Part 11.

56 4 0
                                    

Suasana kelas begitu ramai saat ini.  Berisik,  itulah yang terjadi dengan isi kelasku. Kebanyakan teman-teman kelasku tidak ada yang introvert.  Yaa mungkin satu dari sepuluh orang dan itu termasuk aku.  Tapi makin kesini aku mulai membiasakan diriku berbaur dengan teman-temanku. 

Aku juga ingin merasakan bagaimana  rasanya menjadi seorang Alexa yang selama ini tidak pernah menunjukkan kesedihannya padaku.  Aku benar-benar sahabat yang tidak tahu diri, aku tidak pernah tahu kesulitan dan kesakitan apa yang di alami oleh seorang Alexa.

Sifatnya yang periang dan tidak pernah menunjukkan kesedihan membuatku merasa dia baik-baik saja selama ini. Aku tidak pernah memperhatikan Alexa sedikitpun,  justru dia yang selalu menjulurkan tangan untuk di genggam eratnya,  memberi pelukan hangat di saat hatiku benar-benar lagi kacau.

Aku tidak tahu kenapa hari ini seorang Alexa benar-benar beda dari biasanya.  Tiap pagi yang selalu datang kesekolah setelah aku selalu menyapa dengan semangat dan merangkulku sampai aku kadang kesal di buatnya.

"Xa,  lo sakit? " tanyaku pelan.

Alexa tidak menjawab pertanyaanku. Ku dekatkan tanganku ke arah keningnya untuk memastikan apakah dia tidak sehat hari ini.  Justru yang ku dapat adalah Alexa menyela tanganku seolah dia tidak mau aku sentuh.  Aku bingung dibuatnya hari ini,  jujur aku benar-benar tidak mengerti dengan sikap Alexa yang tiba-tiba jauh berbeda dari aslinya.

"Xa, lo keliatan gak baik-baik aja,  lo kenapa? " tanyaku sekali lagi,  namun tetap saja Alexa tidak mengindahkan pertanyaanku.

Alexa menelungkupkan tubuhnya ke atas meja dengan tangan yang dijadikan bantalnya.  Dia menyurukkan wajahnya.  Menjelaskan bahwa dia tidak ingin wajahnya di lihat teman-teman termasuk aku.

***

Suasana kelas begitu hening dengan pelajaran bahasa. Para siswa begitu hening menyalin tulisan yang ada di papan tulis termasuk Alexa, dia tidak menunjukkan ketidaksukaanya pada mata pelajaran bahasa.  Biasanya Alexa akan selalu berbisik 'Gue capek nih lama-lama nulis yang gak bakal gue hafal dan masuk ke otak gue' sifatnya yang begitu tidak peduli akan mata pelajaran membuatku sudah biasa dengan Alexa.

Namun kali ini Alexa diam dan tetap menulis tanpa menunjukkan bahwa dia benar-benar bosan dengan mata pelajaran ini. Aku bingung dibuatnya.  Rasanya aku ingin sekali menanyakan apa yang terjadi sama Alexa dan apakah di baik-baik saja.  Namun dengan sikapnya tadi yang menunjukkan bahwa dia tidak butuh siapapun sekarang membuatku kembali ragu untuk menanyakan keadaanya kesekian kalinya.

Bel istirahat berdering dengan riangnya.  Menandakan bahwa mata pelajaran sudah usai dan para siswa berbondong-bondong menuju kantin.  Saking tidak sabarnya mereka,  mereka meninggalkan buku pelajaran di atas meja tanpa membereskannya terlebih dahulu.

Biasanya jam istirahat seperti ini Alexa akan merengek kepadaku untuk cepat-cepat ke kantin sekolah.  Bukan makan tujuan akhirnya namun melihat anak kelas sebelah yang bergabung dengan club basket membuat Alexa ingin sekali menonton pertandingannya.

Kali ini aku memberanikan diri untuk menanyakan keadaan Alexa kesekian kalinya, walaupun aku tahu mungkin saja Alexa tidak akan menjawab seperti tadi pagi.

"Xa, ke kantin yuk" ajakku pelan takut kali ini aku di semprot Alexa.

"Gue lagi gak laper" jawab Alexa jutek.

"Xa lo kalau ada masalah bisa cerita sama gue, gak biasanya lo bersikap seperti ini"

"Terus lo mau sikap gue seperti apa, ceria-ceria gak jelas terus tiap pagi nyapa lo dan menghibur lo yang gak semangat untuk hidup itu? " Aku benar kaget mendengar ucapan Alexa yang menusuk itu.  Maksudnya apa dengan mengucapkan kalimat yang tidak seharusnya aku dengar.

PILU UNTUK SENDU [Mark Lee X Ryujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang