Part 16.

16 0 0
                                    

Sambil memakan cemilan yang kuberikan untuk mereka bertiga, kami banyak cerita berbagai hal. Mulai dari kak Bagas kecelakaan, aku yang di ejek sama Alexa karena selalu dilanda rasa bersalah ke kak Bagas, sampai Fano bilang ketemu sama aku di pantai sore itu.

"Kalian pernah ketemu di pantai?, kebetulan apa gimana?" Tanya Alexa.

"Ya kebetulan, gue kan suka nulis di pantai sambil menatap senja" jawabku.

"Sok jadi anak senja lo Nay!". Ejek Alexa padaku. Aku kesal dibuatnya.

Mereka semua menertawakanku termasuk Fano, kenapa Fano juga menertawakanku? Kan dia juga ada di TKP, artinya dia juga bisa dibilang jadi sok anak senja.

Aku bukan anak senja yang ditemani secangkir kopi dan diiringi lagu-lagu Indie, BUKAN!. Aku hanya menyukai senja dan pantai, alunan ombak yang tenang, suara kicauan burung yang merdu, berisik kadang memang tapi ada makna ketenangan dibalik hal itu. Senja baik, dia tidak pernah marah karena kemunculannya hanya sesaat. Maka dari itu aku suka senja. Gak tau kalau Fano, entah kebetulan, entah sengaja bertemu denganku saat itu.

Setelah menertawakanku habis-habisan perkara senja. Aku membiarkan mereka bertiga bercengkrama. Ku langkahkan kaki ku ke arah belakang rumahku. Dibelakang rumahku ada taman yang ditanami tanaman-tanaman cantik sama papa. Papa suka berkebun, beberapa tanaman ada yang mati karena lupa disiram.

Tak selang beberapa menit, suara Fano mengagetkan lamunanku.

"Lo ngapain ngelamun sendiri Nay?" Ucapnya. "Lo marah sama mereka karena ketawain lo?" Tambahnya.

"Gue gak marah Fan, memang sih sedikit kesal, tapi gak masalah selama kak Bagas bahagia. Yang paling utama saat ini adalah kebahagiaan kak Bagas Fan!" Jelasku atas pertanyaan Fano.

Fano diam sejenak sambil menatap langit yang birunya cerah sekali.

Fano menghela nafas " Tapi lo juga berhak bahagia Nay!" Ucapnya.

Tatapanku yang awalnya ke arah tanaman kesukaan papa sekarang berbalik ke arah wajah Fano. Ku tatap lama dengan menunggu jawaban Fano selanjutnya.

"Justru lo harus bahagiain diri lo sendiri dulu, baru setelah itu bahagiain orang lain!" Jelas Fano sambil mengalihkan pandangannya dari langit ke wajahku.

Aku kikuk dan terdiam lagi, lama suaraku keluar. Kami saling tatap-tatapan. Jantungku detaknya jauh lebih cepat dari biasanya dan terulang lagi batinku.

" Tapi gue membuat orang sengsara Fan!" jawabku pada Fano. Wajahku masih menatap Fano, tak lama setelah itu baru ku alihkan pandanganku ke arah lain. Aku mulai tak karuan lagi dibuatnya.

" Gak ada orang yang minta itu dihidupnya Nay, lo juga sebelum gak minta orang sengsara kan atas perbuatan lo?. Nay, itu adalah takdir dari Tuhan dan kita harus terima dan memperbaiki kesalahan yang kita perbuat!"

Fano selembut itu berbicara padaku. Dia baik menurutku. Aku masih diam mendengar perkataan Fano. Entah kalimat apalagi selanjutnya yang akan dia lontarkan.

" Nay, tiap orang pasti mau hidupnya tenang dan baik-baik aja, tapi kita sebagai manusia biasa tidak bisa mengendalikan itu, yang kita bisa lakukan adalah menjalani hidup dan selalu bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan kepada kita setiap harinya!" Dia masih menatapku lama.

"Jadi lo gak boleh merasa bersalah terus, kakak lo sekarangkan udah sembub udah balik lagi seperti dulu, dan dia udah bisa tertawa juga, lihatlah dia saat ini sangat akrab dengan Alexa, padahal baru hari bertemu" sekarang tatapan Fano berpindah ke arah kak Bagas dan Alexa.

Memang ruang tamu dari kebun belakang rumahku sangat jelas terlihat karena hanya dibatasi dengan jendela kaca.

Aku melihat kak Bagas dan Alexa tertawa terbahak-bahak, entah apa yang mereka tertawakan tapi melihat pemandangan seperti itu aku sangat terharu dan bahagia.

"Gak nyangka, kak Bagas bisa tertawa seperti itu!" Ucapku.

"Menurut gue, dia sudah berdamai dengan keadaanya Nay, dan lo harus berdamai juga sama diri lo sendiri" Fano memulai lagi kalimat nasihatnya.

Aku hanya tersenyum dan sedikit meneteska air mataku melihat pemandangan yang indah yaitu ketawa kak Bagas yang sangat bahagia.

Kak Bagas memang gak pernah menyalahkanku atas perbuatanku, justru dia memaafkan ku, tapi rasa bersalah selalu saja ada dalam benakku. Saat ini aku harus mulai berdamai dengan semua keadaan masa lalu yang pahit. Untuk kedepannya aku harus menjalani hidup sesuai apa yang telah digariskan Tuhan untukku.

***

Drama haru-haruan aku bersama Fano berakhir dengan kami membantu menyiram tanaman milik papa. Gelak tawa dan kata-kata gombalan yang keluar dari mulut Fano membuatku tertawa. Fano memang orang yang bisa merubah suasana jadi pilu menjadi bahagia kembali. Terima kasih untuk orang baik ini.

"Asik bener berdua!" Suara kak Bagas mengagetkan kami berdua. Dibelakang kak Bagas ada Alexa yang mengekor sambil mengejek kami.

"Duh kak Bagas, kenapa mereka diganggu lagi pacaran !"

Kak Bagas mengernyitkan dahinya bingung.

"Kalian berdua pacaran?" Tanya kak Bagas sambil menunjuk kami satu persatu.

"Belum kak" jawab Fano enteng.

Aku menatap Fano bingung plus kesal. Kenapa dia bilang seperti itu, bukannya menjelaskan dengan kata TIDAK, ini malah yang keluar kata BELUM.

"Tuh kan kak, Fano aja bilang belum jadi akan pacaran itu mah" kata Alexa mengompori suasana.

Belum sempat aku berbicara sudah dipotong lagi sama Fano.

"Kalau lo merestui kita berdua kak, gue mau jadi adik ipar lo" ucapnya.

"FANO!" Kataku sambil menatapnya kesal. Enteng sekali mulutnya mengeluarkan kata-kata itu. Dia hanya tersenyum ke arahku.

"Boleh boleh aja sih, selama lo gak ada kasus kriminal" kak Bagas menimpali.

"Tenang kak, gue bersih gue aman, gue bukan orang kriminal" jelasnya.

Suasana saat ini memang membuatku sedikit kesal. Aku berlalu pergi meninggalkan mereka bertiga. Segampang itu Fano berkata akan menjadi pacarku. Dan Alexa ngapain coba jadi kompor panas, entar meledak biar tau rasa!.

***
"Belum kak".... "Belum kak".... "Belum kak...

Aaarrkkkkhhhhh kenapa kata-kata itu selalu muncul di otakku??

Suasana malam dikamarku saat ini begitu sunyi tak ada terdengar suara jangkrik ataupun kodok yang selalu beradu argumen. Saat ini benar-benar sunyi. Pikiranku kacau karena ulah Fano, kak Bagas dan Alexa.

Setelah kejadian tadi sore aku pergi meninggalkan mereka, entah jam berapa Fano dan Alexa pulang. Mereka berdua tidak pamit padaku. Mungkin mereka memberikan space untukku agar menenangkan diri.

Aku berlalu pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan membasuh muka. Pikiranku kacau hanya karena ucapan Fano yang memang biasa saja, tapi bagiku sedikit tidak biasa. Dari awal Fano muncul dihadapanku, dia sudah membuatku tak karuan.

Setelah beberes membersihkan badan, aku langsung berbaring diatas kasur yang hanya muat untuk diriku seorang. Aku memejamkan mata dan terlelap sampai fajar tiba. Entah dibawa kemana diriku oleh mimpi, yang jelas ketika aku membuka mata, fajar sudah memunculkan dirinya di ufuk timur.

***
"Nay, maafin gue kemarin sore ya, gue juga gak bakal expect lo marah" Alexa membujukku dengan nada manjanya.
Aku masih diam dan membuka lembaran buku yang akan ku baca.

"Nay, Nay, Nay" Alexa tak berhenti membujukku, dia memegang tanganku dan memelukku agar aku memaafkan dirinya akibat kejadian kemarin sore.
Tapi aku masih keukeuh dengan pendirianku.

Sebuah benda berwarna gold diletakkan oleh tangan seseorang di atas mejaku. Aku saat ini masih mengabaikan bujukan Alexa dibuat berhenti membaca bukuku. Ku tatap siapa yang memberikan benda itu padaku.
_________________________________________

Jangan lupa vote dan komen yang chingudeul❤

PILU UNTUK SENDU [Mark Lee X Ryujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang