*
*
*19. | Anwa Gadis Kuat
"Ga semua kebaikan akan berujung pada hal positif" -Faswan Badiran
Plak
Untuk kesekian kalinya Anwa mendapatkan pukulan di hari ini, tidak dari temanya, sahabatnya, ayahnya bahkan sekarang kakaknya melakukan hal serupa.
"Lo bisa jaga diri ga sih!!" Serka Mehul, ia benar benar tidak menyangka adiknya itu malah tidak berbuat apa apa saat di tindas. Sekali lagi Anwa hanya bisa menunduk, membiarkan setiap kata itu langsung masuk ke dalam hatinya. Kakaknya ini malah tidak memperdulikan kondisinya saat ini, luka lebam di bagian wajah dan tangan tak membuat Mehul khawatir sedikit pun.
"Maaf" Lirihnya yang masih bisa di dengar Mehul, cowok tinggi agak kurus yang notabenenya masuk ke peringkat satu paralel di sekolahnya.
Mata Anwa berkaca kaca pun tak mampu membuat hati Mehul luluh, kakaknya di tahun lalu telah mati, entah siapa yang berada di depanya ini, Anwa sama sekali tidak berpikir Mehul mempunyai sisi yang seperti ini.
"Gue ga butuh maaf dari lo!!" Sentak Mehul merasakan geram, karena Anwa terus mengulang kata maaf setiap ia memarahinya.
Anwa mendongak menatap sendu orang yang mengaku sebagai kakaknya itu "Ka-kak Mehul juga di-diem aja pas An-wa di bully" Ucap Anwa gemetar dengan intonasi agak di keraskan meski tenggorokan yang terasa sakit karena memaksakan diri untuk mengeluarkan suaranya, air matanya telah menggenang di pelupuk mata, sekeras apapun ia menahan air mata itu pasti tidak akan bisa. Ia tidak sekuat yang mereka pikirkan.
Mehul tersenyum miring, air mata buaya, ia tidak akan tertipu "sama gue lo berani bentak, tapi sama mereka apa? Lo nyiut, ga berani ngelawan"
Anwa terus menahan isaknya, apa yang sebenarnya Mehul mau? Bahkan kakaknya ini tidak membantu sama sekali saat Anwa di bully, seakan menganggap hal itu telah biasa terjadi. "An-anwa ga bermaksud ben-bentak kakak" Cicitnya yang masih menunduk menahan rasa sakit yang ia terima, bukan lagi di tubuh atau pipinya, lebih tepatnya hati. Hatinya telah di rusak oleh orang yang ia sayangi satu persatu.
"Gue malu punya adek modelan kayak lo!! Kehadiran lo udah ganggu gue, gue ga bisa tenang di sekolah, apalagi di rumah, lo ada di setiap masalah" Gumam Mehul dengan pandangan yang sulit diartikan ia meninggalkan Anwa sendirian di kolidor sekolah, kolidor yang jarang di lewati banyak orang.
Tubuh Anwa meluruh ke lantai, ia memegang dada sebelah kirinya dan memukulnya kuat. "Anwa ga salah, Anwa ga salah, Anwa ga salah, Anwa ga maksud bentak kakak, Anwa di bully kak, kakak ga sayang Anwa lagi, Anwa benci, Anwa benci, kak Luna Anwa butuh kakak, Anwa ga salah kak, kak Mehul ga nolongin Anwa" Rancaunya yang masih menahan tangisnya yang pecah. Rasa sesak itu nyata, nyeri seperti di tusuk berkali-kali itu memang nyata adanya, bernafaspun susah ia lakukan.
Di sisi lain, Mehul menahan tanganya yang mulai bergetar. Entahla apa yang ia rasakan sekarang, ia tidak bisa menjelaskanya dengan kata kata atau apapun. Bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Ia memijit pangkal hidungnya, memikirkan banyak hal membuatnya menjadi pusing "gue sebenarnya kenapa sih?" Tanyanya pada diri sendiri, rasanya ia ingin pulang dan menenggelamkan dirinya dengan banyak tugas dari Gaska. Hal itu mampu mengalihkan seluruh perhatiannya dari masalah, setidaknya pekerjaan itu memberikan efek positif untuk dirinya.
◇◍𝓐𝓶𝓮𝓻𝓽𝓪◍◇
Faswan melirik bangku sebelah kirinya, tempat dimana Anwa duduk, kosong. Sejak jam pertama sampai selesai istirahat ia tidak melihat tanda tanda kehadiran Anwa, tas gadis itupun tidak ada di kelas. Faswan menghela nafas pelan, ia mencengkram rambutnya frustasi "kenapa jadi gini sih" Batinya, sepertinya ia tidak boleh gegabah mengambil keputusan dari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA [END]
Teen Fiction"Jika aku pergi semua akan berakhir, benar bukan?" -Anwa Fildzhah Anwa dipertemukan dengan takdir yang mengharuskannya mengikuti semua perintah Yara seumur hidupnya. "Terimakasih sudah selalu ada, terimakasih juga sudah membuat aku kecewa, karena d...