🍃 Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan 🍃
Selamat membaca 🩷
"Mbak, kalau se-pack gini berapaan ? "
"10 ribu. Tapi gapapa, bayar aja 9 ribu kalau diambil semua"
"Yes ! Makasih mbaaaak ! Mbak Rindu baik banget loh !"
Arindu tersenyum melihat Agnes mendekap sebuntal Basreng pedas dan berlalu pergi dengan senyum lebar di wajahnya.
Arindu menyusun kembali tumpukan Basreng dan beberapa makanan ringan yang menumpuk di lapaknya.
Lalu menyusun minuman botol dalam chiller. Dan dengan gerakan gesit melayani seorang pembeli yang mau mengisi bensin motornya.
Kehidupan berjalan kembali seperti biasa.
Mungkin Arindu kehilangan beberapa orang yang pernah dikasihinya.
Luka akibat perpisahan akan selalu menjadi cerita sedih dalam setiap rentang waktu.
Penderitaan akan memudar seiring waktu, tetapi kehidupan akan terus berjalan dan harus tetap diperjuangkan.
Tidak ada yang tahu remuk redamnya Arindu dalam kegagalan keduanya. Taburan doa disetiap sujud panjanglah yang membuatnya terus bisa bertahan, dengan keyakinan bahwa pemegang hidupNya adalah pemilik takdir terbaik.
Walau teramat ingin dia mendapatkan perasaan jera pada jerat kegagalan dengan pasangan, tapi Arindu hanyalah sosok sederhana yang mempunyai hati begitu lembut dan perasa.
Tidak ada dendam. Tidak ada jera. Hanya sedikit waktu untuk bisa memulihkan luka.
"Ibu nanti mau nikah lagi ?"
Tanya Daro, ketika liburan tiba dan mereka duduk di kursi tua peninggalan neneknya, dibawa rindangnya pohon trembesi di belakang rumah.
Daro kembali pulang, ketika dia mendengar perpisahan Ibunya dan Fadly.
Daro tidak pernah mendengar cerita buruk tentang Bapaknya, jadi bagi Daro, Haras tetaplah seorang Ayah yang keberadaannya tetap harus diingat, dan menikah lagi adalah bentuk pengkhianatan pada Ayahnya, dalam sudut pandangnya sebagai seorang anak, yang telah kehilangan sosok Ayah diumur yang sangat belia.
Arindu nyengir.
"Serahin semuanya pada takdir Allah, Le"
"Apa itu artinya Ibu masih belum kapok nikah ?"
Cengiran Rindu menjawab pertanyaan Daro.
Membuat Andaro mendesah panjang.
"Kalau sampai Ibu jadi janda tiga kali, Daro mau jauh-jauh dari Ibu"
Keluh remaja tanggung yang mulai tumbuh kumis itu.Arindu tertawa ngakak.
Dengan penuh sayang, diusapnya dagu remaja ganteng yang wajahnya menjiplak keseluruhan gurat wajah Haras. Hanya saja Daro memiliki warna mata coklat terang, bukan hitam pekat seperti Haras.
Daro tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat mempesona. Pendiam seperti Haras, berwajah elok perpaduan Haras yang tampan dan Arindu yang cantik.
"Memang Ibu ga kapok ?"
Arindu mendesah. Daro akan terus bertanya selama dia masih belum mendapat penjelasan apa-apa.
"Ibu nggak kapok, Sayang. Bukan berarti Ibu hanya melulu fokus mencari pasangan. Bukan. Fokus Ibu sekarang cuma bisa ibadah tenang, cari duit yang banyak buat tabungan sekolah kalian dan masa tua Ibu nanti. "
"Ibu sedih banget waktu Bapak nggak ada "
Arindu mengangguk.
Arindu tidak berbohong. Dia memang sedih dengan kepergian Haras. Kesedihan yang tidak bisa dibayangkan Daro ataupun orang lain.
Arindu bersyukur, dari mulutnya hanya mengalir cerita tentang kebaikan Haras, sebagaimanapun buruknya akhir hidup yang Haras torehkan dan meluluh-lantakkan hidup Arindu, bahkan sampai berkeping-keping.
"Hidup sudah ditakdirkan sebaik-baiknya oleh Allah, Le. Ibu cuma bisa menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Usaha semaksimalnya. Doa sekuatnya"
"Sisanya serahkan pada Allah"
Arindu menatap sayang pada anak tampan didepannya, dan teriakan riang Andara yang terlihat girang mendapati Mas-nya telah pulang.
Bagi Arindu, sepahit apapun kehidupan yang harus dilaluinya, melihat Andaro dan Andara bahagia sudah cukup menjadi pelipur semua bebannya, dan penghibur untuk semua hari-hari beratnya.
Serta alasan untuk bersyukur pada Tuhannya.
END
🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG RINDU
RomanceIni cerita tentang Haras dan Arindu. Ditengah kesulitan ekonomi yang menghimpit, Arindu harus mengencangkan pinggang dan bekerja jauh lebih keras, saat tiba-tiba Haras meninggalkannya berserta kedua anaknya, untuk selama-lamanya. Tidak hanya kenyata...