Prolog

405 34 3
                                    

.

.

.

.

Ditengah-tengah hutan yang rimbun, suara burung berkicau, sinar matahari yang terbit menembus celah-celah daun pepohonan dan embun yang berada di daunnya menetes jatuh dan mendarat ke pipi seorang gadis.

Seketika, matanya terbuka dan memperlihatkan mata indah berwarna biru laut meski kulit putihnya tertutupi dengan kotoran selama perjalanan nya.

Gadis itu terbangun, tubuhnya yang terkapar diatas tanah dan dikelilingi pepohonan pun duduk sambil memegangi kepalanya yang sakit.

Ingatan terakhirnya dia berlari menghindari kejaran para prajurit Azakhrolyn dan saat berhasil mengelabui mereka, gadis itu terus berlari hingga dia terpeleset dan jatuh dengan kepala yang membentur akar besar dari salah satu pohon yang keluar dari tanah.

Kini gadis itu langsung sadar dan segera berdiri tapi jatuh kembali karena tubuhnya yang lemah, selama tiga hari dia menghabiskan waktunya dengan berlari dan berlari, harus sejauh mungkin dari kerajaan nya yang sekarang pasti sudah rata menjadi abu.

Mengingat itu gadis tersebut menundukkan kepalanya dan menangis dia perlahan mendekati salah satu pohon besar dan bersandar disana sambil memeluk lututnya.

Ingatannya terus berputar-putar, perang, api, darah, jeritan akan rasa sakit dan penderitaan membuatnya gemetar ketakutan sambil memeluk lututnya.

Tiba-tiba saja terdengar suara langkah kuda dari kejauhan, segerombolan kuda dan suara para prajurit. Mendengar itu, gadis tersebut mau tak mau kembali berdiri dan berlari untuk bersembunyi dari kejaran mereka.

"Apakah aku harus terus begini?" Dia berkata dalam hati, bibir nya yang pucat dan kering terlalu sulit untuk menyuarakan kata-kata.

"Lari.. dan lari.. tanpa bisa menemukan tempat tujuan.." gadis tersebut terus berlari, ingatannya berputar disaat dia masih menjadi seorang putri di Rovlea, menikmati kasur empuk, pelayanan dari para pelayan, teh hangat dan makanan layak, tempat yang sangat terlindung baginya, tapi semuanya menjadi neraka yang harus dia hindari.

Eurene..

Tiba-tiba suara itu terdengar di ingatannya, ya, gadis itu ingat, sebelum kematian menjemput kakeknya, dia berkata pada gadis itu.

Eurene.. larilah sejauh mungkin dari sini

Temukanlah dia yang bersembunyi didalam bayang-bayang salju

Sang pemburu, Draegan. Hanya dia, yang bisa kau percayai

Air mata Eurene jatuh setetes saat dia terus berlari dan mengingat kata-kata terakhir kakeknya yang mati didepannya.

Belajarlah menjadi kuat padanya, lalu kembali ke Rovlea, dan bawa kembali kemenangan untuk tanah kita.

Dengan itu, tatapan ketakutan Dimata Eurene berubah menjadi sorot penuh semangat dan kemarahan, langkah kakinya semakin cepat, sebuah jurang yang memotong jalan didepannya tak membuatnya berhenti berlari.

Lalu dengan sekali gerakan, dia melompat melewati jurang itu. Meski hampir jatuh, dia menahan tubuhnya di bibir tebing kemudian naik ke atasnya dengan nafas terengah-engah.

"Aku akan membalas dendam dan membawa kembali kemenangan untuk Rovlea, kakek." Dengan itu, Eurene menyeka keringat di dahinya lalu menatap keatas langit

"Aku akan menemukan mu, Draegan!"

Ucapnya dengan penuh semangat meski tubuhnya lemah dan nafas terengah-engah, hingga tiba-tiba sebuah batu melesat ke tengkuk lehernya dan..

"Ugh.."

Dia pingsan, lagi.

.

.

.

Princess of Rovlea [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang