CHAPTER 4 - MELAJU, SENDIRI

60 8 1
                                    

🍃Tidak ada yang salah dengan kegagalan, yang salah adalah menyerah dengan keadaan. Karena doa tanpa usaha itu bohong, dan usaha tanpa doa itu adalah sombong 🍃

"Rin, ini Daro rewel terus dari siang, kamu masih lama ?"

Arindu masih mengepak barang-barang ketika telponnya berdering.

Amak menelponnya. Hal yang jarang terjadi.

Seketika Arindu menjadi cemas.

Kenapa dengan Daro ?

Tadi pagi sewaktu Arindu meninggalkannya bersama Amak, tetangga sebelah kos yang akhirnya dipekerjakan Arindu untuk menjaga Daro, Daro memang agak rewel, tidak seperti biasanya.

"Aku sebentar lagi selesai di toko mak, tapi masih mau ke konveksi liat produksi hari ini. Daro panas, Mak ?"

"Nggak panas, tapi nggak tau kenapa nangis terus. Mungkin capek badan, Rin. Mau dibawa pijit ke Mak Ayun ?"

"Boleh, Mak. Cuma mesti nunggu Rin dulu kan ? "

"Kenapa enggak Haras saja yang anter Amak ?"

"Aduh, Amak. Nanti malah ngamuk-ngamuk kalau diganggu lagi asik nonton. Tunggu Rin dulu aja ya ? Rin langsung pulang saja dari toko"

"Nggak apa-apa kamu nggak ke konveksi ?"

"Iya ini Rin mau ijin ke Bu Jero, Mak. Mau bilang kalau Daro sakit"

"Mak mana Daro ? Biar Rin nelpon bentar"

Suara gemerisik terdengar dari sebrang.

"Hai, Sayang. Lagi sakit ya ? Tunggu sebentar ya, Ibu bentar lagi pulang"

Mendengar suara Arindu, terdengar suara tangis Daro.

"Daro jangan rewel , boleh ? Baik budi sama Amak boleh ? Habis ini Ibu pulang kita pergi pijit biar badan Daro enak, oke ?"

Tanpa menunggu jawaban, Arindu segera membereskan barang dagangannya, menyelesaikan rekap pembelanjaan dan pengeluaran, dan bergegas menghampiri motornya untuk segera pulang.

Bukan hal yang berlebihan.

Kondisi Daro entah kenapa menjadi menurun. Perkembangan motorik dan verbalnya lambat, tidak sebaik anak-anak seusianya.

Bahkan Daro mengalami Delay speech.

Perbedaan jelasnya adalah setiap diajak berinteraksi dengan Arindu, Daro jarang mau bertemu pandang.

Pun dalam meluapkan emosi, anak sekecil itu akan meraung marah jika keinginannya tidak dipenuhi, dalam kadar yang membuat orang disekitarnya kuwalahan.

Marah dengan melempar semua barang-barang didekatnya. Tantrum berjam-jam tanpa mau dibujuk sama sekali.

Mbak Ambar, Kakak Sulung Haras segera membawa ke dokter spesialis begitu mendengar penjelasan Arindu tentang perkembangan Daro.

Dan dokter mendiagnosa Daro kemungkinan menderita auitis ringan.

Pun kondisi Daro yang mengalami hernia, dokter menyarankan untuk segera operasi untuk memperkecil keadaan yang bisa semakin parah jika Daro sudah semakin besar dan semakin banyak pergerakan.

Sungguh, Arindu sedih sekali setiap Daro menangis.

Sudah sewajarnya anak balita menangis.

Tapi perpaduan autis dengan emosi yang tidak stabil yang menyebabkan Daro sering sekali menangis, dan hernia yang akan terasa menyakitkan ketika menangis, membuat Daro semakin menjerit-jerit kesakitan.

Arindu ikut menangis mendengar jerit kesakitan Daronya.

Sejak Daro sakit, Haras berubah menjadi sedikit peduli.

HILANG RINDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang