CHAPTER 16 - BERTAHAN

168 18 9
                                    

🍃 Allah, tidak akan membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya 🍃

Selamat membaca 🍃

Adakalanya, ingatan pada masa lalu itu membuat semua kenangan - baik itu indah ataupun tidak - menjadi kepedihan tidak berujung. Marahmu tertelan keadaan, dan kau dituntut untuk memaafkan, sehingga luapan kekecewaan menghantui.

Ketika kau berani bersuara, kata maaf melemahkanmu, dan semudah itu rupanya Tuhan membalik hatimu untuk berdamai dengan masalalu. Jika kau memanggilNya dengan rasa menyerahkan segala .

"Ibu jangan sedih. Daro nanti bantu Ibu jagain Dara. Sama Amak juga " Daro menyeringai, memperlihatkan gigi depan imutnya yang copot dua, membuat Rindu tersenyum geli.

Rindu menatap gadis mungil yang sedang terlelap dalam boxnya. Wajahnya begitu kemerahan, dengan pipi tembam menggemaskan. Namanya Andara. Anak kedua Arindu.

Kehadiran Dara kedunia, membuat hati Arindu terasa sedikit lapang. Daro, seakan paham dengan kehidupan berat Ibunya yang akan dijalani sesudah kepergian Bapak, sehingga Daro menjadi lebih sedikit berbuat ulah nakal. Lagipula, Daro terlanjur jatuh cinta dengan adik kecilnya yang sangat cantik dan berambut ikal kecoklatan itu.

Bahkan sesudah pulang dari sekolah,  Daro akan melemparkan tas sekolahnya dan terburu-buru melihat ke box bayi tempat tidur Dara. Lalu menatapnya dengan sangat kagum. Membuat Amak dan Arindu tertawa-tawa geli melihat tingkahnya.

"Kamu punya banyak hal baik yang bisa untuk disyukuri ya, nak "

Amak tersenyum ke arah Arindu.

"Tidak ada pembenaran terhadap semua kesalahan, Amak tau itu. Tapi semua hal terjadi diatas izinNya. Diatas izin gusti Allah. Pilihanmu mau terus berat dan tidak terima. Atau berusaha melupakan, menerima dan melanjutkan hidup"

Arindu menghela nafas panjang dan menunduk.
Menyelipkan ujung telunjuknya kedalam genggaman Dara. Gadis mungil itu tersenyum kearah Rindu, lalu kembali menyusu dengan bersemangat. Membuat Arindu kembali tersenyum.

Amak memilah baju Dara dan Daro, lalu menyusun dilemari masing-masing.

"Rin hanya nggak ngerti, Mak. Gimana bisa Ibuk juga ikut merahasiakan semua ini. Aku mau minta pisah sama Haras selalu dihalangi. Maksudku, kalau memang sudah ndak cocok sama aku ya sudah. Akan jauh lebih baik kalau pisah. Daripada kayak sekarang. Aku mau cerita apa ke anak-anak soal kenangan pada Bapaknya ? Yang baik ? Gimana bisa, Mak. Aku sendiri merasa yang dilakukan Haras itu luarbiasa jahatnya. Sakit hati aku, Mak !"

Baru setahun berlalu sejak kenangan pahit itu. Tapi Arindu masih meneteskan airmata kesakitan setiap pembahasannya adalah Haras.
Walaupun beberapa sesi konsultasi ke Psikolog sudah Arindu jalani atas permohonan Nani yang takut Arindu gila dan berbuat hal-hal yang diluar pikiran orang normal. 

"Makanya, sudah bener itu yang dibilang Psikologmu. Lakuin hal-hal yang bikin Arindu seneng ya, Nak. Yang bikin kamu bahagia. Yang terpenting sekarang, gimana Rindu waras, sehat lahir batin, itu sudah cukup buat Amak, Dara dan Daro"

"Amak tau ini memang berat. Rin sudah luar biasa bisa melalui semua ini tanpa menyakiti siapapun. Bahkan diri Rin sendiri"

Amak memeluk Arindu sekilas. Lalu berlalu kearah dapur, meninggalkan Arindu memeluk erat Dara, dengan airmata berlinangan.

Tidakkah Haras tau seberapa berat hal yang dia tinggalkan dan harus Arindu bereskan ?
Hati yang sangat patah adalah diantaranya.
Membuat doa-doa Arindu untuk Haras, telah tercabut, dan berganti dengan tangisan kekecewaan seorang istri dan Ibu yang telah dikhianati.

Arindu, sesakit itu.

TBC

HILANG RINDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang