A20 (21+)

12.6K 41 0
                                    

"Astaga!" Selcia berseru kesal. Tepat setelah ciuman diakhiri oleh Wilden.

Lalu, segera dibangunkan diri dari posisi berbaring. Tepat berada di samping Wilden yang sudah duduk dengan gaya bersila.

Mata mereka berserobok. Selcia bisa secara jelas saksikan bara gairah di sepasang netra hitam kelam Wilden yang menatapnya lekat.

Sementara, Selcia sendiri tidak akan segan menunjukkan kejengkelan lewat pancaran mata tajam dan tak suka pada Wilden Davis.

Tentu saja, mulutnya yang sudah bengkak cumbuan pria itu akan digunakan untuk berceloteh dengan beberapa pertanyaan guna menginterograsi Wilden.

"Ada apa lagi? Selcia tekankan tiga buah kata diluncurkan guna memperjelas maksud.

"Apa yang membuat kau berhenti? Apakah karena kau ada urusan? Atau bagaimana?"

"Atau kau merasa kita berdua ini harus lakukan hal lain?" Selcia tak bisa mencegah mulut untuk bertanya dengan pedas.

"Hal lain sebelum kita bercinta," pertegas Selcia agar tak timbul salah paham.

Hendak berbicara kembali. Namun, tidak jadi karena melihat Wilden bereaksi. Pria itu menggeleng-gelengkan kepala.

Tatapan Wilden lebih intens. Membuatnya seakan memiliki ruang gerak yang terbatas. Tapi, Selcia masih bersikap biasa saja.

"Berikan jawaban yang pasti. Aku tidak suka dengan keambiguan." Diucapkan kalimatnya dalam nada bicara yang tegas dan mantap.

"Aku teringat janjiku."

"Soal apa lagi?" Selcia semakin penasaran.

"Aku tidak akan menyentuhmu, sebelum kita resmi mengiklarkan janji pernikahan."

"Tapi, aku melanggar karena nafsuku lebih besar dibandingkan kepatuhanku."

Demi apa pun, Selcia langsung melongo. Ia diam seribu bahasa dengan kedua matanya yang memelotot dengan tatapan tak percaya.

Namun kemudian, Selcia meluncurkan tawa kencang dan disertai juga sorot mata sarat akan ejekan pada Wilden Davis.

"Haha. Kau mungkin akan mendapatkan kutukan karena melanggar janjimu sendiri, Sayang." Selcia bercanda dengan nada riang.

"Kau akan menerima kutukan seperti yang ada di film-film fantasi. Misalkan saj--"

"Misalkan menjadi pangeran tampan. Punya tugas membangunkan putri tidur dengan cara mencium. Sudah pasti aku mau."

"Hahahaha." Dikeraskan gelakan. Tentu, tak sengaja. Sungguh tak bisa dikontrol.

Bagaimana bisa meredam tawa, saat Wilden menunjukkan sisi humoris. Candaan pria itu tidak gagal menghiburnya kali ini.

Andai, Wilden tak membungkam mulutnya, maka suara gelakan pasti masih meluncur dengan kencang. Ciuman panas pria itu pun berhasil perlahan tawa Selcia.

Dikira cumbuan akan lama. Namun, Wilden menghentikan beberapa detik kemudian.

Entah mengapa, Selcia kesal. Sebab, sudah dua kali Wilden melakukannya. Apalagi, ia sangat ingin mereka berciuman lagi.

"Kau mau mengajak aku bercinta atau tidak, Calon Suamiku? Buat keputusanmu."

Wilden menyeringai. Lalu, mengangguk. Ia menyatukan mulut mereka kembali.

Mulut Selcia terasa begitu manis untuk Wilden. Melebihi permen sekalipun yang selama ini sudah pernah dirinya nikmati.

Setiap bagian permukaan bibir yang Wilden sesap rasanya dapat memicu gairah lebih besar bangkit lagi. Menyiksanya.

Jelajahan tidak dapat hanya di mulut Selcia saja sekarang, disaat hasratnya sudah bisa terpancing. Ingin dieksplor yang lainnya.

Payudara dan organ intim Selcia sudah jelas menjadi sasaran selanjutnya bagi Wilden. Ia tak sabar ingin menggunakan jemari, lidah, bahkan kejantanannya menaklukan Selcia.

"Aku akan mengajakmu bermain panas, Sayang." Wilden berucap mantap, setelah mengakhiri cumbuan di bibir merah Selcia.

"Aku siap, Mr. Wilden."

Ingin dikatakan kalimat menggoda lagi, tapi hanya akan membuang-buang waktu. Lalu, dipilih untuk meneruskan aksi saja.

Sasaran selanjutnya yakni buah dada Selcia, sesuai dengan apa yang tadi diimajinasikan.

Setiap gerakan dan belaian dari mulut serta lidahnya, menciptakan suara lenguhan seksi Selcia. Wilden pun semakin bergairah.

Setelah puas dengan payudara kencang sang calon istri, Wilden turun ke organ intim Selcia yang sangat menggoda.

Serangan sudah ganas sejak awal memakao jemari-jemarinya. Lalu, lanjut menggunakan lidah. Mengeksplor setiap titik sensitif dalam selubung hangat Selcia.

Berhasil didatangkan klimaks untuk wanita itu. Wilden bangga bisa memberikannya.

Wajah menawan Selcia yang dipenuhi oleh keringat, tambah terlihat seksi. Kepuasaan yang dirasakan wanita itu memuaskannya.

Walau memang, tetap dibutuhkan mencapai pelepasan agar kebutuhan biologisnya bisa terpenuhi. Tentu, akan dilakukan.

Waktu beristirahat selama hampir sepuluh menit untuk Selcia, dirasanya sudah cukup.

Penyatuan lantas terjadi.

Wilden tal langsung menyerang, meskipun sudah begitu ingin menggempur pusat kewanitaan Selcia yang menjepitnya.

Perhatian Wilden tetap terpusat ke wajah cantik sang calon istri. Semakin senang ia lihat ekspresi kenikmatan yang ditunjukkan oleh Selcia, saat tadi dimasuki wanita itu.

Mata mereka sudah bersitatap, kini.

Wilden pun mulai bergerak. Awalnya pelan saja. Namun, menjadi tambah cepat seiring dengan semakin dalam tusukannya.

Tempo menggila karena mendengar Selcia mendesah dan menyebutkan namanya.

Wilden mabuk bukan kepalang.

Ingin diberikan orgasme yang lebih hebat bagi Selcia lagi. Tentu, untuk dirinya juga.

Mereka berdua akan sama-sama merasakan pelepasan yang dahsyat dan memuaskan.

Gairah Suami Duda [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang