Sesampai dirumah sakit, aku langsung menuju kedalam, berlari tapi aku bingung mau kemana. Lelaki itu menuruti langkahku dan menghentikan aku.
"Nay, kalau lo panik begini, semua bakal tambah kacau" ucapnya
"Gue bingung, kakak gue lagi sekarat sekarang" aku cemas setengah mati
"Iya, lo yang tenang, kita tanya sama suster disana, kakak lo dibawa kemana" jelasnya yang berusaha menenangkan kepanikanku.
Dengan bantuan lekaki itu, akhirnya aku sampai di ruangan tempat kakakku di dirawat, disana ada papa dan mama yang lagi menunggu dalam kondisi yang panik.
"Ma" lirihku pada mama dan langsung memeluknya
"Sayang, maafin mama sama papa ya, kita gak hubungin kamu" mamaku merasa bersalah padaku
"Iya, ma gapapa, kak Bagas gimana ma?" tanyaku lirih
"Dokter belum keluar sayang, kak Bagas masih ditangani" suara serak mama keluar, mama berusaha menahan air matanya.
20 menit lamanya kami menunggu dokter, akhirnya dia keluar dan menjelaskan kondisi kak Bagas. Kata dokter kak Bagas harus dirawat lebih intensif, dokter menyarankan kak Bagas dibawa keluar negeri. Tapi aku gak mau, aku gak mau kak Bagas pergi, aku mau kak Bagas tetap berada di Jakarta. Aku meronta dan marah sama dokter, aku memaki dokter yang tidak bisa mengobati kak Bagas.
Mama berusaha menenangkanku, tapi aku tetap meronta, aku sayang kak Bagas aku gak mau kak Bagas pergi.
"Sayang, kalau kak Bagas disini terus kak Bagas gak bakal sembuh nak" lirih mama
"Iya sayang, kamu harus ikhlasin kak Bagas, kita bawa dia ke rumah sakit yang bagus di luar negeri, agar Bagas bisa siuman" tambah papa meyakinkanku
Aku terdiam, aku mulai tenang dan berfikir sejenak, kalau terus aku ikuti egoku kak Bagas gak bakal cepat membaik.
Waktu itu, 24 Desember 2013. Sehari setelah aku menghilangkan Lily, kak Bagas pergi ke klinik hewan untuk mengobati dan membersihkan Lily.
"Mau kemana kak?" tanyaku kepo
"Ke klinik hewan, gara-gara lo Lily jadi sakit dan harus diobati" kak Bagas masih kesal padaku
"Duh, Lily kan udah ketemu, masih aja kesal sama orang. Ya udah gue minta maaf sama lo kak udah hilangin Lily" pintaku
"Akhirnya lo nyadar juga kalau lo salah, udah merasa berdosa?" tambah kak Bagas
"Ya elah kak, masih aja sewot, ya udah lo pergi sana, ngomel-ngomel mulu dari tadi" usirku
Kak Bagas pergi membawa Lily ke klinik. Tak lama sekitar 30 menit kak Bagas pergi meninggalkan rumah. Tiba-tiba aku mendengar mama teriak. Aku langsung menghampiri mama, dalam keadaan menggenggam telepone, mama menangis, isakan mama membuatku bingung.
"Mama kenapa ma?" tanyaku khawatir
Mama tidak menjawab pertanyaanku, ku ulangi sekali lagi, akhirnya mama menjawab. Jawaban mama sontak membuatku terkejut setengah mati. kak Bagas kecelakaan dalam perjalanan ke klinik, aku bangkit dan membawa mama ke rumah sakit. Aku berlari dengan cepat begitupun mama sesampai dirumah sakit. Papa sudah berada di luar ruangan ICU. Kami menunggu dokter keluar, memastikan keadaan kak Bagas. Tak lama berselang, akhirnya dokter keluar membawa duka bagi kami. Kak Bagas koma, dokter tidak bisa memastikan kapan kak Bagas akan bangun.
Rasanya ada petir yang menggelegar di otakku, jantungku rasanya berhenti berdetak, ingin berteriak tapi suaraku tidak keluar. Semua salahku, kalau aku tidak menghilangkan Lily, kak Bagas gak akan pergi ke klinik untuk mengobati Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
PILU UNTUK SENDU [Mark Lee X Ryujin]
FanfictionKetika hati ingin berbicara, lisan yang menghalanginya, dia tidak ingin mengungkapkan sebuah perasaan yang terlalu dalam hingga meninggalkan jejak yang tidak bisa dihilangkan.