6

1.1K 165 4
                                    

Zeeran dengan Chika terus menelusuri hutan. Zeeran mengikuti jejak dimana dia tadi berlari. Dengan was-was dia memperhatikan sekitar, takut-takut bertemu lagi dengan orang pedalaman yang bisa membahayakan nyawanya. Sedangkan Chika terus memegang tangan Zeeran, tak ingin melepasnya. Entah kenapa dia merasa nyaman dengan orang yang baru saja dia ditemui ini. Tak ada rasa takut saat bersama Zeeran. Karena dia yakin kalau Zeeran ini adalah lelaki baik-baik dan tak akan menyakitinya.

"Kita akan kemana lagi? Sedari tadi kita jalan tak ada tanda-tanda adanya temanmu," kata Chika.

"Aku juga bingung harus bagaimana. Hari akan mulai gelap. Aku khawatir dengan teman-temanku," jawab Zeeran. Dia membuka tasnya dan mengambip sebuah senter. "Ambil ini. Tambahan pencayahaan jika malam tiba nanti." Chika tersenyum menerimanya. Setidaknya dengan adanya cahaya senter dan Zeeran, dia tak akan ketakutan karna gelap di malam nanti.

"Untuk saat ini jangan dinyalakan. Hemat batre. Kita tidak tau batre itu akan bertahan berapa lama," kata Zeeran.

"Aku mengerti," ucap Chika.

"Ayo kita jalan lagi." Chika kembali merangkul lengan Zeeran kembali. Tak ada tanda-tanda lelaki itu risi. Justru Zeeran enjoy saja dengan apa yang Chika lakukan. Toh dipikiran Zeeran, pasti Chika butuh teman, dia pasti takut sudah berhari-hari di sini tanpa teman. Jadi jika berdekatan seperti ini membuat Chika merasa aman, Zeeran tak keberatan jika Chika terus menempel padanya.

Zeeran memimpin jalan dengan instingnya. Mengikuti jalan dipenuhi tumbuhan, tapi sedikit rusak. Pasti ada yang baru melewati jalan ini, makanya meninggalkan jejak. Zeeran mengikuti arah jalan itu, dengan was-was tentunya. Suasana terasa canggung, hanya ada suara langkah kaki dari Zeeran dan Chika. Maka dari itu Zeeran berinisiatif untuk memulai pembicaraan, agar keadaan tak terasa kosong.

"Kamu sebelum ini jika sudah malam tidur dimana?" Tanya Zeeran.

"Diberbagai tempat yang menurutku aman. Semalam aku tidur di dalam gua yang gelap. Aku takut kegelapan apa lagi jika sedang sendiri. Tapi karena keadaan seperti ini aku harus memberanikan diri, meskipun itu menyiksaku," ungkap Chika.

"Ada gua di sini?" Tanya Zeeran.

"Ada. Aku menemukan beberapa gua, tapi sepertinya dari beberapa gua itu ditempati oleh hewan liar. Jadi harus berhati-hati," jelas Chika. Langkah Zeeran berhenti saat melihat dua orang yang duduk di antara semak-semak. Sepertinya Zeeran mengenal mereka.

"Itu Amir dan Gian."

"Siapa?" Tanya Chika.

"Temanku. Ayo ke sana." Zeeran menarik tangan Chika untuk mengikutinya. Semakin mendekat semakin jelas jika itu adalah perawakan temannya. Mereka selamat.

"Amir! Gian!" Panggil Zeeran dengan semangat, senang temannya selamat.

"Zeeran!" Gian dan Amir juga merasa senang akhirnya menemukan salah satu teman mereka.

"Akhirnya aku menemukan kalian. Dimana yang lain?" Tanya Zeeran.

"Tidak tau. Kita terpisah dari lari tadi. Syukurlah kita bertemu di sini. Semoga teman-teman yang lain juga dapat kembali berkumpul," kata Gian.

"Emm, Zeeran, siapa dia?" Tanya Amir pada Zeeran yang tertuju ke Chika.

"Ah, ini Chika. Dia sudah tersesat lama di sini dan akhirnya bertemu denganku. Tak apakan dia bergabung dengan kita?" Chika hanya diam bersembunyi di balik tubuh Zeeran, dia takut.

"Kasihan sekali," ucap Amir merasa prihatin.

"Tak apa Zee. Bawalah dia. Kita harus menjaga dia, apa lagi dia perempuan di sini. Hai Chika, aku, Gino," sahut Gino.

HARTA KARUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang