A13 (21+)

23.5K 55 1
                                    

"Aku akan kembali, setelah aku mandi."

Entah sudah berapa kali banyaknya ucapan Wilden yang bernada menggoda tersebut, tergiang-giang dalam telinga Selcia.

Sudah sangat jelas menimbulkan dampak bagi dirinya. Konsentrasi tidak dapat Selcia pertahankan terus dengan baik.

Dalam artian, mengganggu fokusnya untuk menjalankan rencana. Tak juga bermaksud menggagalkan semua sudah dirancang.

Masih akan sesuai agenda awal.

Memang, Wilden sudah terima pancingan dari dirinya. Namun, belum cukup baginya.

Harus didapatkan sesuai target yang sudah ditentukan. Barulah kemudian, Selcia akan dapat menarik kesimpulan atas rencananya.

Walau, tekad terus dibulatkan. Tapi, tetap timbul keraguan yang seakan mampu beri pengaruh untuk Selcia.

Tentu, tidak dibiarkannya lama. Logika dan akal sehat pun terus diserukan, berupaya mengalahkan kebimbangan perasaannya.

Tok!

Tok!

Tok!

Selcia terlonjak kaget mendengar ketukan di pintu kamar mandi. Namun, dengan segera bisa mengenyahkan keterkejutannya.

Tak terlalu berpengaruh juga pada detakan jantung. Lebih kencang daripada biasanya.

Walau demikian, Selcia berusaha tenangkan diri. Tak akan menampakkan kecanggungan apa pun yang membuat dirinya terpojok.

Ketukan di pintu masih dilakukan dari luar. Tentu, tak perlu susah menebak-nebak siapa pelakunya. Benar, pasti Wilden Davis.

"Tidak." Selcia bergumam pelan.

"Tidak boleh," imbuhnya dalam nada suara yang lebih kecil lagi. Namun, kian mantap.

"Aku tidak boleh terlihat mencurigakan. Aku harus bisa tenang." Selcia pun memotivasi dirinya sendiri dengan semangat tinggi.

Lalu, ditatap bayangannya di cermin depan wastafel. Selcia berupaya untuk membentuk senyum lebar pada kedua ujung bibir.

Pandangan tak hanya berfokus di wajahnya yang tidak dirias. Namun juga, diturunkan. Memandang ke arah badannya yang tengah kenakan lingerie ketat selutut tanpa lengan.

"Kau akan menang Selcia." Kembali diberi sugesti positif pada dirinya sendiri.

Setelah mengangguk-anggukan kepalanya dengan keyakinan yang besar, Selcia pun menarik napas panjang. Diembuskan cepat.

Barulah lantas, pintu kamar mandi dibuka. Ia langsung melihat sosok jangkung nan juga tinggi Wilden berdiri di depannya.

"Kau tidak apa-apa?"

Pertanyaan yang sama sekali tak Selcia duga akan dikeluarkan oleh pria itu. Namun, ia cepat menanggapi dengan anggukan pelan. Tanpa disertai dengan kalimat tanya balik.

"Aku kira terjadi sesuatu buruk padamu di kamar mandi karena berada lebih lama dari perkiraanku. Syukurlah, kau tidak apa-apa."

Selcia masih belum memberikan respons. Ia hanya mengamati ekspresi Wilden. Dalam upaya membuktikan ucapan pria itu.

Dan, Selcia melihat sendiri sepasang manik kelam Wilden memancarkan kecemasan. Ia pun menyimpulkan pria itu tak berbohong.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Tidak terjadi apa-apa padaku seperti kau pikir."

"Aku memang tidak kenapa-kenapa di sini. Aku hanya sedang mencoba semua lingerie yang dikirimkan oleh sekretarisku."

Perkataan Selcia membuat perhatian Wilden langsung bergerak dari wajah wanita itu. Ia mulai menurunkan pandangan.

Tak butuh waktu lama jelajahkan tatapan ke seluruh bagian tubuh indah Selcia. Wilden suka dengan gaun minim yang digunakan oleh wanita itu. Terlihat menggoda.

"Bagaimana menurutmu?"

Wilden segera memusatkan kembali atensi ke mata Selcia. Butuh beberapa saat, melihat kemantapan wanita itu membalas tatapan dirinya. Saling lekat memandang.

"Kau meminta pendapatku, Selcia? Tentang lingerie yang kau pakai ini, ya?"

Kepala digerakkan mantap untuk berikan tanggapan atas pertanyaan Wilden. Tidak dilontarkan kembali kata. Selcia yakin jika Wilden sudah paham apa maksudnya.

"Ada yang lain lagi."

Wilden mengernyit. Tidak dapat mengerti empat buah kata dalam kalimat balasan yang Selcia lontarkan begitu mantap.

Tentu ambigu untuk Wilden. Tidak secara gamblang juga Selcia dikatakan apa yang sedang dimaksudkan. Wajar Wilden menjadi kebingungan serta bertanya-tanya.

"Kau ingin aku bagaimana?" Sudah pasti harus dikonfirmasi supaya jelas.

"Kalau aku ingin kau bercinta denganku bagaimana? Kau akan mau, Wilden?"

Selcia tak menyangka jika dirinya akan cepat mendapatkan respons atas apa yang tadi ditanyakan. Wilden mendekat ke arahnya.

Kedua tangan pria itu melingkar dengan mudah di pinggangnya. Rengkuhan Wilden lakukan pun terasa erat dan posesif. Selcia menyukai jenis pelukan yang seperti ini.

"Kau mengajakku bercinta? Tapi, aku sudah memiliki komitmen akan menyentuh kau, saat kita sudah benar-benar resmi meni--"

Selcia tak membiarkan Wilden untuk lanjut berbicara. Ia membungkam mulut pria itu dengan ciumannya. Dipagut lembut.

Awalnya, Wilden terkejut akan apa yang ia terima. Namun, hanya sebentar saja.

Sudah jelas harus dimanfaatkan kesempatan baik seperti ini. Tidak boleh dilewatkan.

Ciuman Selcia segera dibalas. Bahkan, ingin mendominasi. Apalagi, ia adalah pria.

Lumatan di bibir manis Selcia kian ganas, bersamaan dengan hasratnya yang mulai bergelora. Tentu, hendak bercinta juga.

Wilden yakin akan bisa memberikan Selcia kepuasaan maksimal, sehingga membuat wanita menyukai permainannya.

Tentu, setelah percintaan mereka malam ini, ada kemungkinan besar tercipta kembali aktivitas panas di ranjang untuknya dan juga Selcia. Apalagi, mereka akan menikah.

Gairah Suami Duda [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang