Part 14.

13 0 0
                                    

Seperti hari biasanya, suasana rumah emang selalu sepi. Ya walaupun sekarang ada kak Fano tetap aja rumah bakalan sepi karena hanya dua insan yang menghuni rumah ini di siang hari. Kalaupun malam katanya akan ramai, tapi tidak seperti yang dibayangkan, rumah tetap aja sepi karena papa sama mama sudah pasti dikatakan lelah karena seharian membanting tulang demi aku dan kak Bagas.

" udah pulang dek?"
Suara kak Bagas mengagetkan lamunanku.

Aku menjerit " astagaa kak, lo sejak kapan ada disitu?"

" udah dari tadi kali, lo aja tu yang jalan sambil melamun, mikirin apa si?" Tanya kak Bagas heran karena aku tidak menyadari kehadirannya di rumah.

"Gak mikirin apa apa" elakku.

Sepertinya firasat saudara sedarah itu ada juga kaitannya. Pasti kak Bagas curiga kenapa aku melamun dan sampai tidak menyadari kehadirannya. Benar memang, semenjak Fano menancapkan gas motornya dan menghilang dari hadapanku, hatiku tidak karuan, perasaan macam apa yang ada di hati ini. Mungkinkah seorang Nayra yang tidak pernah mengenal cinta ini mulai jatuh hati kepada orang yang bernama Fano Andira itu?

****

Pulang sekolah kadang membuat lelah namun ada kalanya butuh hiburan juga untuk melepaskan kebekuan otak yang bekerja keras untuk menangkap pelajaran demi pelajaran selama berjam-jam lamanya.

Aku mengambil segelas air dingin yang ada di kulkas, ku ambil pula cemilan yang ada di meja makan. Ku langkahkan kakiku ke ruang keluarga yang disana ada televisi disana. Ku taruhkan minuman dan cemilan yang sudah kupersiapkan tadi. Ku ambil remote tv untuk mengganti chanel yang agaknya membosankan itu. Sambil menonton acara yang gak jelas tak lupa pula ku makan cemilan yang ku ambil tadi.

Kak Bagas datang dari arah kamarnya dengan menyandang tas berwarna hitam itu di punggungnya. Sebuah pertanyaan akan muncul dari mulutku ke kak Bagas.

"Mau kemana kak?"

" sekarang gue mau seperti manusia biasanya, karena gue belum sekolah lagi, jadi kali ini gue mau mulai aktivitas gue dengan berolahraga "

Dengan semangatnya kak Bagas menjawab pertanyaanku. Ditambah lagi dia menunjukkan ekpresi yang bahagia dan menunjukkan jati diri sembari menampar dada bidangnya dengan mengatakan kalau dia adalah seorang Bagas yang tidak mau menyerah dengan kehidupan.

" lo yakin udah mau beraktivitas gitu kak?" Aku khawatir kak Bagas kenapa-kenapa memang kata dokter sudah boleh beraktivitas kembali tapi tetap saja rasa takutku kehilangan kak Bagas muncul. " Gue temanin lo ya kak" tawarku.

"Udah gak usah, lo di rumah aja, lagian dekat rumah kok, jadi lo ga usah khawatir" jawabnya percaya diri dan penuh semangat.

" Oh iya, besok ada guru datang ke rumah, mama sama papa udah siapin guru buat gue home schooling, jadi gue ada aktivitas terus tiap hari jadi gak gabut"

Kak Bagas begitu semangatnya mau menjalani hari-hari yang selama bertahun-tahun hanya bisa tertidur lemah di bangsal rumah sakit.

" Wah, gue senang dengarnya kak, lo bisa menjalani hidup lo kedepannya sesuai keinginan lo kak" balasku dengan tak kalah senangnya mendengar kak Bagas yang antusias untuk melakukan kegiatannya.

" Ya udah gue pergi ya, jangan lupa tuh, lo beresin ruangan yang udah lo berantakin, nonton aja masa segitunya sih dek" racau kak Bagas kepadaku.

Hahaha benar memang tanpaku sadari ruangan tv yang tadinya rapi sudah berantakan gak karuan karena ulahku.

***

Ternyata dibalik musibah yang menimpa keluargaku, ada hikmahnya juga selama kita sabar. Aku yang dulunya tidak semangat untuk menjalani hidup kini kembali ku rangkai hal-hal yang membuatku bahagia. Kak Bagas sadar dari komanya dan sekarang sangat antusias dan semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

PILU UNTUK SENDU [Mark Lee X Ryujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang