3 : Kambuh

819 48 1
                                    

Pelajaran Statistika berjalan dengan baik. Tepat ketika pak Puad keluar dari kelas, seluruh mahasiswa menyenderkan  badannya di kursi. Hanya seorang yang langsung berdiri hendak keluar.

"Mau kemana, Tam?" Tanya Rara sambil mengipasi dirinya dengan buku. Ac di ruangan ini mati di tengah pelajaran.

"Keluar." Jawab Uta. Dia pun keluar kelas meninggalkan yang lainnya.

Baru saja beberapa langkah dia berjalan di lorong. Seseorang langsung merangkulnya.

"Makasih ya, Uta. Gue jadi aman statistika tadi." Kata Gundala.

"Lepasin." Uta melepas rangkulan tangan Gundala.

"Sekarang mau kemana?"

"Bukan urusan lo."

"Sarapan aja yuk. Gue laper belum makan." Ajak Gundala.

"Gak."

"Gue yang bayarin."

"Gak."

"Emangnya lo udah makan?"

"Udah." Tepat ketika ucapan itu perut Uta berbunyi. Membuat kebohongan kalau ia lapar tadi terungkap.

Kkrrr....

"Kan bohong. Belum sarapan kan lo? Ayo dah." Gundala menarik tangan Uta. Tapi yang ditarik berusaha melepaskan.

"Gak. Gue bisa makan sendiri."

"Gak mau. Lo harus nemenin gue."

"Gue bilang nggak ya nggak ya anjir!"

"Tuh kan iya. Ya udah cepetan keburu penuh."

"Kapan gue nyetujuin lo?"

"Tadi cap cip cup antara nggak sama iya kan? Karena yang terakhir iya, berarti lo ikut gue ke kantin."

Aksi debat dan tarik-menarik mereka menjadi pusat perhatian di lorong itu. Membuat Uta kini agak panik dan bingung agar lepas dari tatapan orang-orang.

"Ya udah ya udah. Gue ikut." Uta pasrah. Lebih baik dia segera pergi dari tempat ini ketimbang menjadi pusat perhatian.

"Nah gitu dong. Ayo." Gundala pun masih memegang tangannya. Menarik keluar dari kerumunan menuju tangga ke bawah.

***

Uta diajak Gundala makan di luar area kampus. Tidak jauh karena hanya berjarak 100 meter saja dari gerbang utama. Tempat makan itu dikerumuni oleh banyak mahasiswa. Seakan ini menjadi tempat favorit untuk mahasiswa sepertinya.

Bentuk penyajian makanan di dalamnya itu seperti prasmanan. Terdapat pula harga dari setiap lauknya. Tergolong sangat murah karena mereka bebas mengambil nasi sebanyak apapun. Uta dan Gundala pun mengantri.

"Udah pernah kesini belum?" Tanya Gundala. Uta masih memperhatikan sekitar rumah makan.

"Oi." Gundala menyentil dahi Uta. Membuat orang itu refleks memegang dahi.

"Apa anjing?!" Umpat Uta. Membuat beberapa orang di sekitarnya menatap padanya.

"Mulut lo jaga." Gundala mengingatkan.

"Bodo amat." Balas Gundala kesal.

"Udah pernah makan disini belum?" Tanya Gundala. Uta hanya menggeleng. "Serius?? Emang gak ada temen lo yang ngajak lo kesini?"

Selama berkuliah Uta benar-benar tidak berniat untuk bersosialisasi. Biasanya mereka lah yang mengenal Uta sedangkan dirinya tidak. Ia lebih suka dalam kesendirian. Namun itu pula yang membuatnya tidak punya teman kecuali Rara.

U DAN GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang