*
*01. | Teman?
"Hatiku telah hancur, bahkan sebelum dihancurkan" -Anwa Fildzhah
Anwa yakin kakaknya itu sudah pulang, tadi ia menyempatkan diri pergi ke kamar sebelah, tepat di kamar kakaknya, ia melihat kakaknya itu sibuk berkutat dengan banyak buku di atas meja. Tangannya tak henti mencatat tulisan yang Anwa sendiri tidak mengerti, tapi yang Anwa herankan kenapa ada helm di dalam kamar kakaknya itu? Biasanya ia tidak suka jika ada barang yang tidak seharusnya berada di tempatnya.
Anwa tidak terlalu memikirkanya, tugasnya hanya mengecek keberadaan kakaknya dan itu sudah selesai. Ia segera menutup kembali pintu kamar kakaknya itu dan kembali ke kamarnya sendiri, ia harus menyelesaikan tugas Yara sebelum jam tujuh malam, 30 menit tersisa cukup untuknya menjawab semua tugas Yara. Ia pun berjalan menuju meja belajarnya dengan banyak barang yang tersusun rapih.
Di sela-sela kegiatannya, ia merasa kepalanya berdenyut nyeri, ia menjambak rambutnya sendiri, berharap rasa sakit itu akan berkurang. Dan benar saja beberapa menit rasa sakit itu menghilang dengan sendirinya, Anwa merasa lega.
Andai ada cara mengubah rasa sakit menjadi rasa matcha.
Ia melirik jam di dinding, tinggal sepuluh menit lagi. Anwa segera bergegas membawa semua buku milik Yara dan lari menuju pintu keluar rumah, ia sempat melewati ibunya yang terlihat hendak berjalan menuju dapur.
"Anwa? Mau kemana sayang?" Tanya Fadia dengan mengelus puncak kepala anak bungsunya itu, Anwa yang mendapat perlakuan special itupun memperlihatkan deretan giginya membentuk lengkungan indah.
"Mau ke taman, nganterin bukunya temen" Jawabnya tanpa berbohong, memang benar bukan ia akan mengantarkan buku?
"Ooo... Hati-hati yah dijalan, kalo selesai cepet pulang, jaga diri okeh? Jangan sampai mama lihat ada luka sedikitpun" Tegas Fadia manatap lembut putri cantiknya itu, meski ia tau anaknya sedang menyembunyikan tangan kiri nya di belakang. Firasatnya memang benar ada bekas luka yang belum kering, ia mencoba untuk tidak memperdulikan karena ia yakin anaknya itu kuat dan tidak lemah.
"Okeh ma, mama tenang aja" Ujar Anwa dan segera berlalu pergi setelah berpamitan kepada Fadia.
◇◍𝓐𝓶𝓮𝓻𝓽𝓪◍◇
Anwa berlari tergesa-gesa, pasalnya sekarang pukul 18:58, waktunya sempat terhenti saat tadi ia berbincang dengan Fadia. Ia bahkan tidak memperdulikan celananya yang sekarang basah terkena cipratan genangan air yang ia lewati.
Sesampainya di taman, ia mencari keberadaan Yara, kepalanya celingukan ke kanan dan kiri hingga ia menemukan seorang gadis yang ia yakini Yara itu sedang duduk sendiri di ayunan dengan corak doraemon berwarna abu-abu. Segera ia menghampiri Yara dan berdiri tepat di depannya dengan menyodorkan beberapa tumpukan buku yang menjadi tugasnya hari ini, "Ya-ra, i-ni tugas kamu, udah aku selesaiin" Ujarnya dengan nafas yang tersenggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA [END]
Teen Fiction"Jika aku pergi semua akan berakhir, benar bukan?" -Anwa Fildzhah Anwa dipertemukan dengan takdir yang mengharuskannya mengikuti semua perintah Yara seumur hidupnya. "Terimakasih sudah selalu ada, terimakasih juga sudah membuat aku kecewa, karena d...