*
*
*"Kalo aku ga bisa dapetin satupun di antara kalian, kalian akan bagaimana?" -Anwa Fildzhah
39. | Fakta Mengejutkan
Anwa sedari tadi duduk di samping brankar Faswan, ini semua karenanya, Faswan sampai seperti ini. Tangan Anwa terkena luka bakar, tapi itu bukan masalahnya sekarang, Faswan lebih penting, waktunya juga semakin menipis. Tubuh Anwa bergetar hebat, ia menahan isaknya agar tidak menganggu Faswan, sepertinya keputusannya sudah bulat, ia tidak ingin lagi menjadi pembawa sial selamanya.
"Tenang Faswan, aku akan nunjukkin kalo aku bukan pembawa sial seperti yang kamu pernah katakan" ujar Anwa, ia beranjak dari duduknya, tanganya mengusap air mata yang mengalir sampai ke pipi. Ia berjalan membuka pintu keluar.
Disana Ganeeta berhamburan memeluknya, mungkin ini adalah pelukan yang cukup untuk menunjukkan jika masih ada orang yang menyayanginya. "Ga-"
"Lo ga usah ngomong, gue khawatir sama lo" ucap Ganeeta dengan perasaan amat lega, macet di perjalanan membuat mereka harus membuang banyak waktu, sementara itu Yara hanya bisa melihat kedua sahabatnya dengan perasaan yang berkecambuk.
Anwa perlahan melepas pelukan sahabatnya, "kamu ga usah cemas sama aku, bahkan gada gara aku-" lirihnya sedikit menoleh ke belakang.
"Abang gue pasti baik baik aja, dia itu ga lemah" balas Yara dengan yakin, sedangkan Anwa tersenyum getir saat tau jika Yara pun masih belum mengerti penyakit Faswan. Apa ia egois jika tidak membiarkan Yara tau yang sebenarnya?
"Kalian lupa sama gue?" suara Luna, wajah yang di rindukan itu kembali nampak setelah sekian lama.
"KAK LUNA!!" teriak mereka bertiga serempak langsung memeluk kakaknya Vilas, gadis dengan baju rumah sakit itu tersenyum haru saat kambali menemui adik adik kelas meresahkan ini.
Bugh
Luna meringis memegangi perutnya saat Yara meninju perutnya, "awss, lo itu suka ninju perut orang sembarangan ih, padahal gue baru bangun dari koma lama banget lohh" gerutu Luna.
Ganeeta tertawa tipis, "itu tandanya Yara sayang sama kak Luna, semua orang pasti pernah di tinju sama dia" ucapnya.
Luna menoleh ke arah Ganeeta, "selama gue hiatus lo buat masalah banyak ternyata" sinis Luna membuat Ganeeta menunduk. "Aelah, gituh aja langsung lembek lo, asal ga lo lakuin lagi gue bakal maafin lo kok, gwenchana" ujar Luna kemudian terkekeh.
"Mang eakk, Vilas engga tuh" protes Yara menunjuk Vilas dengan dagunya.
"Yah, kecuali tuh bocah, nyebelin" balas Luna, hanya Ibunya yang tau dan merawathya selama ia koma, itupun atas permintaan Luna. Bahkan Ayah dan Vilas baru tau beberapa hari lalu, ia tidak memberitahu Vilas karena cowok itu gampang sekali keceplosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA [END]
Teen Fiction"Jika aku pergi semua akan berakhir, benar bukan?" -Anwa Fildzhah Anwa dipertemukan dengan takdir yang mengharuskannya mengikuti semua perintah Yara seumur hidupnya. "Terimakasih sudah selalu ada, terimakasih juga sudah membuat aku kecewa, karena d...