7 : Permintaan Maaf

759 47 10
                                    

Uta membaca novel kesukaannya di taman kota. Dia selalu menyukai hal-hal tentram terlebih di tengah alam. Ditambah membaca seri novel favoritnya yang selalu bisa membuatnya berimajinasi di dunianya sendiri. Terkadang bisa hingga 2-3 jam ia hanya duduk manis membaca. Sibuk dengan dunianya sendiri.

Namun imajinasinya kali ini terbuyarkan karena dering hapenya. Ia lupa mematikan suara notifikasinya. Dengan kesal Uta mengambil hapenya dan melihat layar. Telepon dari "Gundul".

"Ganggu." Uta menolak panggilan dengan menggeser tombol merah lalu kembali membaca.

Gundala menelpon lagi.

Uta menolak panggilan lagi.

Gundala menelpon.

Uta menolak panggilan.

Gundala menelpon.

Uta tak sengaja malah mengangkat telepon. Ia merutuki kebodohannya yang malah menggeser tombol hijau.

"Naon?!" Tanya Uta kesal.

"Nolak mulu belum juga ditembak." Jawab yang diseberang.

"Kalau gak ada yang diomongin gue tutup sekarang." Ancam Uta.

"Iya, iyaa... dengerin duluu... gue udah daftarin lo ke UKM." Jawab Gundala. Membuat Uta bingung.

"Ngapain? Gak usah."

"Gue mau lo lulus, UKM nya bareng gue jadi gak usah sungkan."

Uta menghela napasnya malas. "UKM apaan?"

"UKM Teater Kampus." Jawab Gundala. Spontan mata Uta membulat.

"GAK! GUE GAK MAU!"

Uta menutup panggilan sepihak. Terbayang jika ia harus memainkan peran teater di atas panggung. Baru membayangkan saja sudah membuatnya gemetaran. Ia tidak akan mau tampil di depan umum. Dia hanya memegang kepalanya yang berpangku pada tangan. Menutup wajahnya yang kini merasa bingung. Dia tidak mau tapi di sisi lain dia harus aktif di kampus. Yang mana harus berinteraksi dengan orang-orang. Shit!

"Kok telepon gue dimatiin?"

Uta menoleh ke depannya. Terlihat Gundala sudah berjongkok di depannya. Wajah mereka saling berhadapan. Membuat Uta kaget dan bersadar lagi ke kursinya.

"Ng-ngapain lo disini?"

"Buat ketemu lo, lah." Gundala bangun dan duduk di sebelah Uta. Uta pun memberi jarak padanya. Gundala yang menyadari itu ikut bergeser mendekati Uta.

"Jauh-jauh sana."

"Gue wangi habis mandi."

"Ck." Uta berdecak kesal. "Gue gak mau ikut UKM Teater." Jawab Uta langsung.

"Ada gue ini. Gak apa-apa dah."

"Pokoknya gak mau. Apalagi teater yang harus di atas panggung. Mati gue."

"Gak akan ada sniper yang ngincer lo di tengah penonton. Lo gak bakalan mati." Jawab Gundala asal.

"Lo kalau gak tahu mending diem aja." Uta memasukkan novelnya ke dalam tas. Hendak beranjak dari tempat itu sesegera mungkin.

"Gue mau ditinggal nih? Gue rela loh pulang dari Lembang langsung ke sini demi ngobrol sama lo." Ujar Gundala. Ia memang pulang tepat setelah lomba berenang karena Dimas gagal mencari alasan. Mereka berempat pun akhirnya ikut pulang juga walaupun rencana menginap mereka ditunda.

"Gak ada yang nyuruh lo kesini." Uta merangkul tasnya. Tetapi tangannya ditahan Gundala.

"Duduk dulu atuh. Gue cape bolak-balik Bandung-Lembang. Temenin." Pinta Gundala dengan puppy eyes. Uta hanya menghela napas lalu mengurungkan niatnya sementara. Gundala tersenyum.

U DAN GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang