*
*
*07. | Tuduhan Palsu
Anwa memasuki kediaman rumahnya dengan wajah lesuh, Fadia yang berjalan dari arah dapur menghentikan langkahnya kala melihat putri bungsu nya yang terlihat tidak baik-baik saja. Ia berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Anwa. "Anwa udah pulang sayang?" Ujarnya dengan senyuman yang setia terukir di wajahnya.
Anwa yang tersadar keberadaan Fadia pun mengembangkan senyuman termanisnya untuk Fadia, "udah ma ini baru pulang" Jawab Anwa.
Fadia menyadari sesuatu dari raut wajah Anwa, ia menyentuh lembut puncak kepala Anwa, "kamu kenapa? Sakit? Kok kayak lemes gituh? Belum makan? Atau di ganggu lagi sama Yara, Ganeeta" Ucap Fadia khawatir.
Mendengar ucapan Fadia yang terakhir sontak Anwa menggeleng kuat, "engga kok ma, mereka baik, Anwa cuma capek aja naik bis tadi, ga dapet tempat duduk" Jawab Anwa dengan cengiran.
Fadia tersenyum tipis mendengar penuturan anaknya itu, ia tau anaknya yang satu ini tidak pintar dalam hal berbohong. "Yaudah kamu masuk gih, mandi terus makan udah mama siapin"
"Siap ma.."
"Anak kayak gitu gausah kesering di manja, jadi apa dia besarnya nanti" Ledek Gaska, mendengar kalimat itu Fadia reflek menoleh ke belakang, disana ada Gaska. Mereka baru pulang kemarin malam setelah pertemuan dengan klien, Fadia bahkan baru menyadari keberadaan Gaska yang duduk di sofa ruang tengah dengan menyibukkan diri pada berkas yang terpapar di atas meja.
"Tapi-" Fadia yang ingin memebela anaknya itu dihentikan dengan tangan Anwa yang memeluk erat lenganya, tanda jika Fadia tidak perlu repot repot membelanya. Fadia menoleh menatap Anwa sendu, ia yakin jika Anwa kuat dan mampu menghadapi semuanya karena Anwa adalah putrinya.
◇◍𝓐𝓶𝓮𝓻𝓽𝓪◍◇
Faswan menengadah langit malam yang membentang indah di atas rumah mewahnya, ia duduk di balkon menikmati desiran angin malam yang sepertinya akan turun hujan. "Sad banget gue gila!!" Protes Faswan pada dirinya sendiri, lantaran ia seperti seseorang yang sedang patah hati.
Ia seperti tinggal sendiri di rumah megah ini, jika dilihat rumahnya ini terlalu luas jika ia tinggali sendirian, sudah lebih dari sebulan ayahnya tidak pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Jadilah ia sendirian di rumah ini, ia jarang mempunyai teman, atau bahkan bisa di bilang tidak ada.
Itulah mengapa ia sering membuat orang yang bekerja di rumah ini terganggu, entahlah mungkin itu membuatnya merasa di anggap keberadaanya. Beberapa hari dari sekarang ia akan pindah ke sekolah baru, sekolah yang cukup tersohor di kalangan pemuda. Cukup pula merepotkan baginya, di saat seperti ini ia merindukan sosok yang seharusnya sekarang bersama dirinya, setelah kepergian Dairah keluarganya hancur. Ayahnya yang mulai mengalihkan perhatiannya penuh ke pekerjaan, juga yang lainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA [END]
Teen Fiction"Jika aku pergi semua akan berakhir, benar bukan?" -Anwa Fildzhah Anwa dipertemukan dengan takdir yang mengharuskannya mengikuti semua perintah Yara seumur hidupnya. "Terimakasih sudah selalu ada, terimakasih juga sudah membuat aku kecewa, karena d...