🍃Perhiasan paling indah untuk jari-jarimu bukanlah cincin yang disematkan, melainkan genggaman lembut seorang Imam, yang menuntunmu menuju kebaikan 🍃
Selamat membaca 🍃
"Aku pulang saja, Buk. Tapi tolong inget omonganku. Habis ini, tolong urus sendiri urusanmu ya, Le. Aku sudah ngusahain semampuku. Tapi kamu milih diam nggak mau nyelesaiin masalah. Itu hakmu. Tapi sebagai kakak ipar Rindu, aku juga pengin lihat adik iparku sama keponakanku bahagia. Kamu berhak milih jalan hidupmu sendiri, Rin. Kalau memang sudah nggak kuat, aku nggak akan pernah nyalahin pilihanmu"
"Nduk, Ngger. Sebentar to, yang sabar .."
Sejujurnya Ambar tidak tega melihat Ibuk.
Mata Ibuk sudah merah sekali, berkali-kali mengusap airmata yang sejak tadi terjatuh, ketika sepanjang pertemuan, Haras tetap memilih diam.
"Kita bisa apa Buk ? Yang punya masalah saja milih nggak nyelesaiin masalahnya, masak kita mau maksa ?"
"Kita kejam sama Rindu kalau tetap memaksakan keadaan terus begini, Buk. Fungsinya Haras itu sebagai apa disini ? Coba Ibuk tanya sama Amak, Daro kenal nggak sama Bapaknya ? Mau nggak sama Bapaknya ? Enggak buk. Suruh Rindu ngomong jujur, bahagia nggak dia hidup sama Haras ? Terus buat apa buk ? "
Ibuk mulai terisak-isak.
Membuat Haras terkejut.
Selama ini, sekeras apapun Mbak Ambar menekannya, yang berakhir dengan kediamannya dalam menghadapi masalah, Ibuk tetap tegar dan menyemangatinya.
Dan mendapati Ibuk menangis, membuat hati Haras bergetar.
Haras menganggap bahwa langkahnya sudah jauh sekali, sehingga percuma semuanya untuk bisa diperbaiki.
Toh banyak rumah tangga tanpa cinta dan kehangatan didalamnya, tapi bisa berjalan sampai masing-masing pasangan bertemu dengan kematiannya.
Cukup kejam sisi hati Haras dalam memutuskan sepihak tentang nasib dan kebahagiaan.
Sedangkan dalam bahtera yang dia kemudikan, bukan hanya Haras yang berlayar, ada Arindu dan Daro, yang sejak awal sudah berkomitmen dan menjadi tanggung jawabnya, tepat seperti apa yang selalu diingatkan oleh Mbak Ambar.
Tapi, pada akhirnya, hari itu semua berakhir dengan kediaman Haras.
Wajah Ibuk terlihat jauh lebih tua.
Kekecewaan nampak jelas diwajahnya.
Dalam hati Ibuk yang terdalam, Ibuk sebetulnya ketakutan Arindu akan menyerah dengan anak laki-lakinya yang memang lemah dan tidak punya pendirian itu.
Arindu, sosok istri dan menantu yang sudah langka di jaman sekarang.
Tetap tabah, setia, dan menghormati suaminya , walaupun harus memikul beban sendirian.
Haruskah Ibuk membiarkan Arindu memilih jalan hidupnya sendiri ?
Ibuk juga sangat menginginkan Arindu dan Daro bahagia. Dan Haras bahkan tidak ada keinginan untuk memperbaiki semuanya.
Hari itu, Ibuk menangis dalam sujud panjangnya.
Menangis lama. Mencari kekuatan dalam doa kepada Tuhan, untuk semuanya bisa diperbaiki, dengan cara yang mustahil sekalipun.
Karena, dalam umur panjangnya sebagai orang tua, Ibuk sudah berkali-kali membuktikan, bahwa Kun Fayakun Allah, bisa ditagih dengan kekuatan doa.
***
"Aku udah gugat cerai Danu, Rin "
Arindu tersedak Es Lecinya dan terbatuk-batuk hebat.
Nani menggerutu sambil menepuk-nepuk punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG RINDU
RomanceIni cerita tentang Haras dan Arindu. Ditengah kesulitan ekonomi yang menghimpit, Arindu harus mengencangkan pinggang dan bekerja jauh lebih keras, saat tiba-tiba Haras meninggalkannya berserta kedua anaknya, untuk selama-lamanya. Tidak hanya kenyata...