di pantai pada sore hari. Kami sengaja memilih waktu itu, agar bisa menikmati sunset yang indah bersama-sama. Aku tersenyum mengingat pertemuanku dengan Chika dulu. Meskipun terkesan menyedihkan saat kondisi dulu, tapi itu cukup menjadi cerita yang keren untuk aku ceritakan kepada anak cucuku kelak.

Suatu hari aku akan bercerita, "Ayah dulu bisa bertemu dengan bundamu saat di sebuah hutan yang lebat. Siapa sangka bundamu itu berakhir menikah dengan ayah?" Pasti sangat seru.

Tak terasa mobil telah berhenti di dekat tempat pernikahanku yang akan diselenggarakan sebentar lagi. Aku turun dari mobil diikuti yang lain. Kemudian aku lebih dulu mendatangi lokasi dan menunggu kehadiran Chika.

 Kemudian aku lebih dulu mendatangi lokasi dan menunggu kehadiran Chika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Dari google)

Aku dan Chika memang sengaja memilih dekorasi yang sederhana, tak terlalu mewah, dan cukup berkesan. Tentang dekorasi memang kita tak terlalu serius memikurkan, karna yang terpenting adalah keintiman saat acara berlangsung.

"Sebentar lagi Chika sampai sini," kata Evan memberi tau.

Sudah banyak orang yang hadir di sini. Jantungku berpacu dengan cepat. Tanganku rasanta basah karna gugup. Aku tak sabar melihat Chika yang beberapa hari ini telah aku rindukan. Terlihat sudah ramai orang yang berjalan menuju ke sini, pasti itu mengantarkan Chika.

Jantungku semakin berpacu dengan cepat. Ya Tuhan. Itu Chika! Dengan balutan gaun putih dia berjalan dengan perlahan. Tangannya melilit tangan seorang lelaki yaitu, saudara Chika yang rela datang untuk menikahkan kami.

Mataku berair, aku tak menyangka akan segera menikah dengan Chika, kekasihku. Perempuan yang aku temui sekitar 3 tahun yang lalu. Perempuan yang dulu aku temui dalam keadaan tidak baik-baik saja. Namun, kamu bersama bisa saling bangkit. Aku tak menyesali perjalananku dulu dalam mencari harta karun di pulau terlarang yang nyawa sebagai jaminan. Aku tak menyesal, bahkan sering kali aku bersyukur karna telah menyetujui ajakan temanku waktu itu untuk berburu harta karun. Karna itulah aku bisa bertemu Chika.

Aku tak menyesal telah membahayakan nyawaku sendiri untuk mencari harta karun, padahal saat pulang aku tak membawa bongkahan emas harta karun itu. Tapi bagiku ada bentul yang lebih berharga dari harta karun emas yang tersimpan di pulau terlarang itu, bentuk itu adalah Chika.

Ya dialah harta karun bagiku. Meskipun aku gagal mendapatkan harta karun berupa emas, tapi aku berhasil mendapatkan harta karun berupa manusia yang akan terus menemani masa hidupku. Aku sangat senang!

Chika sudah dekat denganku. Aku berjalan menghampirinya. Alunan musik mengiringi acara ini. "Saya serahkan saudari saya Chika kepadamu. Jaga dia dengan baik, jangan lukai dia," kata saudara Chika. Aku menerima tangan Chika dengan bergetar, "saya akan terus menjaga Chika, saya akan membuatnya bahagia," jawabku. Saudara Chika tersenyum dan mengangguk.

Aku membaca Chika menuju pendeta yang menunggu di sana. Senyuman terbit di kedua bibir kami. Ini adalah detik-detik kami berdua akan sah menjadi sepasang suami istri. Kami berhanti di depan pendeta yang tersenyum ke arah kami.

"Saudara Zeeran siap?"

"Saya siap!" Ucapku tanpa ragu.

"Saudari Chika siap?"

"Saya siap."

Akhirnya kami mengucapkan janji suci sehingga sah menjadi pasangan suami istri. Para hadirin menyambut dengan tepuk tangan dan sorakan ikut bahagia.

Zeeco pov end.


END


























YOHOO AKHIRNYA END! Keliatan bngt ngebut yak. Alah gapp kwkwkwk, biar bisa tahun baruan dengan lega. Ya walaupun endingnya kyk gimana gitu tapi yaudahlah yaww.

Jujur ini cerita tersusah yang gua bikin sesudah cerita invisible. Nyari ide buat lanjutin sumprit susah bngt, makanya keliatan lama update nya. Karna ya itu njir susah dapet idenya. Tapi akhirnya gw bisa menyelesaikan. Seneng banget!

Oke udh gini aja maap klo gaje. Makasih yg udh ngikutin cerita ini dari awal sampai akhir Makasih yang udah mau vote comment dan kasih dukungan. gua minta maaf kalau ada salah ya pokoknya makasih banyak ya buat kalian. Tunggu cerita gue selanjutnya, gatau kapan.

Selamat tahun baru para kecebongku.

Udah itu aja maap buat itu

HARTA KARUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang