five

140 18 0
                                    

.

.

.

.

Malam telah tiba di Mandora, Eurene yang melihat pemandangan Mandora dari balkon kamarnya benar-benar kagum dengan pemandangan Mandora saat malam hari.

Karena istana Mandora berada di daratan yang lebih tinggi dari ibu kota, maka Eurene bisa melihat seluruh Mandora.

Diatas langit, ada bintang-bintang yang bercahaya serta bulan yang lebih bersinar diantara mereka, lalu dibawah, tepatnya di Mandora, semuanya seperti lautan cahaya yang bahkan sama bersinar nya dengan langit.

Lia yang dari tadi menjaga di pintu kamar mendapatkan pesan dari pelayan lain yang mendekatinya kemudian Lia mengangguk dan mendekati Eurene.

"Putri Eurene, Yang Mulia Ratu memanggil, sudah saatnya makan malam, mari akan saya tuntun ke ruang makan."
Ucap Lia yang membuat pandangan Eurene teralihkan kemudian dia mengangguk.

Eurene pun keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan dengan Lia yang menuntunnya kesana.

Setelah masuk, Eurene langsung membungkukkan badan untuk memberi salam pada Ratu Yenna yang duduk di kursi utama juga pada Neear yang duduk di kursi sebelah kiri Ratu.

Aturan di istana agung di Mandora sangat berbeda dengan aturan di istana kerajaan manusia, biasanya saat memberi salam, seseorang akan mengucapkan kata seperti "salam yang mulia, selamat malam yang mulia, selamat pagi, siang," atau bahkan mengucapkan kata-kata berkat pada pemimpin.

Tapi di Istana Mandora, hanya perlu membungkuk singkat tanpa mengatakan apapun, kecuali jika itu pertemuan pertama setelah lama tidak bertemu, maka mereka akan mengucapkan beberapa kata sambil memberi salam.

Itulah kenapa Eurene hanya membungkuk dengan hormat, seperti yang diajarkan Lia sebelumnya.

"Kau tampak cantik malam ini, Eurene." Puji Ratu Yenna dengan lembut yang membuat Eurene sedikit tersipu sambil tersenyum.

"Terimakasih, Yang mulia."

Ratu Yenna tersenyum sebelum dia mempersilahkan Eurene duduk di kursi samping kanannya.

"Karena Putri Mahkota sedang tidak ada, maka kau boleh duduk disamping ku." Ujar Ratu Yenna yang membuat Eurene mengangguk kemudian dia berjalan dan duduk disamping Ratu Yenna, rasanya lebih gugup dibandingkan duduk dengan Ratu manapun.

Mereka memulai makan malam dengan tenang dan damai. setelah makan malam, Ratu Yenna memanggil Eurene untuk berbincang bersama nya di taman belakang istana.

Di tepi danau, Ratu Yenna berdiri di tepi danau sambil menatap pantulan bulan di danau, dan daun serta bunga teratai yang dimana beberapa bunga nya bercahaya dan sedikit transparan dengan cahaya berwarna biru yang membuat danau tampak indah, ditambah kunang-kunang di pepohonan, dan Moonlight Butterfly yang mulai aktif saat bulan yang bersembunyi di balik awan muncul, kupu-kupu bercahaya itu terbang disekeliling bunga-bunga yang bersinar terang dengan warna beragam.

Eurene datang ke danau, dia menatap sekelilingnya, dia hanya diam karena tak bisa mengeluarkan kata-kata selain menatap sekelilingnya dengan kagum, ditambah sosok Ratu Yenna ditengah-tengah keindahan itu yang membuat nya tampak seperti bidadari.

Eurene berjalan mendekati Ratu Yenna lalu berdiri disampingnya, tinggi badan mereka memang sangat jauh, setidaknya kepala Eurene sekarang setinggi dibawah dada Ratu Yenna. Bahkan dengan Neear pun, Eurene hanya setinggi lehernya.

Ratu Yenna tersenyum dengan kedatangan Eurene, tapi dia tetap menatap kearah danau sebelum tatapannya tertuju pada Eurene.

"Tak ku sangka akhirnya hari ini tiba juga, dimana satu-satunya impianku, harapanku selama ribuan tahun adalah bertemu dan berbicara dengan Sang Cahaya Dewi.."
Kata-kata yang keluar dari mulut Ratu Yenna seperti alunan musik yang sangat lembut, dia menatap Eurene dengan tatapan lembut.

Princess of Rovlea [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang