11 : Malam Minggu

355 32 14
                                    

Acara UKM Teater selesai. Lingga langsung merebahkan dirinya di lantai aula. Berbeda dengan Uta yang membereskan barang-barangnya ingin segera pulang.

"Buru-buru amat, Ta. Kalem dulu napa?" Ucap Lingga pada Uta.

Uta tidak mendengarkan ucapan Lingga. Meskipun dia juga lelah setelah mendengarkan berbagai orang memerankan banyak tokoh yang tidak ia ketahui, ia ingin segera pergi sebelum-

"Yuk, Ta."

Seseorang sudah berdiri di hadapan Uta. Siapa lagi kalau bukan Gundala. Cowok itu menatap Lingga yang juga sedang menatap dirinya. Seakan mempertanyakan kehadirannya yang tiba-tiba.

"Kak Gundala udah mau pulang?" Tanya Lingga.

"Iya, mau pulang bareng Uta." Jawabnya to the point.

"Ta-tapi katanya Uta pulangnya mau bawa motornya?" Tanya Lingga kebingungan. Ia menatap Uta sedangkan Uta sedang menatap Gundala dengan tatapan tajam. Bombastic side eye.

"Muka lo gak cocok buat marah. Cepetan ah!" Gundala menarik tangan Uta agar berdiri 

"Sabar aelah- GUN LEPAS COK!" Uta berusaha melepaskan diri, tapi tangannya terus ditarik Gundala.

"Gak mau. Lo gak boleh lepas dari gue." Ucap Gundala.

"Haish... Gue bisa jalan sendiri napa dah!" Balas Uta.

"Gak!"

"GUNDUL!! LEPAS ANJING!!"

Gundala tidak memedulikannya dan terus menarik Uta hingga keluar aula. Tidak peduli mereka berdua menjadi tontonan anak-anak UKM Teater lainnya. 

***

"Sekarang mau kemana?" tanya Uta yang sama sekali tidak tahu tujuan Gundala pergi. Jalan yang ditempuh mereka bukanlah jalan menuju rumah Uta. Jadi Uta sama sekali tidak ada gambaran akan pergi kemana. Motor Gundala terus melaju membelah keramaiannya jalanan kota.

"Nanti lo juga tahu." Ucap Gundala sambil tersenyum. 

"Gue mau pulang, kenapa jadi diculik lo gini sih."

"Diculik orang ganteng ini, gak akan rugi apalagi kalau check in."

"Najis!"

Gundala tertawa. Berbeda dengan Uta yang ketika mendengar tawa temannya itu malah membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Jujur saja ia bingung dengan apa yang ia rasakan,, ia ingin tahu namun tidak ingin terburu-buru. 

"Lo beneran mau tahu kita mau kemana?" Tanya Gundala memancing obrolan.

"Pake nanya."

"Dingin banget jawabnya, beb."

Mata Uta seketika terbelalak. Mungkin saja wajahnya memerah karena ia merasa panas sendiri. Tangannya spontan memukul punggung Uta  dan membuat pengemudi itu mengerang kesakitan.

"Argh! Sakit Ta!"

"Ya lo ngomong bab beb bab beb, lo babi!" umpat Uta. Cukup keras namun untungnya para pengendara lain tidak mendengar ocehannya. Mungkin (?)

"Baby kali?" balas Gundala.

"Lo tahu asu gak?" Tanya Uta dengan nada mengintimidasi

"Air Susu Uta?" tebak Gundala.

"Goblok!" Uta memukul lagi untuk kedua kalinya. Membuat Gundala kembali meringis. 

"Mukul mulu dah! kan bener itu kepanjangan dari asu..."

"Asu itu anjing! dan itu lo!"

"Hahahaha..."

Mereka berdua terus membicarakan hal-hal lainnya. Uta yang awalnya bosan akhirnya ikut saja kemauan dari Gundala. Mau kemana pun dia akan mencoba menuruti temannya itu. Karena entah kenapa ia merasa nyaman mengobrol dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

U DAN GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang