♡ 06 - Sea World

28 7 15
                                    

"Syukurlah kamu sudah sadar. Gimana kondisimu?" Aku langsung menghampirinya saat anak itu bangun. Setelah berlari kesana-kemari dan mencari apa pun yang dapat membangunkannya, rasa lega pun membayarku.

Dion terkulai lemas di atas ranjang UKS, di dahinya tertempel kompres yang baru saja diletakkan Bu Lina. Aku bersyukur sebab beliau belum pulang dan bisa membantu kami.

Rasa panik yang masih memuncak membuatku terengah-engah, Bu Lina kemudian memberiku minum dan menyuruhku tenang. Sebetulnya melihat Dion yang sering pingsan membuatku begitu khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk padanya.

"Bu Shiela, tenang ya. Dion baik-baik aja, kok," ucap Bu Lina usai menepuk pundakku.

Setelah Dion mencoba menenangkanku dengan mengatakan dirinya sudah baik-baik saja, aku turut merasa lega. Kulihat Aruni yang sedari tadi berada di sampingnya, bahkan saat aku masuk ke ruangan, mereka berdua terlihat asyik mengobrol. Entah alasan apa yang dapat kuucapkan jika ditanya mengapa aku di UKS bersama murid-muridku, selain karena aku wali kelasnya.

"Aruni, lebih baik kamu pulang saja. Dion biar Ibu yang urus." Kupotong pembicaraan mereka sebab ingin punya waktu untuk ngobrol berdua dengan Dion.

Tanpa memikirkan yang macam-macam, sebagai murid—Aruni lantas menyetujuinya. Namun, Dion menatapku dengan tatapan yang jengkel sebab aku menginterupsi. Aruni keluar bersama dengan Bu Lina yang tak lama mengantar anak kecilnya pergi ke toilet. Ini momen yang tepat untuk berbicara dengan Dion.

"Aku hampir menggendongmu tadi, aku khawatir karena kamu sering pingsan. Hari ini banyak-banyak istirahat ya." Kuusap tangannya dengan lembut dan menggenggamnya erat-erat.

"Aku udah nggak apa-apa. Maaf ya, kamu jadi khawatir." Dion menarik tangannya dari genggamanku, ia terlihat kurang nyaman.

Kukerutkan dahiku, kupikir Dion hanya sedang kelelahan. "Besok istirahat aja, kita bisa ke Sea World kapan-kapan."

Entah kenapa saat aku mengatakannya, Dion malah menarik tanganku dan menggeleng. Ia bilang, besok kami harus pergi ke Sea World. Ia tidak ingin menundannya. Jika itu bisa membuatnya lebih baik, maka kami harus pergi ke sana besok.

***

Sebuah wahana wisata dengan banyak atraksi air, berbagai macam spesies ikan, akuarium besar adalah tempat yang kami kenal sebagai Sea World. Tempat itu menjadi tempat penuh kenangan tersendiri untukku, sebab Sea World adalah tempatku dan Hosea pertama kali berkencan.

Kami berdua resmi berpacaran saat kelas 3 SMP. Sebenarnya sudah sejak kelas 1 SMP aku menyukai Hosea, tetapi ia agak lambat menyadari perasaanku padanya. Pribadi yang tenang, tak banyak bicara dan lembut adalah ciri khas yang membuatku tertarik pada Hosea, terlebih lagi dulu dia pintar dan suka membantuku menyelesaikan tugas.

Hosea menjawab perasaanku di hari dimana aku selesai operasi amandel. Saat itu ia datang ke rumah sakit dan membawa sepuluh bungkus es krim cokelat kesukaanku. Dengan suaraku yang belum pulih akibat operasi, wajah yang kusut karena belum mandi dan mulut yang belepotan terkena es krim cokelat, Hosea menyatakan perasaannya padaku. Hosea bilang ia menyukaiku karena aku membuatnya ceria.

Kami dikenal satu angkatan karena memiliki hubungan yang harmonis, kami mendapat julukan couple goals dari beberapa teman. Tak ada satu orang pun yang berani mencampuri hubungan kami sebab ikatan yang kami miliki sangat kuat. Aku dan Hosea selalu pulang bersama, keluargaku dan keluarganya juga saling mengenal. Teman-teman kami yakin kami akan menikah suatu hari nanti.

"Wah! Dion! Akhirnya kita sampai!"

Kami berhasil pergi ke Sea World untuk nostalgia, sebelumnya aku agak ragu untuk mengajak anak ini keluar sebab tak mau orang tuanya mengetahui. Untungnya Dion sudah meminta izin dengan bilang pergi ke pesta ulang tahun teman agar tidak dicurigai. Mungkin orang-orang di sini akan mengira bahwa kami adalah keponakan dan bibinya yang sedang jalan-jalan.

Ketika Surya TenggelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang