♡ Epilog

98 10 9
                                    

Setelah kelulusan anak kelas 6 SD, aku bertemu dan memberikan kado untuk Dion. Saat itu kuucapkan semua yang ingin kuucapkan, rasa terima kasih sekaligus permohonan maaf. Aku berterima kasih padanya karena sudah membantuku bertemu dengan Hosea walaupun dengan cara seperti itu. Aku juga meminta maaf sebab telah membebaninya selama ini dan memintanya untuk tidak terbebani dengan hal apa pun jika ia masih mengingatnya.

Saat liburan kenaikan kelas, aku pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi makam Hosea. Sepertinya sudah cukup lama aku tidak ke sana karena selalu menangis jika melihat batu nisannya. Akhirnya, hari ini kuberanikan diri untuk mengunjunginya setelah kupikir mungkin Hosea ingin aku mendoakannya di pemakaman.

"Lho? Shiela?" Seorang wanita berambut kelabu menyapaku dari belakang, beliau memiliki mata dan senyum yang indah seperti putranya.

"Lama tidak bertemu. Terima kasih ya Shiela, sudah datang ke sini," ucapnya sambari menaruh beberapa tangkai bunga anyelir ke dalam vas bening berisi air. Disampingnya kuletakkan buket bunga aster dan mawar putih.

Ibunya Hosea merangkul pundakku lalu kami berdua mendoakannya bersama.

"Shiela sehat?" tanyanya. "Bagaimana pekerjaanmu?" Ibu Hosea belum melepas rangkulannya.

"Belum lama ini murid saya lulus dan saya sedang libur kenaikan kelas, jadi bisa pulang, Bu."

"Syukurlah, Shiela sudah punya pacar?" Aku agak terkejut mendengar pertanyaan Ibu Hosea, tetapi aku hanya menggeleng dan tersenyum.

"Memang saya kelihatan punya pacar ya Bu? Heheh," ucapku langsung menampiknya.

"Shiela, Ibu minta maaf ya sudah membebani kamu dengan hal ini. Kamu yang waktu itu lihat langsung kejadiannya pasti lebih menderita, kan? Terlebih lagi saat itu kamu masih SMA. Kamu harus bisa menghadapinya, Shiel. Jika sudah bertemu dengan orang yang kamu cintai, cintailah orang itu sepenuh hati. Kebahagiaan Shiela juga kebahagiaan Hosea, kalau Hosea bahagia, Ibu juga bahagia."

Angin yang menyelisik, bertiup lembut melalui celah-celah pohon kamboja yang rimbun. Menyibak rambut yang menutupi pelipisnya, memperlihatkan wajah Ibu Hosea yang penuh duka lara.

"Terima kasih, Bu. Bagi saya, tidak ada yang lain selain Hosea. Saya selalu mendendam pada pengendara truk itu dan membenci diri saya yang saat itu tidak punya kekuatan. Selama ini saya selalu ingin mati, saya kesal pada diri sendiri tetapi Hosea tidak menyalahkan siapa pun, dia malah mengatakan saya harus hidup dengan baik. Karena itu, saya akan hidup dengan sebaik mungkin hingga rambut saya memutih dan ajal menghampiri. Saya akan hidup seperti itu."

Ibunya Hosea berhenti berjalan, beliau menatapku lamat-lamat. "Apa kamu mimpi ketemu Hosea?" Kemudian aku menggeleng, bagaimanapun aku tak bisa menceritakan kejadian itu karena tak mau dianggap gila. Yang jelas, saat itu aku yakin Hosea benar-benar hadir dan menemaniku.

"Ibu rasa, anak itu sudah bahagia sekarang. Ibu bersyukur Hosea mengenalmu. Terima kasih, Shiela."

Di tanah pemakaman yang sunyi, senja menghitam di atas tanah merah. Ingin sekali aku menangis sekencang-kencangnya, kupikir itu tak masalah sebab siapa yang akan tertawa di pemakaman? Namun aku harus bisa menahannya sebab aku tak ingin menambah beban kepundak Ibu Hosea.

"Bu, setelah ini ada acara tidak? Saya ingin ngobrol lebih lama," tanyaku begitu kami sampai di pintu keluar pemakaman.

Ibu Hosea mengangguk setuju, beliau terlihat antusias. Kemudian beliau menggandeng tanganku dengan erat dan kuusap punggung tangannya.

"Nanti saya saja yang masak, saya mau buatkan Ibu nasi goreng sosis."

"Wah asik! Shiela hebat ya sekarang."

Waktu terus berdetak tanpa henti. Berputar seperti roda yang tak selalu di bawah. Ketika surya tenggelam, aku akan melangkah ke depan dengan senyum yang paling ceria. Aku akan menjalani hidup dengan sebaik mungkin mulai hari ini, esok dan seterusnya. Oleh sebab itu, tunggulah aku di keabadian, Hosea.

TAMAT

TAMAT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo semuanya! Terima kasih sudah membaca karyaku yang singkat ini.

Aku lega akhirnya bisa menyelesaikan proyek novelette ini, semoga kalian menyukainya.

Sampai jumpa lagi di lain cerita, jangan lupa tinggalkan vote dan komen supaya kita bisa berinteraksi.

Bye bye ❤

Ketika Surya TenggelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang