CHAPTER 17 - BELUM SEMBUH BERSAMA WAKTU

86 5 0
                                    


🍃 Jangan berpura-pura kuat, karena yang kamu perlukan adalah kesembuhan, bukan penilaian orang 🍃

Arindu, memandangi tingkah gadis kecil dalam balutan seragam PAUD didepannya.

Berapa lama waktu berlalu ? Arindu tidak sempat menghitungnya. Hidupnya penuh dengan Daro dan Dara. Serta sesi demi sesi konsultasinya. Hidupnya terasa lebih baik, dengan menjalaninya tanpa sempat memanjakan sesuatu yang dinamakan sakit .

" Ibu !"
Lengkingan suara Dara membuatnya tergeragap.
Sekarang, perlu jeda waktu untuk Arindu bisa berkonsentrasi pada sebuah topik, bahkan sesederhana menyahuti sebuah panggilan.
Rindu terasa kehilangan sebagian dirinya : yang ceria, yang optimis, yang mudah menyayangi.
Yang tersisa dari semua masa lalu itu hanya seonggok raga yang bahkan memulaikan sebuah senyumpun harus mengorek sejumlah kekuatan.

Andara menyeringai, memperlihatkan gigi depannya yang ompong karena tanggal. Wajah bulat telurnya sungguh mencopy Haras. Sebiji, utuh. Dengan mata bulat dan rambut keriwil coklatnya.
Rindu menghela nafas berat. Segala sesuatu yang tertinggal bersama Haras hanya menyisakan sesak dan pahit.

Tangan kurusnya digenggam oleh jari mungil gadis kecilnya. Dara berceloteh riang, bercerita tentang keseruannya hari itu memberi makan si Gunting, kelinci kecil peliharaan kelasnya. Arindu sesekali mengangguk untuk memastikan dia mendengar semua ocehan Andara. Walaupun dalam indra dengarnya hanya terdengar deru dan bermacam suara yang memecah semua konsentrasinya.

"Ibu ! Lampunya udah merah !"

Arindu tersentak.

Bahkan dia tidak ingat kalau masuk ke dalam mobil dan menjalankannya .
Setitik airmata yang terjatuh, segera diusapnya. Hatinya masih perih, walaupun bayi yang dibawanya menangis sejak dalam kandungan itu, kini telah mengenakan seragam sekolahnya.

Kidung asing

Waktu yang tidak sembuh itu, Setia
Menggerogoti kesedihan dalam jiwa,
Ianya yang dibalut kepercayaan,
Mendebu dengan sebalik tangan,
Oh cepatnya ia memerah dengan senafas amarah,
Lalu senyap,
Oleh kehampaan
Seolah nafas yang tercabut
Karena ruhnya, telah Ia titipkan
Disebalik putihnya akad
Yang melaung ke Mahfudz

Bila, tertinggal kenangan
Pahit dan perih sayatan sedih itu
Mengguncang, menerobos
Sakit sekali
Sakit sekali
Oh sakit sekali

Airmata tidak bisa lagi menjadi sebuah
Arti kesedihan
Karena yang menikam
Sayatan pedih itu, sungguh lebih
Dari sekedar patahan didalam dada

Oh Pemilik Rindu
Jika sehelai nafas hidup masih menjadi milik
Tukarkanlah dengan serintik bahagia
Karena gelap yang telah kususuri itu
Gulita oleh harap
Dan terang oleh putus asa
Karena sekerlip sinarMu
Yang mengasihi, separuh nyawa tersisa
Dengan cinta,
Yang tak lagi sama
Selamanya

Ah. Lelahnya.

TBC 💐

HILANG RINDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang