00. | PROLOG

593 60 295
                                    

00. | PROLOG

"Lu ga sadar atau pura pura bego sih? Lu cerita tentang orang yang lu suka, tapi sialnya lu cerita sama orang yang suka sama lo!!"

.
.

"Ga usah bohong, di bawah mata lu itu dendam, bukan kurang tidur"

.

.

"Bagaimana tuan? Apakah kau siap tercetak abadi di dalam kertas?"

---------------------------------------------------------

Apa kalian pernah ingin menjadi seorang penulis? Bagi seorang penulis hal terindah adalah dengan mengabadikan orang yang ia sayangi kedalam karya tulisnya, dan melihat karyanya terpajang di rak buku perpustakaan yang banyak diminati. Apa kalian pernah dengar kalimat ini?

"Jika kalian ingin mengenal dunia maka membaca lah, jika kalian ingin di kenal dunia maka menuliskan"

Menulislah maka kamu akan belajar dari tulisanmu sendiri. Mybe ini akan menjadi kisah yang amat panjang, tantang berharganya pertemuan setelah perpisahan menjelaskan.

---------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Semua adil dalam cinta dan perang bukan?" Ujar gadis berambut panjang agak bergelombang terdengar tidak menyenangkan. Matanya menatap seorang gadis malang yang terduduk di lantai.

"Ga adil" Jawab Anwa telak, dengan suara yang terdengar rapuh. Rambutnya kusut tidak karuan, bau busuk pun menyeruak liar ke penjuru ruangan kelas, membuat siapapun tak ingin mendekatinya. Tubuhnya pun basah akibat air pel yang diguyurkan padanya beberapa menit yang lalu.

Bel pulang sudah berbunyi dari tadi, menyisahkan empat manusia yang berada di dalam kelas. Vilas, cowo itu berdiri di ambang pintu bersidekap dada, menatap tidak peduli dengan aksi Yara dan Ganeeta.

Yara menatapnya miris, ia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Anwa, "Gue bisa berhenti ganggu lo,tapi selayaknya matahari, besok pasti muncul lagi" Ujarnya enteng. "Liat muka lo buat gue emosi, gue benci sama lo!" Lanjutnya dengan suara yang ditekan. Anwa mendongak menatap sendu seseorang yang pernah menjabat sebagai sahabatnya itu.

"Lain kali nilainya di bawah rata-rata"

"Dibawah rata-rata?, gimana bisa lulus?"

Yara menyibak poni tipis yang menutupi keningnya, terlihat ia memasang wajah enggan untuk peduli "Emang gue pikirin?" Jawabnya terkesan remeh, "nggak kan?" Lanjutnya.

AMERTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang