*
*
*10. | Sekolah Baru
Seharian ini Anwa hanya berbaring di atas kasurnya, ia tidak di perbolehkan Fadia banyak bergerak. Bahkan Anwa tidak diperbolehkan makan dengan tangannya sendiri, jika ia nekat maka beberapa patah kata akan keluar dari mulut Fadia.
"Anwa udah gede ma" Rengek Anwa.
"Nggak, kamu itu masih kecil di mata mama"
"Tapi kan, aku udah SMA"
"Masih kecil itu" Anwa berdecak sebal dengan terus mengunyah makanan dari suapan tangan Fadia.
Fadia menatap Anwa dengan senyum yang mulai memudar, "maafin mama yah, karena mama, kamu-"
Mendengar kalimat itu Anwa ikut menatap Fadia, ia menggenggam tangan Fadia erat "enggak ma, bukan salah mama, itu musibah buat kita, mama ga usah khawatir, Anwa baik baik aja kok" Timpal Anwa dengan senyuman termanisnya, yang tersadar Fadia telah menyalahkan dirinya sendiri akibat kondisi Anwa sekarang. Kecelakaan tahun lalu membuat mereka berdua mendapatkan hadiah tragis, Anwa yang kehilangan warna dunianya dan Fadia yang kehilangan sahabatnya.
"Ga usah sok kuat lo" Mereka berdua menoleh ke arah pintu, disana ada Mehul yang datang dengan sekantong plastik dan memberikannya pada Fadia.
"Mehul, kamu ga boleh gitu, adek kamu lagi sakit loh" Tutur Fadia memperhatikan Mehul yang kini berjalan ke arahnya.
"Mahul tau, makanya Mehul beliin obat di apotek tadi" Jawab Mehul dengan tidak menoleh ke arah Anwa. Jika dengan Fadia atau Gaska ia akan memanggil dirinya dengan kata 'Mehul'. Lain hal nya jika dengan Anwa, ia akan menggunakan kata 'lo, gue'.
"Kak Mehul beneran beliin obat buat Anwa?" Tanya Anwa yang serasa tak percaya dengan Mehul.
"Ga usah berharap, kebetulan gue lewat sana tadi" Ucap Mehul yang langsung berbalik dan keluar dari kamar Anwa.
Fadia terus memperhatikan anaknya itu yang menghilang dari balik pintu, kemudian pandangan yang tertuju pada Anwa "Kakak kamu cuma gengsi aja ngomongnya, kamu tau sendirikan kakak kamu gimana" Ujar Fadia, anak pertamanya itu memang seperti ayahnya, benar kata pepatah buat jatuh tidak jauh dari pohon nya.
"Anwa tau kok ma" Ujar Anwa yang mendapat senyuman dari Fadia. "Oh ya ma, ayah mana?" Tanyanya yang teringat, ia tidak melihat keberadaan Gaska, yah setidaknya ayahnya itu datang hanya sekedar memarahinya karena membuang waktu dengan tiduran sepanjang hari.
Fadia terdiam sebentar "ayah kamu ada tugas di Bandung, ga tau deh pulangnya kapan. Kamu ga usah khawatir yah, ada mama disini" Jelasnya pada Anwa dengan menepuk pelan pipi putri bungsunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA [END]
Teen Fiction"Jika aku pergi semua akan berakhir, benar bukan?" -Anwa Fildzhah Anwa dipertemukan dengan takdir yang mengharuskannya mengikuti semua perintah Yara seumur hidupnya. "Terimakasih sudah selalu ada, terimakasih juga sudah membuat aku kecewa, karena d...